«twenty one»

3.7K 676 136
                                    

Usai membersihkan diri dan menyantap makan malam bersama dengan Bibi Ahn, Yoongi ijin pamit pulang pada wanita paruh baya itu karena masih ada pekerjaan yang menanti untuk segera diselesaikan di Seoul. Begitupun dengan Sena yang juga mengajak Kira untuk pulang. Agaknya wanita itu merasa tidak enak pada Yoongi jika meminta waktu untuk tinggal lebih lama lagi.

Kira sepertinya juga sangat kelelahan setelah seharian bermain bersama dengan Moni. Lihatlah, gadis kecil itu sudah mulai merengek menolak duduk di kursi belakang, meminta agar ia bisa duduk di kursi depan bersama Sena. Dan benar saja, belum sepuluh menit mobil melaju, gadis kecil itu sudah terlelap dengan posisi seperti bayi koala yang bergelantungan pada induknya.

"Jarang-jarang Kira seperti ini. Aku penasaran, kalian bermain apa saja sewaktu di pertenakan Bibi Ahn?" tanya Sena.

Yoongi menoleh sebentar, "tidak bermain apa-apa sebenarnya, hanya memberi makan Moni, setelah itu dia minta naik ke atas kuda poni itu."

Sena mengangguk-angguk lalu menatap wajah damai putrinya itu. "Aku bahkan baru tau jika gadisku ini menyukai kuda poni. Seingatku, dulu dia suka sekali dengan beruang."

"Itu tandanya kau juga harus membagi waktu lebih banyak dengan Kira. Jangan terlalu larut bekerja dan mengabaikannya," tutur Yoongi.

"Aku juga berusaha, tapi 'yah pekerjaan seolah datang tanpa ada habisnya," ucap Sena merengut.

"Bagi saja pekerjaanmu dengan produser yang lain. Jangan mengerjakannya seorang diri. Kira masih kecil, dia masih membutuhkan perhatianmu, walaupun aku sendiri sebenarnya bisa ikut memperhatikannya bersamamu," ujar Yoongi.

"Terima kasih atas sarannya, oppa."

Kendaraan besi hitam itu kemudian melaju membelah jalanan menuju ke Seoul dengan keheningan di dalamnya. Dan keheningan itu masih tetap berlanjut bahkan setelah ketiganya sampai di parkiran apartemen.

"Tunggu sebentar, jangan keluar dulu," ucap Yoongi yang kemudian bergegas turun dari mobil. Pria itu berputar ke tempat duduk Sena, dan membukakan pintu untuknya.

"Biar aku yang menggendong Kira. Kakimu masih sakit, kan?" dan tanpa menunggu jawaban dari Sena, Yoongi langsung mengambil Kira dari pangkuan wanita itu dengan hati-hati. Membiarkan Sena yang menutup dan mengunci mobilnya.

Sena memencet tombol angka di mana apartemennya berada. Dan setelah pintu besi itu tertutup, lagi-lagi keheningan melanda di tengah mereka. Saling bergelut dengan pikiran masing-masing, tanpa berminat memecah atmosfir kecanggungan yang tercipta di antara mereka.

Begitu lift berdenting dan terbuka di lantai enam belas, Sena dan Yoongi bergegas keluar dari ruang kotak tersebut dan berjalan menuju ke unit apartemen yang Sena dan Kira tinggali. Menekan empat digit passcode dan membiarkan Yoongi masuk terlebih dahulu, sebab pria itu sedang menggendong Kira.

"Mau ditidurkan di mana?" tanya Yoongi.

"Di kamarnya sendiri saja. Sebentar biar aku bukakan pintu kamarnya," ucap Sena kemudian bergegas berjalan mendahului Yoongi, dan membukakan pintu kamar bernuasansa pink itu agar Yoongi bisa membaringkan Kira di sana.

"Mimpi yang indah, putriku," ucap Sena seraya mengecup kening Kira. Wanita itu kemudian keluar setelah membenarkan letak selimut putrinya, dan menyalakan pendingin ruangan.

"Humm, terima kasih karena seharian ini kau sudah menemani Kira bermain, oppa," ucap Sena yang ikut bergabung bersama Yoongi di ruang tengah.

"Bukan masalah. Aku juga senang bisa menemaninya bermain."

"Tunggu sebentar, akan aku buatkan teh hangat dulu sebelum oppa kembali ke dorm. Anggap saja ini ucapan terima kasihku," ucap Sena, lantas bergegas menuju dapur dan bersiap untuk membuat teh.

Hampir saja cangkir yang dipegang oleh Sena terjatuh karena dua lengan kekar yang tiba-tiba melingkar pada pinggang ramping wanita itu. Tanpa harus menoleh Sena sudah tau siapa pelakunya.

"Oppa, sedang apa kau? Lepaskan!"

"Biarkan seperti ini. Aku ingin bicara serius mengenai sesuatu denganmu."

"... tolong dengarkan aku baik-baik!" ucap Yoongi seraya semakin mengeratkan pelukannya.

"... maaf sebelumnya, bukan maksudku untuk menguping pembicaraanmu dengan Bibi Ahn di pondok tadi. Tapi, aku tidak sengaja mendengar semua yang kalian bicarakan."

"... aku benci mengakui ini, tapi setelah mendengar percakapanmu dengan Bibi Ahn, aku merasa bahwa aku memang harus mengatakan ini jika aku tidak mau mengulang kesalahan yang sama seperti dulu."

"... Sena, aku ingin menegaskan sesuatu padamu. Bahwa perasaanku untukmu masih sama hingga detik ini, dan itu tidak akan pernah berubah. Aku masih mencintaimu."

"... bisakah kau buka hatimu lagi untukku?"

"... aku sadar aku bukan apa-apa jika dibandingkan dengan mantan suamimu itu. Aku masih kalah jauh, baik dari segi fisik maupun material. Dia tampan, berbadan kekar, dan pengusaha kaya raya dari keluarga terpandang. Sedangkan aku hanyalah seorang idol dan produser, aku juga bukan dari kalangan konglomerat yang punya banyak materi untuk bisa hamburkan."

"... yang bisa kuberikan padamu hanya satu, yakni kebahagian yang tidak pernah kau dapatkan dari masa pernikahanmu dulu. Lupakan Henry, dan kembalilah padaku. Kau pantas untuk bahagia, Sena-ya."

"... aku akan minum teh buatanmu lain waktu, karena sekarang aku harus kembali bekerja. Istirahatlah dan selamat malam, beruang kecilku."

➿➿➿

※baper gak? atau minimal ada sesuatu yang pingin keluar dari mata gitu? 😂😂😂※

Heal Me [MYG] ✔Where stories live. Discover now