Bab 33. Ada Apa Dengan Hari ini?

141K 14.3K 552
                                    

PASCA Pertengkaran yang kini masih terus berlanjut sampai ke ruang makan membuat Eka mau tidak mau kembali tersulut emosi ketika dengan terang-terangan Budhe kembali menyindir sikap bar-barnya lalu di bandingkan dengan Ibunya.

Amora sudah tidak ada di sana, Eka menyuruh temannya itu untuk pulang. Bukan mengusir, Eka tidak nyaman dengan Amora yang harus di suguhi pemandangan seperti ini di rumahnya. Eka tahu, Amora tidak akan keberatan. Cewek itu pasti akan menghiburnya, bahkan dengan gamblang Amora membelanya di depan Budhe.

Tapi saat ini, Eka membutuhkan waktu sendiri. Eka sedang tidak ingin di ganggu siapa pun.

"Nak," suara Ibu memanggil dari luar kamar.

Eka tidak ikut bergabung makan malam bersama keluarga, Eka tidak tahan dengan sindiran pedas yang semakin lama membuatnya marah.

"Makan dulu, Ibu bawain makan buat kamu." lanjutnya.

Eka yang asyik dengan lamunannya menghela napas lelah.

"Eka gak lapar, Bu."

"Jangan seperti ini, nak. Nanti kamu sakit." lirihnya.

Eka menggeram "Taro aja di situ, nanti Eka ambil."

Tidak lama suara dentingan mangkuk terdengar di luar kamarnya, derap kaki yang semakin lama semakin menjauh membuat Eka bernapas gusar.

Ia tidak bisa menyalahkan Ibunya, Eka tidak bisa menyalahkan apa yang terjadi di hidupnya. Meski Eka pernah protes kepada Ibu, untuk melawan Budhe kurang lebih menampar wanita tua itu.

Eka kesal, kenapa ia harus tinggal di lingkungan yang sama sekali tidak ingin Eka singgahi. Mungkin, di luar sana hidup di lingkungan kerton adalah hal yang baik, di hormati warganya dan masih banyak lagi. Tapi bagi Eka, ini bukan mimpinya. Eka punya jiwa yang bebas, ia tidak suka di kekang apa lagi di atur harus menjadi seperti apa.

Ayahnya tidak ada di Indonesia, pria yang sangat Eka rindukan itu bekerja di London meneruskan perusahaan grandpa. Hanya beberapa bulan saja Eka bisa bertemu dengan Ayahnya. Selebihnya alat komunikasi lah yang mempertemukan mereka.

Helaan napas panjang keluar, Eka mengambil hoodie berwarna merah di gantungan baju. Memakainya dengan terburu-buru, mengambil tas gendongnya lalu bergegas keluar kamar.

"Kamu mau kemana?"

Suara familier yang terdengar menusuk telinga itu kembali membuat Eka diam,

"Bener-bener gak tahu sopan santun, gak ikut makan sama keluarga. Di kasih tahu membangkang, dan sekarang malah mau keluar. Mau kemana, kabur?" sindir Budhe.

Eka memejamkan matanya dalam-dalam, menarik napas lalu membuangnya perlahan.

Dengan senyum yang di paksakan, Eka menoleh "Eka ada tugas kelompok," bohongnya.

Tanpa ingin mendengarkan kalimat-kalimat balasan dari Budhenya. Eka melengos, bergegas keluar dari rumah, mengabaikan teriakan Ibunya yang sedari tadi memanggil-manggil namanya.

"Ck! Sehari aja, gak bisa apa bikin gue tenang di rumah." kesal Eka.

**

Amora tidak henti-hentinya menghela napas lelah, menghajar samsak yang ada di hadapannya dengan membabi-buta. Bahkan keringat sudah mengucur deras di pelipis cewek pendek itu.

"Gak capek, Mor? Istirahat dulu gih." seru Kenan,

Cowok absurd tidak tahu malu itu entah kenapa bisa ada di rumahnya. Setelah apa yang sudah cowok itu lakukan kepada Amora, dengan cueknya ia masuk ke dalam rumahnya seolah tidak terjadi apa-apa.

Bukan Cinderella (Sudah Ada Di Toko Buku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang