20. Keputusan Dengan Segala Pertimbangan

5.2K 362 2
                                    

Dibilang suka belum tau, dibilang cinta ya nggak juga. Dibilang sayang takut dibuang, intinya perasaan ini masih ngambang.

-Putri yang bingung sendiri

Ingin bertanya, mungkin salah satu dari kalian pernah merasakan cinta?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Ingin bertanya, mungkin salah satu dari kalian pernah merasakan cinta?

Jika iya, mungkin sama halnya dengan gadis yang tengah berguling tidak jelas diranjangnya. Bahkan selimut berserak dilantai pun tidak mendapat simpati dari sang pemilik, melempar bantal disembarang arah dirasa telah puas Putri lakukan. Gadis itu terus berguling, hingga saatnya jatuh pada permadani disamping ranjang barulah dia berhenti.

Sejenak mengatur deru napas yang saling berkejaran, meluapkan apa yang baru saja ia rasakan. Masih terbayang jelas bagaimana wajah serta perkataan Pangeran sewaktu di taman tadi.

"Kalau gue diserang sama cewek-cewek fans lo itu. Lo orang pertama yang gue kubur hidup-hidup."

Pangeran mengendikkan bahu. "Terserah."

"Serius lo mau gue kubur hidup-hidup?" Pertanyaan yang sebenarnya tidak begitu penting. Namun, Putri tetap saja menanyakannya.

"Selama lo disamping gue, gue bisa pastiin nggak bakal ada yang jahatin lo. Termasuk Kanya, hati-hati aja sama dia."

Bukan hal biasa, Pangeran berbicara panjang lebar dengan lancar. Membuat gadis dihadapannya mengerjap pelan dengan mulut terbuka, sedikit tak percaya akan apa yang ia dengar.

"L-lo se-rius?"

"Hm."

"Bukan. Maksud gue, serius lo ngomong panjang banget? Gue nggak mimpi, kan?" Dia menepuk pipinya, lalu meringis. "Iya, gue nggak mimpi. Woahh.. akhirnya Pangeran bisa ngomong."

Sebagai respon, Pangeran menghela napas singkat.

"Terus, gue mau tau kenapa lo bilang supaya gue harus hati-hati sama dia?"

"Hati-hati aja." Balas Pangeran lumayan singkat.

"Oh, kalau gitu gue harus ada disamping lo terus dong. Biar nggak dijahatin sama cewek fanatik lo itu."

"Terserah."

"Kalau gue nempel sama lo terus?"

"Terserah." Putri terdiam beberapa saat.

Hanya beberapa saat, selebihnya dia kembali bertanya. "Kalau gue ngikutin lo terus?"

"Terserah."

"Kalau gue kemana-mana sama lo terus?"

"Terserah."

"Kalau gue suka sama lo?"

"Terse--apa?" Lelaki itu menatap Putri.

Sementara yang ditatap hanya menyengir tanpa dosa. Putri sendiri tak mengerti, mengapa dirinya mendadak konyol seperti ini.

"Ehm." Deheman singkat dari Pangeran memecah lengang sesaat, beralih menatap Putri dengan lamat. "Kalau itu mau lo, harus siap terima resiko."

"Apa? gue nggak ngerti." Dia meniup anak rambut yang menghalangi penglihatannya. "Maksudnya a--Woi! Pang, mau kemana?!"

"Pulang."

Dan senyum itu memudar, terganti dengan raut kegelisahan. Putri tahu apa yang dimaksud Pangeran, benar atau tidak Pangeran menyiratkan agar Putri tidak sakit hati atas perilakunya kemudian hari.

Pula mengingat fakta bahwa Pangeran gemar berganti pasangan semakin membuat Putri menghela napas berat. Terlalu susah untuk menerima semua ini.

Dia memang cerewet, apa adanya, dan berkata semaunya, namun perlu dicatat sekali lagi, bahwa urusan hati dia tidak bisa menang sendiri.

Gadis itu terlalu lemah melawan ego, lebih mengedepankan kepada siapa hatinya berlabuh. Dan siap menerima apa saja yang berujung luka.

"Putri sayang?" Lantas terkesiap, membuat lamunan Putri terpecah lantaran teguran halus mengusik sempurna kegelisahannya.

Dengan nampan berisi susu Gigi menghampiri anak gadisnya. Serta senyum yang terulas senantiasa bertengger pada wanita paruh baya tersebut. "Susu coklat buatan Mama, minum ya."

"Serius Mama yang buat?"

Gigi mengangguk.

"Orang tinggal tuang air panas juga." Putri terkekeh.

"Ya kan yang awalnya bubuk bisa jadi cair juga karna Mama." Gigi meletakkan diatas nakas. Ikut bergabung disamping anak gadisnya.

"Jadi gimana?" Suara Gigi memecah suasana lengang beberapa saat.

Putri menyampingkan badan, menatap tanya wanita kebanggaannya.

Lantas Gigi terkekeh. "Besok hari Minggu."

Selalu saja berbelit-belit. "Maksud Mama? Putri nggak tau, dan nggak mau tau." Beralih meraih gelas susu coklat tersebut. Menyesap sedikit guna merasakan suhu panasnya, barulah meneguknya perlahan.

Gigi gemas sendiri, Putri selalu saja begitu. Tidak ingin mengingat apa yang menurutnya tidak penting. "Kita punya perjanjian Minggu lalu. Waktu itu Mama masak oseng tempe sama udang, dan kamu duduk dimeja makan baru bangun tidur."

Menyeka sudut atas bibirnya, Terlalu detail Gigi mengingat membuat Putri terkekeh pelan. "Tentang keputusan Putri?"

"Iya."

"Putri mau." Dua alis Gigi bertaut. "Putri mau nerusin perjodohan ini." Terusnya.

Sejenak lengang beberapa saat, Gigi melayangkan tatapan tak percaya. Maniknya menyipit guna menyuruh Putri tidak berbohong.

Lantas Putri terkekeh dengan gelagat yang Gigi tunjukkan. "Putri serius, Ma."

"Aaaaaa...Mama bahagia banget!!" Gigi membawa Putri kedalam pelukannya, betapa bahagianya kala gadis itu setuju dengan perjodohan yang dia rencanakan dengan Rana sejak masa Sma. Setidaknya Putri tidak terpaksa dalam hal ini.

"M-ma, Pu-t-tri su-sah nap-as." Mengucap terbata lantaran begitu erat Gigi memeluk Putri, membuat saluran pernapasannya tidak begitu lancar. Seperti tertekan rongga dadanya.

"Ehh, maaf-maaf." Dengan melepas pelukan Gigi mengecup kening Putri penuh sayang. Dirinya sangat bahagia akan hal ini.

Tak sabar akan merencanakan tanggal pertunangan Pangeran dan Putri, secepatnya.

-P&P-

Mama Gigi: "kalo mau Pangeran sama Putri cepet tunangan jangan lupa vote sama komen. Biar semangat saya nyiapin tanggal pertunangannya, oke!"

Dora: "Jangan lebay, Tante."

P & P [REVISI]Where stories live. Discover now