Bab 6. Ikan Buntal

186K 18.9K 768
                                    

AMORA membuang napas beratnya beberapa kali, benar-benar lelah. Amora tengah mengantri membeli martabak bangka kesukaannya di jam seperti ini selalu saja ramai. Amora harus rela berdiri cukup jauh dari gerobak martabak.

Martabak bangka ini memang selalu ramai, yang Amora simpulkan martabak ini tidak kalah enaknya dengan martabak mahal. Meski penjualannya masih menggunakan gerobak,

Menunggu antrian yang cukup panjang, membuat Amora tidak bisa melakukan apapun selain menggerutu. Moodnya sedang hancur, dan Amora harus bersabar untuk mendapatkan martabak yang bisa mengembalikan moodnya itu.

Amora mendesah, tiba-tiba ia mengingat kembali apa yang terjadi di sekolah hari ini. Amora masih kesal, moodnya tidak kunjung baik sampai sekarang. Semuanya semakin memburuk ketika ayahnya yang terus saja menggodanya, dan itu kembali menyangkut si bajingan Adam. Semua itu gara-gara Kenan sialan!

Cowok itu dengan gilanya mengatakan kepada kedua orang Amora. Jika anak perempuannya sudah memiliki kekasih, tentu saja Kenan tidak melewatkan jika kekasihnya adalah ketua osis. Ketua osis yang sudah menghina kedua orang tuanya. Ah, mengingat itu membuat nafsu makan martabak Amora hilang seketika.

"Sialan!" umpat Amora kesal.

"Ngumpat di tempat umum? Gak baik lho," tegur seorang pria di belakang Amora.

Amora mengerjap, ia langsung menoleh ke belakang. Mendapati seorang cowok bertubuh tinggi tengah tersenyum ke arahnya.

Dahi Amora mengkerut, ia tahu siapa cowok ini, hanya saja Amora tidak tahu namanya.

"Lo,"

"Gue Juna." Juna tersenyum tipis, kedua tangannya di biarkan menghuni saku celana yang ia gunakan.

Amora menggangguk "Ah, si wakil ketua osis." seru Amora malas.

Juna terkekeh "Kenapa? Sensi banget ngomong osisnya? Segitu bencinya, ya?"

Amora mendelik tidak suka "Kenapa? Lo mau hina gue? Jadi, lo ke sini ngikutin gue buat ngehina gue, Mirip temen lo itu!"

Juna tersenyum kecil "Negatif terus pikiran lo, gue ke sini mau beli martabak kok! Kebetulan aja ada lo di sini."

Amora memandang Juna tidak percaya "Lo? Beli martabak, Di sini? Gak salah," tanya Amora sarkas.

"Kenapa? Salah ya kalo gue martabak di sini?"

Amora mengangkat bahu "Enggak sih! Aneh aja, anak orang kaya beli martabak di pinggir jalan." cibir Amora.

Juna terkekeh "Aneh kenapa? Gak ada masalah kok buat gue! Martabak di sini enak kok. Lagian, ngapain bawa-bawa keluarga gue? Yang kaya itu orang tua gue, bukan gue. Gue di sana cuma numpang di rumah mereka."

Amora menaikan alisnya, memandang Juna penuh selidik "Ternyata orang kaya bisa bijak juga ya."

"Kenapa?"

Amora menggeleng "Enggak, beda aja sama temen lo."

Juna berpikir sebentar "Maksud lo, Adam?"

"Hm."

Juna terkekeh lagi "Ah, lo yang tadi siang nonjok Adam ya?"

Amora melipatkan kedua tangannya di dada "Hm."

Juna tertawa "Lo keren tahu." serunya.

Dahi Amora mengkerut "Keren? Lo bilang gue keren. Enggak marah, temen lo gue tonjok,"

Juna menggeleng, cowok itu masih tertawa "Ngapain gue marah? Gue malah pengen muji lo, lo bener-bener keren. Baru kali ini ada cewek yang berani hajar wajah Adam."

Bukan Cinderella (Sudah Ada Di Toko Buku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang