Bab 24

760 43 0
                                    


Mereka saling mengadu kepada sang pemilik rumah lantaran Juni diperlakukan yang tidak baik dengan Juli. Juni yang sangat jengkel, kini ia sedang mengadu kepada Nyonya pemilik rumah besar ini. Ia merengek meminta untuk menghukum Juli yang berbuat dengan tiba - tiba. Seorang Nyonya yang berada di hadapannya, ia menatap putra semata wayangnya dengan tatapan sinis. Bilamana Juni sudah mengadu kepada Nyonya besar, Juli terus membuang mukanya. Ia sangat tidak enak melihat Mamahnya ketika sedang seperti ini kepadanya. Mau tidak mau, ia harus berbicara jujur kepada Mamahnya dengan apa yang ia perbuat tadi di dapur. Ia sedikit memberanikan diri untuk menatap sang Nyonya besar, mendekatkan tubuhnya dan mencium puncak lengannya.

"Maaf ya Mah, tadi Juli refleks cium Juni sumpah nggak bohong." Ucapnya dengan nada cepat

Farah melihat putra semata wayangnya, "Mamah agak tidak percaya dengan perkataan kamu Bang." Sinisnya

Juli mengelus dada, menghirup nafas dalam - dalam "Sumpah Mah, Juli cuma cium pipi Juni nggak lebih." Balasnya menunjukan jarinya berbentuk 'V'

Farah menoleh ke arah Juni, "Betul Kak?." Tanyanya untuk lebih percaya dengan apa yang Juli katakan

"Bohong Mah, tadi Abang mau nyosor juga." Sahut Juni menipu daya Farah untuk mengerjai Juli

Juli terbelalak, ia menatap Juni sinis "Apaan si Jun! Enggak Mah Juni yang bohong, dia tambah - tambahin omongan tuh." Juli langsung menggas suaranya lantaran tidak terima dengan ucapan Juni

Juni menutup mulutnya, ingin sekali ia tertawa saat ini. Hanya saja ia butuh waktu untuk tertawa keras - keras, ia ingin menonton aksi sang Mamah dengan putra semata wayangnya yang dicaci maki oleh Mamah kandungnya sendiri. Jahat bukan dirinya mengerjai temannya sendiri?, beginilah Juniatha, selalu asik mengerjai orang lain dan selalu tertawa melihat orang lain bila seperti ini.

Farah menjewer telinga Juli, "Mamah nggak ajarin kamu yang tidak - tidak ya Bang."

Juli terperangah, ia menahan jeweran Mamahnya "Mah sakit Mah!." Pekiknya kesakitan

"Minta maaf coba sama Kakak, cepet!." Titahnya

Juni yang melihat Juli sedang dijewer oleh Farah, ia semakin menahan rasa tertawanya yang terus ia ingin keluarkan. Ia tidak bisa menahannya lama - lama, tetapi ia takut kelakuannya yang membohongi Farah ketahuan oleh Farah sendiri. Salah Juli juga dengan apa yang ia perbuat tadi di dapur, ia mencium pipi Juni dengan seenak jidatnya. Ia tidak memikirkan Juni akan mengadu kepada Mamahnya sendiri. Maka dari itu, tertimpalah ia dengan jeweran Farah kali ini.

Juli menampilkan raut muka sedihnya, "Tapi Abang nggak salah Mah, Kakak yang bohong. Iya Abang tadi nyium Kakak, tapi nggak sampe nyosor yang lain. Sumpah Mah!."

"Kakak yang bilang sendiri, berarti Abang yang bohong. Yaudah kalau Abang nggak mau minta maaf, nggak ada acara bawa mobil ke sekolah ataupun motor. Kartu debit juga Mamah ambil dan uang saku Mamah potong." Cicitnya dengan mengancam segala keperluan Juli akan dirampas olehnya

Juli lemas, ia menundukan kepalanya "Abang nggak salah Mah, Kakak yang bohong. Mamah kenapa tega si yaampun." Sahutnya lirih

Juni yang melihatnya, ia merasa kasian dan juga ingin tertawa. Sebenarnya ia tidak tega mengerjai teman kecilnya seperti ini, tapi apa boleh buat, kelakuan Juli lah yang membuat Juni ingin mengerjainya seperti ini.

Juni meraih tangan Farah, "Mah udah Mah, udah Kakak maafin ko. Mamah lanjut istirahat aja."

Farah mengangguk, "Iya iya, tuh Bang udah dimaafin. Mamah nggak jadi ngambil barang kamu ataupun potong uang saku." Ujarnya, setelah itu ia pergi dari kedua orang yang masih duduk manis di ruang tengah ini

CERITA JUNI & JULI [END]Where stories live. Discover now