Bab 13. Sampah, Teriak Sampah

157K 15.7K 228
                                    


ADAM meringis beberapa kali, tubuhnya benar-benar terasa remuk. Adam sendiri tidak terlalu ingat apa yang baru saja terjadi kepadanya. Samar-samar Adam mengingat, ada tiga orang yang menyeretnya keluar secara paksa dari bar.

Saat itu Adam sedang duduk menikmati vodka yang di berikan bartender, sementara dua temannya Juna dan Ardi hilang entah kemana. Tiba-tiba seorang wanita datang menggodanya, Adam yang sedang mabuk berat ikut tergoda oleh rangsangan wanita yang Adam sendiri tidak tahu siapa.

Ketika aksi Adam dan wanita itu mulai panas, tiba-tiba saja datang segerombolan laki-laki, menarik paksa dan membawanya keluar menjauhi bar. Dan di sana Adam di hajar tanpa perlawanan, Adam sendiri benar-benar tidak bisa melawan. Bukan karena lawannya tiga orang, melainkan kesadarannya sudah hilang.

"Sial." umpat Adam.

Adam termenung, samar-samar bayangan seorang cewek yang menolong dan memanggil namanya terlintas begitu saja di dalam pikiran Adam. Saat Adam sadar, Adam tidak sendiri, ada Sasa yang menunggunya.

Adam sendiri tidak tahu, bagaimana bisa Sasa berada di sini? Bahkan Adam hampir menyimpulkan jika Sasa lah yang sudah menolongnya. Tapi sayangnya bukan cewek itu, melainkan Amora. Cewek idiot yang sekarang berstatus menjadi pacar sekakigus rivalnya.

Adam membuang napas beratnya, bagimana bisa cewek itu menolongnya? Mengapa Amora tidak membiarkannya saja? Karena sebaik apapun Amora, Adam tidak akan dengan mudahnya berbaik hati hanya karena cewek itu sudah menolongnya.

Maka dari itu, Adam memberikan uang kepada Amora, agar tidak ada utang piutang lagi nantinya. Seperti yang teman idiotnya lakukan kepada Adam kemarin dan membuat Amora menjadi pacarnya.

Drrrt Drrrtt !

Adam mengambil ponselnya yang bergetar di atas tempat tidur.

"Hm?"

"Lo di mana? Gue cari keliling bar, gak ketemu juga!"

Yang menelepon Adam adalah Juna, cowok itu sedikit berteriak ketika berbicara. Adam bisa mendengar suara bising dan dentuman musik yang terdengar begitu keras di sana.

"Gue udah balik."

"Balik? Ke rumah nyokap?"

"Bukan, rumah lo."

"Sial Adam, kenapa lo balik duluan? Gue yang punya rumah lo tinggal. Arg, mana si Ardi mabuk lagi." suara Juna terdengar kesal.

Dahi Adam berkerut "Tumben."

Juna mendesah panjang di sana "Gara-gara bartender sialan, dia nantangin Ardi buat minum racikan baru yang punya kadar alkohol paling tinggi. Ck! udahlah, gue tutup dulu, mau balik gue."

Adam mengangguk "Hm."

Adam melemparkan kembali ponselnya di atas kasur. Adam memang sedang berada di rumah Juna, Adam sering kali menginap dan keluar masuk di rumah Juna seperti rumahnya sendiri. pembantu di rumah Juna sendiri sudah hafal dan tahu siapa Adam.

Juna tinggal sendiri, bisa di bilang Juna itu korban broken home. Kedua orang tuanya sibuk dengan bisnis mereka, meskipun pribadi Juna tenang dan murah senyum. Itu hanya penampilan luar, sementara di dalam diri Juna, banyak sekali keluhan dan beban yang cowok itu telan sendirian.

Adam meringis lagi, semakin lama luka memar di wajahnya semakin berdenyut. Luka yang ia dapat dari Amora saja belum membaik, dan sekarang wajahnya semakin hancur saja. Adam mendesah Lebih baik ia segera tidur, entah besok Adam masuk sekolah atau tidak.

**

Kelas XI IPA7 sedang bersorak, pasalnya guru pelajaran matematika yang kilernya melebihi ibu tiri absen hari ini. Dan kabar itu semakin ramai jadi ajang tos ria, saat mereka semua tahu. Jika seorang Adam Wijaya tidak masuk sekolah akibat di keroyok.

Bukan Cinderella (Sudah Ada Di Toko Buku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang