Bab 39. Pertengkaran Keluarga

140K 14.3K 343
                                    


RAPAT Osis untuk festival kenaikkan kelas sudah selesai di laksanakan. Tinggal menunggu bulan setelah memasuki UAS, mereka harus atur semuanya di jauh-jauh hari agar lebih mudah nantinya.

Kerutan di dahi Adam tercetak cukup jelas melihat Juna berjalan dengan Sasa ke parkiran, membawa cewek itu masuk ke dalam mobil milik Juna.

"Juna balikkan sama Sasa?" tanya Adam, bertanya kepada Ardi yang tengah menyesap minuman kalengnya.

Cowok itu mengangkat bahu "Gak tahu gue, dari kemarin gue lihat Sasa nempel banget sama Juna."

Adam menaikkan satu alisnya, aneh? Tentu saja, untuk apa rubah licik itu kembali mendekati Juna? Bukankah cewek itu yang memutuskan hubungannya dengan Juna.

Tidak mau memikirkannya, Adam hanya bisa mengangkat bahu. Bersyukur jika Juna kembali kepada Sasa, karena tidak akan ada lagi yang mengganggu kedekatannya dengan Amora.

Adam cukup terusik dengan sikap Juna yang terlalu perhatian kepada Amora. Entahlah, Adam tidak suka saja melihatnya. Tapi Adam juga tidak senang jika Sasa memperalat Juna untuk kepentingan cewek itu. Adam tahu seberapa licik Sasa. Karena mau bagaimana pun, Juna adalah sahabatnya.

"Gue balik duluan." ucap Ardi, menepuk bahu Adam.

Adam mengangguk, lalu ikut melangkah mendekati mobilnya yang terparkir. Menekan tombol, lalu masuk ke dalam.

Sepanjang perjalanan, Adam terus saja diam. Banyak hal yang terjadi belakangan ini, bahkan Adam bisa merasakkan perubahan anak Osis dengan kelas yang pernah membuat Adam muak itu.

Dua regu yang dulu bermusuhan, kini mulai membuka batas mereka. Dan semua itu terjadi karena Amora. Cewek pendek itu berhasil memutar balik dunia Adam.

Jatuh cinta?

Adam masih tidak tahu, ia hanya ingin terus mengusik cewek idiot itu. Mengikuti permainan yang bisa saja menjadi bomerang untuk dirinya sendiri.

Hari ini Adam akan pulang ke rumah orang tuanya, cukup lama Adam tinggal di apartemen membuatnya mau tidak mau merindukan wanita yang setiap hari meneleponnya tanpa henti. Menanyakan kabar juga menyanyakan kesehatannya.

Adam berpikir, entah kenapa ia terlihat begitu jahat kepada Mamanya. Membenci wanita yang sudah melahirkannya karena satu pria yang sialnya adalah Papanya sendiri.

Tidak terasa Adam sudah sampai di depan gerbang tinggi, menekan klason mobil hingga seorang satpam datang dan membukakan pintu garasi.

Bruk!

Suara pintu mobil yang di banting terdengar cukup jelas. Si pembuat suara itu mendesah kesal ketika mendapati mobil papahnya juga terparkir di sana.

"Ma, Adam pulang." seru Adam, masuk ke dalam rumah.

"Ingat rumah juga kamu?" cibir suara familier yang berhasil membuat amarahnya memuncak.

Tanpa membalikkan tubuhnya, Adam berdecih "Apa pertanyaan itu pantas di lontarkan buat aku? Harusnya yang bilang itu aku,"

Adam menggantung ucapannya, membalikkan tubuhnya menatap pria paruh baya yang sudah berdiri di sana.

"Papa inget pulang? Tumben, pelacurnya gak di temenin?"

Plak!

Satu tamparan cukup keras jatuh di pipi Adam, membuat bekas jari yang memerah tercetak jelas di sana.

"Pa!" teriakan wanita yang baru saja muncul langsung menggelegar di ruangan.

Pria paruh baya itu tidak peduli, tangannya terkepal cukup kuat hingga dadanya naik turun menahan amarah.

Bukan Cinderella (Sudah Ada Di Toko Buku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang