37. Kilas Balik(2)

4.1K 212 4
                                    

NIH... YANG MINTA LANJUT
.
.
.
happy reading❣

Hidup di Panti Asuhan bersama anak-anak yang bernasib sama dengan Dewa, membuat remaja lelaki itu perlahan mulai mengerti akan satu hal.

Diajarkan berbesar hati dan menerima apa yang saat ini dialami, karna sejatinya hidup hanya sekali.

Beberapa bulan tinggal di Panti Asuhan ini memberinya banyak pengalaman. Bersama Nata, gadis cerewet yang mengajarkan segalanya. Yang membuat seorang Dewa termotivasi dan memiliki tujuan untuk hidup.

Dewa sadar, bahwa dia tak lagi sendiri. Ada sekian dari mereka yang bernasib sama, turut ditinggalkan dengan cara miris oleh orang tuanya.

Namun mereka tak berkecil hati, dan itu yang mendorong seorang Dewa untuk bertahan sampai saat ini.

"Yaudah. Gue cabut dulu, bro. Bokap pasti udah nunggu gue."

Dewa mengangguk, lalu ber-tos ria dengan lelaki dihadapannya. Lelaki yang masih menerima dirinya apa adanya. Yang tak lain adalah, Genta.

"Nat, gue balik, ya!" Pamit Genta lagi.

Nata mengacungkan jempol. "Hati-hati. Besok kalo kesini lagi jangan lupa bawa--"

"Martabak." Tukas Genta cepat, lalu mengerlingkan mata. Sudah tahu pasti kebiasaan gadis itu yang selalu memesan sesuatu padanya.

Lantas Nata menyengir lebar, sementara Dewa menggeleng pelan kepalanya.

Sudah menjadi rahasia umum nama Genta di panti Asuhan ini. Selain terkenal dengan anak dari Pebisnis ternama, dia juga dikenal sebagai teman Dewa satu-satunya. Teman yang masih bertahan di titik terendah dalam hidup Dewa.

Ya, hanya Genta yang bertahan hingga sekarang, walaupun semua memilih untuk meninggalkannya. Tak sampai disitu, Genta juga menjadi layaknya keluarga bagi Dewa.

Bagaimana tidak? Bahkan Genta sempat menawarkan Dewa untuk tinggal di Apartment milik keluarganya, dan akan mencukupi segala kebutuhannya. Tentu itu semua bukanlah hal yang berat untuk dilakukan oleh Genta, hanya perlu meminta uang dan menceritakan segalanya pada Ayahnya, maka saat itu pula Dewa akan merasa nyaman.

Namun Dewa menolak, beralasan tidak ingin merepotkan lebih jauh lagi katanya. Dan Genta mengerti, bahwa Dewa bukanlah tipe orang yang mudah dibujuk. Apalagi setelah masa kelam yang telah dialaminya, perubahan terlihat drastis dalam sikap Dewa.

Alhasil, hanya hal sederhana yang Genta lakukan. Bolak-balik mampir di Panti Asuhan sekedar menanyakan kabar Dewa. Awalnya, Genta merasa asing, namun seiring berjalannya waktu dan sesering dia berkunjung. Dia bisa mengenal baik mereka yang ada di sini.

Terjalinlah keakraban secara alami, dan Genta justru lebih menikmati harinya disini. Karna jika ia sedang bosan dirumah, maka disinilah tempat pelariannya. Sekedar bertemu Dewa dan anak Panti lainnya, tak lupa dengan Martabak pesanan Nata.

Selepas mengantar Genta sampai kegerbang, Dewa mendudukkan dirinya di sofa. Bersamaan dengan wanita bertudung berdiri diambang pintu dengan tangan menggenggam tas.

"Gimana mbak? Si Dewa lulus kan?" Nata menegur.

Namanya Ita Aradila. Biasa dipanggil mbak Ita oleh anak Panti, dia baik. Sorot keibuan terpancar dimanik teduhnya. Dia telah memiliki suami, dan suaminya bekerja sebagai sukarelawan. Sungguh Mulia bukan?

"Untung aja gurunya baik, jadi si Dewa dilulusin." Sahut mbak Ita, sedikit ia membenahi tatanan jilbab nya. Lalu meletakkan rapor milik lelaki itu diatas meja. Ya, hari ini adalah hari pembagian rapor.

P & P [REVISI]Where stories live. Discover now