19. Luka Yang Tak Diterima

5.5K 344 2
                                    

Tentang dia yang memberi luka, menembus dada sedemikian rupa. Dan karnanya rasa kecewa itu ada.

-Kanya yang lagi putus cinta

"Ngapain kesini, Pang?" Putri melangkahkan kaki, beralas rumput hijau gadis itu mendudukkan dirinya. Sejenak menjamah sekitar, mendapati taman kecil pinggir kota membuat sudut atas bibirnya terangkat.

Putri mengulum senyum, menghirup kesejukan suasana taman sore. Dengan manik bergerak mengamati apa yang ada dihadapannya.

"Mau makan?" Turut mendudukkan diri disamping Putri, Pangeran menyatukan tangan didepan lutut.

"Kenyang." Menjawab seadanya, gadis itu menikmati indahnya langit sore.

Memang Putri pulang bersama Pangeran, itu karna Alex tidak bisa mengantar lantaran harus berlatih futsal. Dan bukannya pulang kerumah, justru Pangeran membawanya kesini.

Ke taman ini.

"Kita ngapain sih, Pang?" Jari gadis itu memilin rumput disebelahnya. Pangeran yang fokus dengan ponsel membuat Putri keki sendiri.

"Halo."

"..."

"Ke Taman, sekarang!"

"..."

"Hm."

Usai, membenamkan ponsel dalam saku celana. Berdiam sejenak kala Putri memperhatikannya dengan seksama.

"Telfon siapa? Pacar baru, ya?" Pangeran mengangguk.

"Pasti mau diputusin, nih." Tebak Putri membuat Pangeran mengangguk datar. Dengan manik terarah lurus kedepan lelaki itu berdeham sejenak.

Gadis itu menyelipkan anak rambut seraya menggeleng. "Menurut lo. cewek itu apa, sih?"

Pertanyaan yang membungkam Pangeran sejenak, dirasa kurang penting. Tidak ada tanda-tanda Pangeran angkat bicara.

Berhembus napas perlahan, heran dengan tingkah laku Pangeran yang seenaknya bergonta-ganti wanita. "Gue tanya, lo jawab!"

Kalimat lugas yang membuat mereka bersitatap. "Boneka." Jawaban tanpa beban, membuat Putri ingin menggorok habis leher Pangeran.

"Maksud lo? Yang bisa dimainin seenaknya?" Lantas Pangeran mengangguk walau pelan.

Menghadirkan senyum yang terkesan miris dalam lengkung bibir Putri. "Banci." Cibiran yang membuat Pangeran menatap tajam gadis disampingnya.

Tak terima akan kata-kata yang keluar dari bibir mungil itu. "Maksud lo apa?!"

Terkekeh sejenak, menghiraukan manik tajam yang hampir membuat Putri mati kutu. "Ya banci, lah. Kata lo, cewek itu boneka yang bisa dimainin sepuasnya. Berarti lo banci, yang suka mainin wanita sesukanya." Tersenyum sinis diakhir kalimat.

"Mana ada cowok mainin boneka, adanya main robot-robotan kalo nggak mobil-mobilan." Putri menggelengkan kepala.

Gadis yang mampu membekap mulut Pangeran dengan untaian katanya. Sudut bibir atas Pangeran terangkat, melirik Putri dengan malas setelah sekian detik membungkam. "Tau apa lo, bocah!"

Mendengus kasar, Putri mencabuti rumput yang berada disekitarnya. "Lo tau najis, nggak?"

"Lo."

"Mati sana!" Kesal Putri, baru saja bangkit dan menepuk rok belakang. Hendak meninggalkan Pangeran sebelum terlonjak dengan siapa yang berada diantaranya.

Seorang gadis berpakaian diatas lutut serta bagian bahu terbuka, berdiri mengamati Putri dengan binar penasarannya.

"Siapa ya?"

P & P [REVISI]Where stories live. Discover now