Bab 10. Seseorang

167K 16K 349
                                    

PENGHUNI kelas pembuangan tidak ribut seperti biasanya, mereka terus diam hingga pelajaran terakhir selesai. Pasalnya, Amora masih belum kembali setelah Ketos dan para anteknya itu berhasil menculik teman mereka. Bahkan Amora bolos di pelajaran pak Alfa, guru pelajar bahasa inggris.

Jangan salah paham, bukan berarti Amora menyukai pelajaran bahasa inggris. Jangankan menyukainya, membedakan kata when dan where saja Amora sering kali salah. Lalu? Jelas saja karena sosok pak Alfa, guru magang yang duduk di bangku kuliah semester akhir itu berhasil merebut perhatian banyak murid. Bukan cuma tampan, dia juga baik dan murah senyum.

"Amora kemana sih?" tanya Eka cemas.

"Kita susul aja deh ke ruangan osis, gue takut kalo Amora di siksa di sana," Dinda mendesah.

"Lo lagi cemasin siapa? Siapa yang berani siksa Amora? Yang ada mereka kena bogem cewek pendek itu!" seru Kenan.

"Berani ngatain pendek di belakang, ngomong di depan orangnya." cibir Diki.

"Banyak omong lo kutu."

"Tumben banget Amora bolos di pelajaran pak Alfa. Biasanya dia paling exited kalo udah menyangkut pak Alfa." lanjut Caca berpikir.

Eka mengangguk setuju "Kayaknya ada yang enggak beres!"

"Apa?"

Brak !

Semua mata langsung menoleh ke depan pintu kelas. Amora datang dengan wajah suram. Mereka yakin ada sesuatu yang sudah terjadi, hingga membuat wajah cewek terkenal diam di kelasnya menjadi tidak santai.

"Makan tuh."

Amora menyimpan bungkusan yang berisi martabak di atas meja. Semua temannya saling pandangan, berbeda dengan Kenan yang langsung membuka bungkusan itu.

"Widih, martabak bangka Mor?" wajah Kenan berseri,

Amora tidak mengubris ucapan Kenan. Amora memilih menarik kursi, duduk menyilangkan tangan.

"Ada apaan? Kenapa wajah lo muram gitu," tanya Eka mendekati Amora.

"Gue lagi kesel Ka, gue heran! Kenapa si sialan itu selalu bikin gue emosi." geram Amora.

Dahi Eka berkerut "Siapa maksud lo? Adam?"

Amora bedecak "Siapa lagi yang bisa bikin gue emosi, kalo bukan dia."

"Lo di apain sama dia?" kini Dinda ikut bertanya, mulutnya sibuk mengunyah martabak yang ia sendiri tidak tahu asal usulnya.

"Dia nyuruh gue buat beresin kertas yang lihat tumpukannya aja bikin gue mual. Dia paksa gue buat selesain semua itu dalam waktu 15 menit, coba lo pikirin! Gue yang seumur-umur gak pernah bisa beresin apapun kalo gak sampe dua hari, harus berhadapan sama tugas itu,"

"Serius? Ugh, so sweet." celetuk Caca membuat ketiga teman ceweknya melotot,

"Kok bisa? Kenapa gak lo lawan?" Eka bertanya, cewek itu terlihat bingung. Jelas saja, ini bukan Amora yang seperti biasanya.

"Itu..,"

Amora memotong ucapannya, Amora tidak mungkin memberi tahu kenyataan sebenarnya bukan? Jika Amora mengatakan alasannya yang mau saja di bully ketos. Amora yakin, semua temannya akan ikut berontak, dan itu akan membuat mereka dengan mudahnya keluar dari sekolah ini.

"Kenapa?" tanya mereka penasaran, Kenan dan Diki ikut memperhatikan Amora.

Amora diam sebentar, mencoba mencari alasan yang masuk akal "Itu, soalnya. Gue di tawarin martabak kalo mau ngerjain."

Bukan Cinderella (Sudah Ada Di Toko Buku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang