«twenty nine»

3.7K 633 84
                                    

Sena menggeliat pelan. Wanita itu baru saja terbangun dari tidur panjangnya. Usai sepenuhnya sadar, netranya lantas berputar mengamati keadaan sekitarnya. Kemudian menangkap objek berupa jam dinding yang tergantung tepat di atas pintu kamar.

Jam delapan malam. Dan... Tunggu dulu, Sena tersentak ketika baru menyadari bahwa saat ini ia berada di dalam kamarnya. Dan lagi, apa ini? Kenapa bisa ada handuk lembap berada di atas dahinya.

Masa bodoh dengan kejanggalan-kejanggalan yang ada, Sena mengambil handuk di dahinya dan meletakkan asal ke nakas. Mencoba untuk bangkit dari kasur, karena ia harus kembali ke studio dan menyelesaikan pekerjaannya. Namun, tak beberapa lama setelah berhasil berdiri menginjakan kaki di lantai, kepala Sena kembali dilanda pening, membuat wanita itu harus kembali duduk seraya meringis pelan.

"Eoh, sudah bangun rupanya."

Sena mendongak dan mendapati Yoongi sudah berdiri di depan kamar, dengan membawa sebuah nampan yang terdapat segelas air putih dan satu buah mangkuk yang entah apa isinya.

"Sedang apa kau di sini? Siapa yang memberimu akses masuk ke sini?" tanya Sena dengan nada ketus, pada Yoongi yang baru saja meletakkan nampan yang pria itu bawa ke nakas.

"Kenapa kau menyiksa dirimu seperti ini?" alih-alih menjawab pertanyaan Sena, Yoongi malah balik melemparkan sebuah pertanyaan pada wanita itu.

"Bukan urusanmu!"

"Itu urusanku! Kira tidak mungkin akan meminta bantuan orang lain kalau kau tidak mendadak pingsan, pagi tadi. Merepotkan saja."

"Merepotkan? Oh, maaf, aku juga tidak ingin merepotkanmu. Lagipula kau bisa pergi sekarang. Aku tidak butuh bantuan atau pertolonganmu! Pergi!" usir Sena.

"Tidak, sebelum aku melihatmu menghabiskan bubur itu dan minum obat!"

"Tidak!"

"Kalau begitu aku tidak akan pergi," ucap Yoongi kemudian menarik sebuah kursi dari kolong meja rias Sena dan duduk di sana.

Sena menatap Yoongi jengah. Setelah tiba-tiba menghilang, pria itu kini kembali menampakkan diri dan bersikap seolah tidak terjadi apapun. Sena tidak bisa berdiam diri terlalu lama bersama Yoongi dalam tempat yang sama, jadi wanita itu memutuskan untuk pergi sebelum emosinya benar-benar meledak.

"Mau ke mana kau?" tanya Yoongi sembari menahan pergelangan tangan Sena.

"Sudah kubilang, bukan urusanmu!"

"Kalau kau mau ke studio, lupakan saja niatanmu itu. Aku sudah mengunci studiomu, dan kuncinya baru akan kukembalikan setelah kau benar-benar sembuh," ucap Yoongi santai tapi berhasil menyulut api dalam diri Sena.

"Kembalikan, Min Yoongi! Aku masih harus bekerja!"

"Sudah kubilang, kalau aku kembalikan saat kau benar-benar pulih. Tidak dengar, ya?"

"Berhentilah mengurusi hidupku! Sekarang serahkan kuncinya padaku!"

"Tidak!" ucap Yoongi bersikukuh.

"Berikan padaku, Min Yoongi!"

"Kalau aku bilang tidak, ya artinya tidak, Sena!"

Sena menyentak kasar pergelangan tangannya yang digenggam erat Yoongi. "Apa maumu sebenarnya? Berhentilah bersikap seakan kau benar-benar peduli padaku!"

"Yang aku mau sekarang, kau habiskan bubur yang sudah kumasak itu. Lalu minum obat dan istirahat. Jelas bukan?" ucap Yoongi seraya menunjuk semangkuk bubur di atas nakas. "Dan satu lagi, aku seperti ini karena aku memang peduli denganmu, Sena."

"Kalau kau memang benar-benar peduli, bisa jelaskan padaku ke mana saja kau selama ini? Kau bilang kalau kau mencintaiku, tapi kenapa kau tiba-tiba menghilang, bahkan disaat aku sedang membutuhkan seseorang untuk kujadikan sandaran?"

Sena sudah tidak bisa lagi menahan lebih lama agar kristal bening di matanya tidak turun. Di hadapan Yoongi. "Kau tidak tau bagaimana aku menderita selama ini, Min Yoongi! Kau tidak berhak untuk berkata jika kau peduli padaku!"

Melihat Sena yang menangis di hadapannya, membuat Yoongi ingin sekali merengkuh wanita itu dalam pelukannya. Tapi kenyataannya, Yoongi hanya diam termangu pada tempatnya berpijak sekarang.

"Tidak bisa menjawabnya, bukan?"

"Selama ini aku pergi untuk menghindarimu. Malam itu kau mabuk, dan kau menyuruhku untuk pergi. Entah kau mengingatnya atau tidak," ucap Yoongi.

"Hanya itu? Hanya karena kejadian yang bahkan aku saja tidak bisa mengingatnya."

"Karena aku ingin kau terbebas dari beban perasaanku. Aku ingin kau bahagia," ucap Yoongi.

"Kau terlalu memaksaku untuk membalas perasaanmu, Min Yoongi. Dulu dan kau melakukannya lagi sekarang. Kau tau kalau aku masih terikat perasaan dengan Henry. Bukankah seharusnya kau membantuku untuk lepas dari pria itu, dan menyembuhkan perasaanku terlebih dulu, Min Yoongi?"

Lagi-lagi, Yoongi hanya bisa diam dan mencerna semua yang Sena ucapkan.

Sena mengusap air matanya kasar. "Terima kasih karena kau sudah mau jujur. Setidaknya kau sudah membuatku sadar agar tidak kembali menyerahkan cintaku pada orang yang salah."

"Pergilah! Jangan temui aku lagi mulai sekarang," ucap Sena lagi seraya kembali berbaring ke atas tempat tidur dan membelakangi Yoongi.

➿➿➿

※Vote and Comment※

Kok jadi gini banget yah 😂😂

Heal Me [MYG] ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora