Bab 30. Ikutin Aja Cara Main Gue

142K 14.8K 308
                                    

PASCA Pengantaran ke rumah Amora dengan mobil Adam, cowok itu sempat keluar terlebih dahulu. Ketika tidak sengaja Bunda memergoki Amora keluar dari mobil. Sialnya, Adam bukan pulang. Melainkan diam di rumah Amora ketika Bunda menyuruhnya untuk mampir sebentar.

Amora sudah memasang wajah kesalnya melihat Adam sedang bercengkerama dengan Ayah. Dua orang itu asik bermain catur, tanpa mempedulikan ada dirinya disana.

Adam sialan!

"Kapan lo pulang?" tanya Amora sebal, tidak peduli dengan delikan tajam sang Ayah.

"Amora, jangan gitu sama temen sendiri." Ayah memperingati.

Amora memutarkan kedua bola matanya jengah "Dia bukan temen Amora, Yah. Dia itu..."

"Maafin Adam, Yah. Sebenarnya Adam mau temenan sama Amora, tapi sayangnya Amora gak mau tuh." bohong Adam, memotong ucapan Amora yang belum selesai.

Cowok itu tersenyum miring ke arah Amora yang kini mengaga tidak percaya.

"Apa lo bilang!" teriak Amora.

"Amora, jangan gitu. Bukannya bagus ada orang yang mau jadi temen kamu? Banyak temen itu baik, jangan gitu." Ayah mulai menceramahinya.

Amora mendengkus "Masalahnya yah, dia itu anak Osis." kesal Amora.

Satu alis Ayah terangkat "Lalu kenapa? Bukannya bagus punya temen Osis, kamu bisa tanya-tanya dia soal perlajaran. Denger-denger, kamu juara umum di sekolah ya? Siapa namanya?" tanya Ayah, tidak mempedulikan Amora yang mengepalkan tangannya kuat-kuat.

"Adam, Yah."

Yah? Amora tidak sadar, jika sedari tadi Adam memanggil orang tuanya dengan sebutan Ayah.

Ayah mangut-manggut "Ya Adam, lain kali ajarin anak Ayah ya. Soalnya dia minim banget dalam pelajaran."

Amora mengaga "Apa? Gak perlu, makasih!"

"Amora," ujar Ayah, mengingatkan.

Lagi-lagi Amora hanya bisa membuang napas jengah ketika melihat senyum merehkan Adam kepadanya.

"Tentu, Yah."

"Ayah gak nyangka, ternyata kamu anak baik." pujinya.

Anak baik katanya? Cih! Amora berdecih, mendelik, memberikan tatapan membunuh kepada Adam yang kini memasang senyum manis yang Amora tahu palsu.

Ketika Adam dan Amora saling lempar pandangan sinis. Berbeda dengan Eka yang kini duduk di kursi bersama Ardi yang asik memainkan ponselnya.

Pikiran Eka kembali melayang ke dalam kejadian yang tidak pernah Eka bayangkan sedikit pun. Bagaimana bisa ia di seret, bahkan Eka benar-benar tidak bisa melawan, tenaga tiga cowok itu benar-benar kuat. Tidak, bukan itu. Tapi karena gaun mini sialan yang mengganggu gerakannya.

Tentu saja Eka bisa melawan tiga orang itu dengan mudah jika saja ia tidak menggunakan pakaian seperti ini. Semua ini salah Budhe. Ah, soal Budhe, Eka yakin wanita tua itu panik ketika tahu dirinya hilang dari pesta membosankan itu. Masa bodoh, Eka tidak peduli.

"Minum dulu nak," seru Bunda, membawa nampan berisi cemilan dan beberapa gelas teh hangat.

Eka mengerjap, menatap Bunda yang menyimpan nampan di atas meja. Pandangannya tiba-tiba mengarah kepada Ardi yang sepertinya terlihat bosan. Karena sedari tadi cowok itu tidak henti-hentinya membuang napas kasar.

"Amora, ambil teh hangat buat Adam." perintah Ayah.

Amora mendelik "Apa?"

Ayah yang fokus bermain catur terpaksa menoleh "Ambilin teh hangatnya buat Adam, bawa kesini."

Bukan Cinderella (Sudah Ada Di Toko Buku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang