48. Tragedi Kantin

5K 255 32
                                    

Aku mencintaimu dengan caraku. Asal kamu percaya, rasa sayangku benar nyata. Dan aku juga percaya, kamu adalah orang yang sanggup bertahan denganku tanpa tapi dan mengapa, meski seiring waktu kamu merasakan sakit hati, meski memiliki beribu alasan untuk pergi tanpa ada kata kembali.

-Pangeran yang romantis dadakan

Langkah kaki membawanya menyusuri Koridor, berlanjut ke lorong guna sampai pada kelas yang ia tuju.

Berbekal senandung kecil, Putri mengurai senyum ceria. Seperti biasa, gadis itu berangkat bersama Pangeran. Namun kali ini dirinya harus berjalan sendiri, karena mendadak Pangeran mendapat panggilan dari Kepala Sekolah. Yang merupakan saudara dari Riovandi.

Disela derap langkah, Putri sedikit merasa aneh. Seolah seperti saat pertama kali masuk sebagai murid baru, karena tak sedikit pasang mata yang mengikuti arah geraknya.

Terutama dari sebagian kaum hawa. Aura sinis nan mencekam sungguh membuat Putri tercekik suasana.

"Anjir! Nggak percaya gue."

"Gue lebih nggak percaya lagi kalau Pangeran tunangan sama lo."

"Putri yang lagi jalan itu? Yang dijodohin ama Pangeran? Wadadidaw!"

"Anak baru yang pipinya gembul itukan? Imut juga sih kalau diliat. Cocoklah sama Pangeran yang nggak punya ekspresi."

"Atit ati adek."

"Tapi mereka cocok juga sih. Namanya aja samaan, emang udah dijodohin dari orok kali."

"Yang cowok cakep, yang cewek cantik. Cocok lah, tapi lebih cocok sama gue. Muehehe."

"Nggak banget!"

"Pangeran Putri, cocok aja sih."

"Yang cowok stay cool, yang cewek cerewet kaya knalpot bajaj."

"Gosip aja! Belum pada dibalsemin tuh mulut. BUBAR!"

Putri menghela napas, mengeratkan cengkraman pada tali tasnya. Lalu meniup anak rambut dengan wajah kusut.

"Putri!"

Baru saja hendak melangkah, seseorang yang memanggil namanya membuat gadis itu menoleh. Menyengir lebar kala mendapati Ethan tengah berlari kecil.

"Ada apa? Mau ngegosip juga?" Sambutnya lesu.

Dahi Ethan berlipat vertikal, lalu menggeleng. "Justru gue yang bubarin Mak Lambe tadi, harusnya lo makasih."

"Sama-sama."

"Yeuu..." Ethan bertekuk muka. Kemudian meraih tangan Putri dan menyalaminya. "Saya ucapkan selamat atas pertunangan yang akan diadakan Minggu besok, walaupun Putri bertunangan dengan Pangeran, bukan saya. Meski begitu saya turut bahagia, walau cukup terluka."

Ekspresinya dibuat sesedih mungkin, meski tak mendapat respon bagus dari lawan bicaranya. Gadis itu senantiasa terdiam dengan satu alis terangkat, menatap Ethan dengan segala keanehan yang dia punya.

"Tapi tenang, saya akan sesegera mungkin move on dari anda. Oke?" Kata Ethan lagi.

Tak ada respon, Ethan berdecak. Ditatapnya Putri dengan pipi menggembung menahan tawa. "Lo kok nggak bisa diajak kompromi, sih?! Gue udah capek sandiwara kaya di Sinetron, lo-nya malah diem kaya Patung. Ah! Nggak asik."

Dan kali ini, tak ada yang bisa menghentikan tawa Putri untuk meledak. Terlalu gemas dengan tingkah lelaki gesrek dihadapannya kini.

"Lo kalau alay nggak ketulungan, ya?" Kata Putri disela tawa. "Btw, kenapa berita ini bisa nyebar. Siapa dalangnya? Jangan-jangan, lo! Ngaku."

P & P [REVISI]Where stories live. Discover now