17. Baperan

5.2K 258 6
                                    

Melirik sekilas kepulan asap tipis yang keluar pada permukaan kopi. Lepasnya, kembali pada aktivitas lagi.

Sejenak mendesah pelan. Mendapati satu pesan manja dari salah satu gebetan membuat Pangeran pening, alih-alih membalas, lelaki itu meletakkan ponsel tepat disebelah secangkir kopi torabika miliknya.

"Pangeran." Interupsi suara bariton itu membuat Pangeran beralih tatap. Mendapati Riovandi hendak duduk dengan selembar koran serta teh hangat yang dibawanya.

"Ayah duduk sini, ya!" Ijinnya yang langsung diangguki oleh Pangeran.

Mereka tengah duduk dikursi kayu teras, dengan kopi beserta teh di tengahnya. "Ehm." Sejenak Riovandi berdeham kecil. "Gimana sekolah kamu?"

"Lancar." Jawab Pangeran apa adanya.

"Putri?" Tanya Riovandi membuat Pangeran bungkam sejenak, masih mengingat pasti bagaimana kurang ajarnya gadis itu mengatai Pangeran sebagai pedofilia.

Diam-diam sudut atas bibirnya tertarik keatas. Mengulum senyum walau terkesan tipis.

Riovandi yang mendapati itupun lantas berdeham. "Kenapa senyum? Gila?" Ucap ringan tanpa beban membuat lelaki tampan itu menjeda sejenak.

Riovandi terkekeh. "Suka sama Putri bau-baunya." Serunya mantap. "Ayah juga suka sama dia."

Lelaki itu terbelalak. Lantas Riovandi meralat ucapannya. "Suka sebagai calon mertua. Tapi kalo masih muda, ya suka sebagai calon suami."

"Uhukk...uhukk!!" Pangeran meletakkan kopinya tergesa, lantas mengusap pelan dada guna batuknya mereda.

Lagi-lagi lelaki paruh baya itu terkekeh. Dia sangat menyayangi Pangeran, walau bukan darah dagingnya. Dan apapun keadaannya, Riovandi akan menganggap Pangeran sebagai anak satu-satunya yang teristimewa. "Udah ada Putri, Ayah yakin sebentar lagi kamu nggak akan gonta-ganti cewek setiap hari."

"Nggak setiap hari, Yah." Ralat Pangeran. Karna bagaimanapun juga lelaki itu tidak setiap hari silir berganti wanita. Tepatnya tiga hari sekali.

"Ya setiap waktu, deh." Lelaki berusia matang itu paling bisa membalas sangkalan Pangeran, hingga membuatnya diam tak berkata.

Riovandi terkekeh puas. "Kamu nggak keberatan, Ayah jodohin sama Putri?"

Walau hatinya menolak lugas, tetap saja Pangeran tersenyum tipis, menyetujui segalanya adalah jalan terbaik untuk membahagiakan orang tuanya yang sekarang. "Nggak."

"Oke." Riovandi menyesap tehnya. "Minggu besok, kamu kesana lagi?"

Diam bergeming, sejenak menatap lekat wajah Riovandi. Pangeran mengangguk pasti. "Iya."

"Ajak Putri, ya."

-P&P-

"Gimana sekolahnya?" Gigi memotong sosis yang diambilnya dari kulkas. Hendak memasukkan dalam penggorengan yang dipanaskan.

Putri mengangguk antusias. "Baik, lah. Putri punya temen namanya Alka, dia baik. Meskipun pertamanya ngeselin, tapi dia temen terbaik yang Putri punya selain Nona." Tepat pada kalimat terakhir intonasinya merendah.

Putri tersenyum getir. "Nona." Beonya lagi.

Tanpa menatap wajah Putri kesayangannya, Gigi tahu bahwa gadis itu tengah terluka. "Kenapa Nona? Yang waktu itu pernah main kesini, kan?"

Sejenak Putri menenggak jus jambu kemasan yang berada dikulkas. Meletakkannya diatas meja. "Dia suka Ken." Jelasnya lesu.

Lantas Gigi terkekeh dihadapan wajan berisi sosis. Jika saja Mama Gigi adalah temannya, maka sudah dipastikan Putri akan menggorengnya dalam wajan. "Bagus, lah."

P & P [REVISI]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin