27. Shit Day

4.4K 249 2
                                    

Up lagiiii
Biar cepet tamat, ehe
.
.

Bau minyak urut menguar diseluruh penjuru kamar, lantaran seorang gadis tengah duduk dengan dua kaki lurus sejajar yang telah berlumuran minyak tersebut.

Sesekali pula Putri meringis pelan kala tangan mungilnya dengan telaten memijit kulit yang membalut tulang kering. Semua otot kakinya terasa kaku, membuat Putri mendesah kasar berkali-kali.

Masih teringat jelas bagaimana bayangan Kanya bersama Pangeran, memaksa hatinya bertambah sesak untuk kesekian kali.

Jika saja hari sial itu ada, maka sudah dipastikan bahwa Putri akan menetapkan hari ini menjadi kesialannya.

Kesialan pertama, Putri telah dibiarkan menunggu Pangeran dengan posisi berdiri selama 30 menit lamanya.

Kedua, hatinya dibuat sesak seiring dengan manik yang menangkap jelas bagaimana romantisnya Kanya ketika mengelap bulir keringat didahi Pangeran.

Ketiga, kesialan paling sial yang pernah Putri alami. Lantaran tadi kaki mungilnya terpaksa berjalan hingga berkilometer jaraknya, itu karna dia tidak memiliki uang untuk menaiki angkot. Disaat itu pula kondisi ponselnya mati total, dan Putri menyesal telah memperbolehkan Alka menonton youtube saat jamkos tadi.

Berakhir pada seluruh tubuhnya yang ringsek tak berbentuk. Bayangkan saja seperti apa jadinya dari sekolah menuju rumah hanya bermodal kaki beralas sepatu.

Demi apapun Putri tidak rela jika besok akan mengalami hal seperti ini lagi.

"Putri?! Putri?" Suara berat dengan nada melengking itu sukses membuat Putri terlonjak. Sejenak meletakkan minyak urut itu disampingnya.

Membiarkan Alex berlari kecil menghampirinya. "Alhamdulillah, masih hidup ternyata." Dia mendengus lega.

Dan Putri terbelalak dibuatnya. "Apaan? Lo pikir gue mati?!" Ucapnya sarkas.

Alex menyengir lebar. "Ya kali aja abis jalan jauh terus kehabisan napas, terus mati gitu." Racaunya.

"Gue nggak selemah itu, domba!" Elak Putri tak terima. "Ehh, btw lo tau darimana kalo gue abis jalan maraton?"

Alex meraih minyak urut tersebut, meneteskan sedikit pada tangannya. Lalu dengan lembut meraih kaki Putri, dan meletakkan diatas pahanya yang bersila. Memijat perlahan kaki Putri ia lakukan, lantaran rasa khawatirnya terus membuncah kala mengetahui bahwa Putri pulang dengan berjalan kaki.

"Mama Gigi telfon gue. Nanyain kabar lo kenapa belum pulang katanya." Jelas Alex dengan tangan sibuk mengurut. "Terus nggak lama dia bilang ke gue kalo lo udah pulang, dan cerita kalo lo pulang jalan. Lagian kenapa bisa jalan kaki, sih?"

"Lagi boke' buat ongkos naik angkot." Jawab Putri.

Alex menatap Putri, sejenak sebelum kembali menunduk kembali. "Ya naik taksi, lah."

Takk!

"Anjing!" Lelaki itu mengumpat, sebal lantaran kepalanya dijitak sembarangan oleh Putri. Namun begitu dua tangannya masih senantiasa mengurut.

Putri berdecak. "Duit angkot aja kagak punya, gimana mau naik taksi, bekicot!"

Menyengir Alex lakukan, senang lantaran mendapati Putri yang bertekuk muka. "Itu handuk kenapa dikepala lo? Baru keramas? Oh baru mandi ya?! Lagian kenapa baru mandi?" Cecarnya bertubi.

Beralih pada Putri yang mengerlingkan mata. "Ya bayangin aja nyampe rumah pas adzan maghrib, kebayang lah gue mandi jam berapa." Balas Putri.

Alex mengangguk paham, ada perasaan menyesal karna tidak bisa mengantar Putri pulang lantaran eskul futsal saja baru selesai ketika adzan hampir berkumandang.

P & P [REVISI]Where stories live. Discover now