14. Pemikiran Aneh

5.1K 264 14
                                    

Kalo disuruh pilih, mending buaya tulang bawang daripada buaya darat kaya lo

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kalo disuruh pilih, mending buaya tulang bawang daripada buaya darat kaya lo.

-Putri pecinta permen kadal, bukan buaya

"Pang! Jangan kebut-kebutan, dong!!"

"Kagak usah ngikutin gayanya Boy di Anak Jalanan!"

"Ih! Jantung gue ketinggalan dilampu merah!!"

"Lo bawa satu nyawa, bego?!!"

"Ya Allah, tolongin Putri!!"

Air mukanya pucat, meneriaki Pangeran yang tengah tancap gas bukanlah suatu hal yang mudah. Lantaran lelaki itu tak menggubris sama sekali, beralih semakin memacu kecepatan kuda besi itu.

Dalam hati Putri mendengus keki. Sudah berancang-ancang akan menimpuk Pangeran jika laju kendaraan berhenti, sadar betul bahwa Pangeran ingin mengerjainya habis-habisan. Satu tangan yang mencengkram erat bahu Pangeran ditariknya guna mengucek mata lantaran beberapa debu masuk dalam matanya.

Merasakan perih berdampak pada mata yang memerah. Persetan dengan segalanya, jika saja motor ini berhenti. Maka Putri tidak akan segan turun paksa dari motor hitam ini.

Laju motor itu memelan tiba-tiba, tatkala Pangeran melirik sekilas kondisi gadis yang tengah mengucek matanya.  Merasa bahwa tindakannya kali ini telah kelewat batas.

Motor berhenti, bersamaan dengan lampu yang berwarna merah.

Gadis itu membuka mata, memastikan bahwa tidak ada pergerakan. Tanpa aba-aba, Putri turun dengan hati-hati dari motor milik Pangeran. Menghiraukan banyak tatapan dari pengendara lain, yang terpenting saat ini ia harus pulang ke rumah menaiki angkot.
Bahkan menatap sengit wajah Pangeran saja rasanya enggan, terlalu malas untuk berdebat dengan lelaki menyebalkan itu.

Pangeran diam, menatap Putri dengan binar perasaan bersalah. Dan benar, lelaki itu telah kelewat batas. Ingin mengejar namun sadar bahwa menerobos lampu merah berarti melanggar peraturan lalu lintas.

Terus menyorot gerak-gerik gadis itu sesekali memastikan warna merah akan berubah menjadi hijau.

Dan ya, bersamaan dengan lampu hijau Pangeran memacu kuda besi tersebut. Memberhentikan tepat didepan halte persimpangan jalan, segera turun dari motor dan meminta Putri untuk kembali.

"Ayo pulang!" Titahnya dengan malas. Karna sudah menerka jika Putri akan berkeras kepala.

"Nggak!" Tolak Putri tak kalah lugas. Terbesit rasa kesal kala mengingat dimana Pangeran memacu motornya diatas rata-rata, membuatnya takut bukan main. Bahkan rasanya jantung Putri masih ketinggalan dilampu merah tadi, seumur-umur belum menaiki sepeda motor rasa roller coaster.

Mengerikan.

Dan Putri tidak mau mencobanya lagi.

Pangeran mendesah kasar dibalik helmnya. "Ayo." Ucapnya selembut mungkin.

P & P [REVISI]Where stories live. Discover now