Bab 46

643 35 0
                                    


Hari Senin,

Cuaca yang tidak mendukung untuk melakukan kegiatan yang menjadi rutinitas di setiap awal Senin, kini tidak untuk mengibarkan sang saka Merah Putih. Hujan mengguyur Ibu Kota dengan tiba - tiba. Maka dengan berat hati, upacara kali ini dibubarkan tanpa komando yang mengambil alih seluruh kegiatan berlangsung. Semua siswa-siswi langsung berpencar ke kelasnya masing - masing untuk mengeringkan baju mereka yang hampir setengah basah karena guyuran hujan yang turun begitu derasnya. Pagi ini menjadi sebuah awalan yang dimulai dengan hawa dingin yang menyeruak ke setiap kulit tubuh mereka. Bagi anak jaman sekarang, kalau mereka belum sempat untuk sampai di sekolah, mereka lebih memilih opsi untuk bergelut dengan selimut besar yang ditambah memeluk benda empuk di ranjang. Sekarang, mau tidak mau mereka yang mengantuk harus lebih menahan matanya agar tidak tidur dengan keadaan kondisi yang lebih enak untuk dibuat tidur di kelas.

Ada yang sebagian pergi ke kantin, ada yang sebagian cabut dari kelas untuk mencari kelas kosong dan pergi tidur, serta ada juga yang memilih untuk diam di kelas memainkan gadgetnya dan pergi mengupdate status hari ini. Ketiga teman - teman Juni lebih memilih untuk duduk di kelas saja, mereka memang tidak suka untuk pergi ke kantin dengan embel - embel untuk membeli makanan. Mereka tidak pernah tidak membawa makanan, pasti setiap paginya mereka sudah menyediakan makanan yang disimpan dikotak bekal agar lebih sehat lagi. Entah isiannya nasi goreng, sandwich, roti bakar, roti sobek isi dan yang lainnya, mereka lebih menyukai makanan yang dibawa dari rumah ketika dipagi hari ketimbang membeli di kantin. Sebelumnya mereka sudah mengetahui bahwa sang leadernya tengah berbaring sakit di rumah. Maka dari itu, sehabis selesai sekolah, mereka akan pergi ke rumah Juni untuk melihat keadaannya yang tidak baik - baik saja.

"Pas tau kalo Juni nggak masuk, si Abang ngepapin kondisinya Ibu negara yang masyaallah banget Bi." Ucap Naufal yang berbicara memberitahu pesan dari Juli

"Terus gimana, nanti kita semua ke rumah Ibu negara kan?." Tanya Liam

"Iyalah harus, nanti lo mau bawain apaan emang?." Sahut Naufal mengegas

Liam yang disahut dengan Naufal seperti itu, ia menatapnya sinis "Nyaut aja lo congor kalong." Balasnya ketus

"Lo berdua berisik banget si, berantem mulu." Celetuk Adriel melerai mereka berdua yang selalu berdebat

Lyanna, Melda dan Bianca yang mendengar geng Abang beradu mulut, mereka sebisa mungkin menutup telinganya rapat - rapat agar tidak terlalu pengang mendengarkan perdebatan itu. Naufal dan Liam, mereka selalu saja berdebat tanpa sekali memandang posisi dimana mereka tengah berada.

"Udah kenapa si, lo berdua berantem terus. Pusing nih gue dengernya." Tutur Bianca

Lyanna menghela nafas, "Liam, udah diam. Berisik banget sih pagi - pagi."

"Aku diem ko yang, Naufal aja tuh yang nyerocos terus." Cicit Liam berucap lembut kepada Lyanna

Lyanna memutar bola matanya malas. Mengapa Liam seperti ini ketika Lyanna sudah mengingatkannya, tetapi mengapa Liam sangat emosi ketika Naufal sudah menyela ucapannya?, ah memang aneh laki - laki bermodal modus ini. Seribu satu cara, Liam mempunyai berbagai macam cara agar bisa memiliki hati Lyanna seutuhnya. Baginya, tak apa bermodal modus terlebih dulu. Kalau bermodal hati nyambung ke modus, akar - akar cinta tak bisa tumbuh begitu saja dengan cepatnya. Maka dari itu, Liam menggombali Lyanna dengan modusnya agar Lyanna semakin percaya bahwa Liam memiliki perasaan yang kuat terhadapnya dengan kata 'tidak main - main'.

"Li Li, heran gue mah sama lo. Kalo sama Naufal aja bawaannya emosi terus. Tapi kalo sama Lyanna, udah kayak Nathan yang ketemu sama Salma, terus banyakin modus buat dapetin cintanya sampe dapet hahaha." Cibir Melda sedikit meledek Liam

CERITA JUNI & JULI [END]Where stories live. Discover now