PROLOG

17.9K 520 68
                                    

"Jangan cari jodoh sampai kemana-mana. Karena jodoh enggak akan kemana."


Ruang dengan nuansa coklat hangat mendadak senyap kala suara penyiar berita terganti oleh layar hitam televisi. Lengang yang mendominasi, membungkam mereka yang tengah duduk dengan raut menerka-nerka. Lantas helaan napas gusar terdengar kala tatapan itu diperuntukkan kepada seorang gadis yang sesekali masih menguap letih, dia bangun lebih pagi dari biasanya. Dengan rambut tercepol asal yang mengekspos leher jenjangnya, dan mata berair menahan kantuk  disertai senyum masam. Ini permulaan buruk untuk hari yang buruk.

Harusnya pagi ini dia disambut dengan seporsi sarapan pagi. Harusnya pagi ini dia mandi dan menonton televisi. Harusnya pagi ini dia melakukan kegiatan yang menyenangkan. Harusnya dan harusnya, semua hanya ekspetasi belaka, tak ada tanda akan terwujud dalam sebuah realita.

Dua pipi gadis itu menggembung, menatap tak minat bantal empuk diatas permadani, lalu menengadah memandang dua orangtua yang dengan santai menyesap teh hangat.

"Gimana? Mau kan, Mama jodohin?" Wanita paruh baya itu tersenyum, meletakkan teh diatas cangkir.

Menghadirkan decakan pelan pada bibir Putri. "Putri nggak suka main jodoh-jodohan, ya, Ma."

Wanita itu menggeleng, dia bernama Gigi. Yang tak lain adalah ibu dari gadis yang duduk diatas permadani. "Dia cakep."

Putri melirik keki. "Cakep nggak menjamin Putri bahagia, kalo cakep tapi jahat, gimana?"

"Nggak bakal, dia anak sahabat Mama dari orok." Gigi menyunggingkan senyum.

Membuat Putri menjambak kesal rambutnya. Terlalu lemah untuk melawan wanita yang menjadi panutannya. Dia melirik lelaki berbalut pakaian santai, sekarang hari Minggu. Harusnya Putri bisa merelaksasikan pikiran, bukan menambah pikiran atas apa yang Gigi ucapkan barusan.

"Pa, Papa diem aja. Belain Putri, dong, Pa." Dia merengek.

Lelaki itu mengubah posisi duduknya, sedikit menurunkan koran lalu mengurai senyum. "Kalo Papa terserah Mama, deh, kayanya."

"Aish." Putri mendesis. Jika sudah begini, tidak ada yang bisa mencegahnya.

Pula gadis itu tak bisa berbuat apa-apa. Putri kesal, Putri ingin marah, Putri ingin membantah. Namun, itu semua tidak bisa dia lakukan. Karna bagaimanapun Gigi adalah ibunya.

"Tapi kalo Putri udah punya pacar, gimana?"

"Putusin." Sahut Gigi ringan, meninggalkan desahan kasar pada gadis itu. Selepasnya, Gigi melangkah pergi. Bersiap memasak sarapan untuk pagi ini.

"MA..."

"MAMA...."

"MAMA...SEKARANG JAMAN MODERN, BUKAN JAMAN SITI NURBAYA."


-P&P-

Putri yang dijodohin, aku yang greget. YHA!!

TERIMAKASIH TELAH MEMBACA
P&P
.
.

selamat masuk dalam kehidupan Putri, cewek polos tapi petakilan.
.
.
.
TTD
deafatunisa

P & P [REVISI]Where stories live. Discover now