9. Bawel

5.6K 297 9
                                    

Mendengus bosan, pula menatap nanar dinding kamarnya. Gadis itu mendesah berkali-kali. Lantaran bosan menikmati malam dikamar seorang diri.

Putri meraih ponselnya. Layar belum juga menyala, tanda bahwa Ken belum membalas pesannya. Awal niat gadis itu hendak mengajak Ken untuk jalan-jalan kepasar malam, lumayan bisa menjadi pengisi dan hiburan untuk malam minggu. Namun karna tak ada respon atau tanggapan, gadis itu jadi pesimis dan tak yakin jika Ken akan mengajaknya pergi keluar.

Sibuk mengetuk jari tangannya pada ponsel, tiba-tiba saja satu nama terlintas dalam benaknya.

Nona.

Gadis yang sejak lama menyandang status sebagai sahabatnya. Gadis yang sangat Putri rindukan saat ini. Alhasil, membuka lockscreen dan menuju roomchatnya dengan Nona. Pula Putri tersadar bahwa semenjak seminggu terakhir keduanya tidak saling bertukar pesan.

Putri
Nona!!

Putri
Nona, gue KANGEN!

1 menit

2 menit

10 menit

Tak ada respon, membuat Putri berniat menelponnya. Sejenak nada tunggu itu terus terdengar, sebelum disudahi dengan suara melengking yang Putri rindukan.

"Halo?! Ah elah, apaan sih Put."

"Halo? Nona dimana? Jalan yuk, gue kangen!" Sahut Putri antusias.

"Aduhh, sori-sori. Gue lagi nemenin adek gue nih."

Putri mendesah kecewa. Harapan bahwa akan ada seseorang yang mengajaknya jalan pupus sudah.
"Yah... emang lagi dimana? Gue samperin ya?!"

"Ehh, nggak usah! Bentar lagi juga mau pulang--Nona! Ayo!--iyaa bentar."

Putri menautkan dua alisnya, suara laki-laki. Apa mungkin Nona sedang jalan dengan pacarnya?
"Itu siapa? Adek lo? Kok gede gitu suaranya."

"Nona...lama am--dia sepupu gue, udah ya gue tutup. Babay!"

"Ehh, tapi No--"

Tutt...tut...

Berdecak, gadis itu menggerutu sebal. "Ck! Kok dimatiin sih?!"

Putri mendengus keras-keras. Pula ada sedikit rasa penasaran akan siapa yang bersama Nona tadi, lantaran suara bariton itu sangat mirip seperti...

Ah sudahlah, mengapa juga Putri harus pusing memikirkannya. Toh, ia percaya bahwa itu adalah sepupu Nona. Gadis itu mendengus, sempat ingin menghubungi Alex untuk mengajaknya jalan-jalan. Namun gadis itu paham betul bahwa Alex tidak suka menghabiskan waktu diluar saat malam minggu, lantaran lebih memilih berkutat dengan stick ps dan beradu dengan Papanya.

Mengusap wajahnya kasar, telah menetukan pilihan yang tepat yakni menonton beberapa film yang dipunya. Berderap hendak mengambil laptop di meja belajar sebelum suara Mama Gigi menghentikan langkahnya.

"Putri...siap-siap sana. Ada yang mau ngajak kamu jalan."

Gadis itu membukakan pintu, mendapati Gigi dengan senyum sumringahnya. "Siapa, Ma?"

"Udah siap-siap aja. Lima menit!" Selepas itu, Gigi melenggang pergi begitu saja. Menyisakan raut kusut yang terpatri pada wajah gadis itu.

"Selalu aja, banyak teka-teki. Dasar Mama Gigi."

-P&P-

Sejenak, langkah antusiasnya terhenti. Menyisakan kelam pada garis wajahnya, tak kuasa menahan kesal saat manik itu mendapati siapa yang tengah duduk sembari meneguk khidmat secangkir teh.

Putri mendengus malas, wajah antusias itu mendadak tertutup oleh rasa kesal yang kian memupuk. Beralih melangkah dengan ogah-ogahan menghampiri lelaki yang senantiasa tak acuh atas keberadaannya.

"Kalo gue tau itu lo, nggak bakal juga gue siap-siap." Desisnya selepas duduk di sofa dekat meja berukuran sedang.

Pangeran menatap malas, membuang muka begitu saja.

Hal yang paling tidak disukai oleh Putri, dijodohkan dengan lelaki bisu macam Pangeran. "Lo bisu atau nggak bisa ngomong, sih?!" Tandasnya.

Membuat Pangeran mengerjap tak percaya. Hal yang tidak disukai Pangeran, dijodohkan dengan gadis berkekuatan mengoceh 24 jam nonstop.

"Pang! Gue itu ngomong sama lo!" Gadis itu jadi keki sendiri. Mengusap gusar wajahnya.

Pangeran mendengus, menatap Putri setajam mungkin. Lantaran baru kali ini ada yang memanggilnya dengan sebutan 'Pang'. "Gue, Pa-nge-ran! Bukan 'Pang!'."

Gadis itu mendongak, menampilkan senyum yang senantiasa terulas sempurna. "Ngomong juga akhirnya, kirain bisu beneran."

"Ck!" Pangeran berdecak. Hendak berdiri kala mendapati Gigi yang tengah menghampiri keduanya.

Menyalimi punggung tangan wanita itu dengan sopan. "Pangeran jalan dulu, Tante."

Gigi tersenyum ramah, sesekali melebarkan mata kala menatap Putri. Memberi kode agar tidak melakukan hal aneh saat bersama Pangeran. "Hati-hati, nak ganteng." Pesannya.

Putri mencibir, dan dengan berat hati menyalimi punggung tangan Gigi. Berderap pergi mengekori Pangeran dengan gontai.

Terkadang gadis itu berpikir, mengapa bisa spesies macam Pangeran itu ada di muka bumi ini. Selain irit bicara, juga irit senyum rupanya. Membuat Putri harus ekstra sabar dalam menanggapinya.

"Masuk." Putri mengangguk, segera membuka pintu belakang mobil hendak masuk. Sebelum suara bariton itu mencegahnya.

"Gue bukan supir!" Tegasnya dengan raut menahan kesal. Putri mengerlingkan mata malas, paling tak suka jika tatapan menusuk itu terarah padanya. Aura menyeramkan dari Pangeran bisa Putri rasakan.

Alhasil, gadis itu mengalah dan mendudukkan dirinya disamping kursi kemudi.

DUGG!!

"Aduh!" Putri mengusap pelan kepalanya, lantaran ceroboh hingga kepalanya terbentur langit mobil. Membuat gadis itu merapal sumpah serapah, terlebih saat Pangeran menatapnya lekat. Seolah lelaki itu tengah mengejeknya saat ini.

"Jangan liat-liat!" Tandasnya langsung, tangannya ia gunakan untuk mengusap pelan kepala yang sedikit nyeri.

Pangeran tak bergeming, senantiasa menatap Putri tanpa berpaling.

"Jangan liat gue! Gue tau lo mau ngejek! Udah buruan jalan, keburu benjol nanti. Mampir ke Minimarket, mau beli eskrim buat kompres kepala, sama beli permen kadal juga."

"Bawel!"

-P&P-

Ceriwiz Abiz

Sekian&Terima vote+comment;)

TTD
doraft

P & P [REVISI]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon