Bab 56

590 38 2
                                    

Banyak hal yang harus ia lakukan untuk kebaikan Adik perempuan satu - satunya itu. Terlebih lagi, putra sulung dari Revano's ini akan melepas masa bujangnya sekaligus melepas sebagai tanggung jawab sebagai seorang 'Kakak'. Ia memanfaatkan waktu singkatnya untuk memberikan opsi yang terbaik untuk Juni dengan caranya yang sama seperti sediakala. Ia sendiri tak tahu ketika nanti ke depannya, Adiknya itu akan bersifat sama atau berubah menjadi seorang perempuan yang tidak memiliki penjiwaan egois lagi. Sangat - sangat diharapkan keinginannya untuk Juni tidak terlalu keras kepala dalam persoalan yang menurut dia sendiri dicakap baik tetapi menjadi persoalan yang sangat merugikan bagi orang lain. Apalagi ditambah kedua orang tuanya yang sering pulang-pergi ke luar kota, yang pekerjaannya sangat mendiami pada diri mereka masing - masing sehingga satu putri bontot mereka terlalu ditidak dipentingkan. Bagi Arkan sendiri, ia takut Adiknya itu akan merasa kesepian bila dirinya sudah benar - benar tidak ada disisinya lagi. Belum lagi Juni yang gampang merasa menyendiri, ketika orang - orang terdekatnya satu persatu pergi meninggalkannya sendirian.

Arkan yang baru saja sampai di kediaman Juli, ia melepas helmnya dan meletakannya di stang motor sportnya sebelah kanan. Ia melenggangkan kakinya masuk ke teras rumah Juli, mengetuk daun pintu rumah ini dan menunggunya untuk dibukakan. Setelah beberapa menit ia menunggu orang dalam untuk membukakan pintu ini, akhirnya salah seorang asisten rumah tangga yang kita kenal dengan nama 'Bi Iyem' membukakan pintunya.

"Eh ada Bang Arkan, masuk Bang." Bi Iyem mempersilahkan Arkan masuk. Arkan yang mengangguk, ia pun mengekori Bi Iyem dari belakang

Arkan melihat - lihat keadaan rumah ini yang amat sangat sunyi, "Juli ada Bi?." Tanyanya langsung to the point

Bi Iyem mengangguk, "Ada Bang di kamarnya."

"Lho, emangnya dia nggak sekolah Bi." Kalau ia sendiri tahu bahwa hari ini Juli sekolah atau tidaknya, mengapa Arkan justru membawa dirinya ke tempat ini. Aneh bukan bila ia sendiri bertanya seperti itu yang jelas - jelas sedikit menjanggal

Bi Iyem menggeleng lagi, "Emang Bang Arkan ndak tahu kalau Aden sakit?." What the,... Kenapa Juli sedang dilanda sakit juga dengan sama seperti Juni saat ini. Bisa dibayangkan bukan kalau keduanya seperti anak kembar dalam satu ari-ari

Arkan mengerutkan keningnya, "Sakit... kenapa sakitnya bisa samaan gini ya, si Juni juga lagi sakit Bi."

"Yaampun si Kakak sakit juga Bang, atuh kenapa bisa bareng begini sama Aden ya." Sahut Bi Iyem ikut bingungnya sama seperti Arkan

Arkan menggeleng - gelengkan kepalanya, "Kalo itu sih, Arkan aja bingung Bi. Mungkin emang udah ditakdirin bersatu kali ya Bi." Kata Arkan cekikikan

Bi Iyem terkekeh, "Atuh si Abang, kalau beneran sih Bibi mah lahir batin setuju. Dari bayi juga mereka udah sama - sama ko ya..."

Kenapa Arkan jadi bahas soal seperti ini, ini benar - benar diluar dugaannya dengan maksud kedatangannya kesini untuk apa. Benar - benar Kakak laki - laki yang satu ini, bukannya bergegas menghampiri Juni di rumah malah mengajak Bi Iyem mengobrol yang ngalor ngidul penyampaiannya.

"Udah ah, kalo sama Bibi bawaannya pengen ngomong terus. Arkan ke atas dulu deh Bi, mau liat Juli." Cicitnya yang meninggalkan Bi Iyem di tempat

Bi Iyem memperhatikan punggung Arkan sambil menggeleng - gelengkan kepala, "Hadehhh si Abang, kebiasaannya tidak pernah berubah. Sudah mau punya istri masih aja lupa sama niat..." Gumam Bi Iyem yang melanjutkan menyapu lantai

Sesampainya di atas,

Arkan menekan knop pintu kamar Juli. Kamar yang berwarna elegan itu, menjadikan Adiknya begitu betah dan ingin berlama - lama di ranjang lebih besar dari punyanya sendiri. Pantas saja Juni selalu betah ketika menginap di rumah ini, wong kamar Juli dengan kamar Juni berdekatan tanpa ada kamar yang menjadi penengah diantara kamar mereka. Arkan juga melihat tatanan foto - foto yang terpasang rapih di meja panjang seperti mana di kamarnya sendiri. Ia melihat banyak foto Juli dengan Juni, Juli dengan Kyra, Juli dengannya dan juga bersama keluarga serta teman - temannya yang lain. Ia juga melihat sebuah rak buku kecil yang di tengahnya dipasangkan foto - foto kecil berframe polaroid dengan Juni. Disana terdapat sebuah quotes singkat yang dituliskan oleh Adiknya, ia membacanya dengan seksama;

CERITA JUNI & JULI [END]Where stories live. Discover now