«twenty seven»

3.8K 599 46
                                    

"Mommy, kau masak apa?" tanya Kira usai gadis itu duduk di atas kursi meja makan. Sena menoleh dan menatap putrinya itu seraya tersenyum, kendati senyuman itu terlihat sedikit dipaksakan.

"Maaf ya, sayang. Pagi ini mommy hanya bisa menyediakan sereal. Kepala mommy sakit sekali."

"Mommy sakit? Mukamu pucat sekali," tanya Kira lagi, sebab gadis itu sangat khawatir melihat wajah Sena yang seperti mayat hidup.

"Hmm, mommy baik-baik saja. Tapi, sepertinya mommy tidak bisa mengantarmu ke sekolah hari ini."

"Biar Kira di rumah saja. Mommy harus istirahat."

"Maaf ya, sayang. Kalau begitu habiskan makananmu, mommy kembali ke studio dulu," ucap Sena sembari meletakkan mangkuk berisi sereal dan susu di atas meja.

Baru berjalan sekitar lima langkah, Sena merasa kepalanya sangat pusing bukan main, seakan benda di sekelilingnya berputar-putar. Tak butuh lama bagi tubuh yang semakin lama semakin mengurus itu untuk tumbang dan membentur dinginnya lantai apartemen.

Kira lantas turun dari tempat duduknya dan sembari menangis, gadis itu berlari menghampiri Sena yang sudah tergeletak tak sadarkan diri. "Mommy, bangun," dan mengguncang pelan lengan Sena, berharap agar sang ibu bangun.

Melihat Sena tak kunjung sadar, membuat Kira semakin panik andai terjadi sesuatu dengan eomma-nya itu. Telapak tangan Sena juga mulai mendingin, saat Kira menggenggam tangan wanita itu.

Kira berlari ke dalam studio untuk mencari ponsel Sena. Mencari nomor kontak siapa saja yang gadis itu kenal, kemudian menekan tombol telepon sembari berharap bahwa orang yang dituju mau mengangkat panggilannya. Dan orang pertama yang Kira telepon adalah Yoongi.

Di sisi lain, Yoongi sedang berada di dalam studio Namjoon, bersama dengan Hoseok. Apalagi jika bukan untuk mengerjakan sebuah—empat buah lagu untuk album comeback junior mereka.

Yoongi merasa ponselnya bergetar saat ia sedang memejamkan mata untuk tidur. Mengingat pria itu baru selesai mengerjakan bagian lagunya pada jam tiga dini hari tadi, dan baru saja selesai menyatukan bagiannya dengan bagian milik Namjoon. Yoongi lantas mengambil benda persegi panjang dengan lambang apel dari saku celana, menatap layar dengan tampilan nama kontak yang sedang menunggu agar pria itu mengangkat teleponnya.

Tanpa berpikir panjang, Yoongi menggeser tombol merah ke tengah layar, meletakkan ponselnya ke saku celana, dan kembali memejamkan mata untuk tidur. Begitu suara operator yang terdengar, Kira lantas mematikan sambungan telepon dan beralih untuk menghubungi Namjoon.

Begitu melihat ponselnya menyala dan nampak nama Sena di layar, Namjoon bergegas untuk mengangkat panggilan telepon dari sepupunya itu. Tak dipungkiri bahwa Namjoon benar-benar mengkhawatirkan Sena beberapa hari terakhir ini—semenjak pria itu membaca berita pertunangan Henry di internet—sebab Sena mengabaikan seluruh panggilan dan pesan darinya.

"Sena, astaga, kau ini ke mana saja?"

"Paman Namjoon."

Namjoon mengernyit sesaat setelah mendengar suara Kira, bukannya suara Sena. Ditambah lagi dengan suara gadis kecil itu yang terdengar seperti sedang menangis sesenggukan.

"Kira?"

"Paman, hiks."

"Kira, ada apa sayang? Kenapa kau menangis, hmm?"

"Paman, apa kau bisa ke sini sebentar? Tolong mommy, hiks."

"Mommy-mu kenapa?"

"Hiks, mommy pingsan. Wajahnya pucat dan telapak tangannya dingin sekali, hiks."

"Pingsan?!" pekik Namjoon, dan membuat seluruh atensi penghuni studio RKive terpusat padanya. Termasuk pria bernama Min Yoongi yang kini membuka lebar matanya dan menaruh perhatian penuh pada Namjoon.

"Cepat ke sini, paman."

"Tunggu, oke. Paman akan segera ke sana. Jaga mommy-mu sampai paman datang."

"Hya, kau mau ke mana?" ucap Hoseok sembari menahan lengan Namjoon yang hendak pergi.

"Aku harus ke apartemen Sena sekarang. Dia pingsan. Kira juga bilang badan Sena mulai mendingin. Aku pergi!"

"Kau tidak boleh keluar dari studiomu sekarang, bodoh. Lagu-lagu ini masih belum selesai semuanya. Kau tidak ingat Bang PD memintamu untuk menyelesaikannya malam ini juga?" tegur Hoseok.

"Kau tenang saja. Aku bisa mengerjakannya lagi setelah kembali dari apartemen Sena."

"Tidak, Kim Namjoon. Kau tetap tidak boleh pergi sekarang!"

"Hoseok-ah, kau tidak dengar apa yang kubilang tadi? Sena pingsan dan aku harus segera ke sana," ucap Namjoon frustasi.

"Suruh Yoongi saja. Pekerjaannya sudah selesai semua, bukan?" celetuk salah satu produser yang turut berada di dalam studio Namjoon.

"Benar. Suruh Yoongi hyung saja," ucap Hoseok menyetujui.

"Tidak! Aku tidak akan mengijinkan dia mendekati Sena!" tolak Namjoon.

"Jangan egois! Di sini, satu-satunya orang yang bisa kau mintai tolong adalah Yoongi hyung. Kau benar-benar tidak bisa keluar dari sini, Namjoon-ah. Mau melihat Bang PD marah besar karena kau melalaikan tugasmu?"

"Arghh!" Namjoon mengacak rambutnya frustasi, Kira membutuhkan bantuannya, tapi tidak menutup kemungkinan bahwa Bang PD juga akan marah besar andai lagu yang dipercayakan kepadanya tidak selesai malam ini.

"Jangan buang-buang waktu, Kim Namjoon. Cepat suruh Yoongi hyung pergi ke apartemen Sena," desak Hoseok.

Tidak ada pilihan lain bagi Namjoon selain meminta bantuan pada Yoongi, kendati pria itu sebenarnya enggan. Namjoon beralih menatap sebentar Yoongi yang duduk di sofa studionya, kemudian menghampiri pria itu.

"9983. Pergilah dan lihat keadaan Sena di sana!"

➿➿➿

※Vote and Comment※

Heal Me [MYG] ✔Where stories live. Discover now