Bab 4. Pernyataan Cinta

194K 21.2K 1.5K
                                    


TUBUH Amora bergetar ketika kakinya memasuki area kantin. Ini sudah jam istirahat, selama pelajaran Amora tidak bisa fokus sama sekali. Eka si cewek bongsor itu sudah membuat hidupnya menjadi semakin tidak tenang.

Bagaimana bisa cewek sableng itu menjadikan Amora sebagai umpan untuk pernyataan cinta si ketua osis? Amora tidak habis pikir, kenapa harus syarat itu yang Eka berikan kepada mereka? Jika ingin mempermalukan anggota osis, kenapa tidak suruh saja ketua osis untuk mengatakan cintanya kepada mang Ali, penjual cireng wasiat di kantin.

"Santai dong Mor, cuma sebentar ko." Eka mencoba menyemangati temannya yang terlihat gugup.

"Santai pala lu peyang! Gimana gue bisa santai lihat kantin penuh gini." Amora meringis melihat sekeliling kantin.

"Namanya juga kantin Mor, kalo kuburan baru sepi noh." celetuk Kenan.

"Ya, dan kenapa kalian gak ganti aja posisi tempatnya buat di kuburan? Sekalipun gue takut kuburan, mending gue pingsan di sana dari pada harus nanggung pingsan di sini."

"Lo mau pingsan Mor? Sini gue pegangin." Dinda memegang bahu Amora tiba-tiba.

"Ck! Kenapa sih kalian gak peka." Amora menjerit histeris, seisi kantin otomatis menoleh ke arah cewek pendek itu.

"Calm down, Mor." Eka mengusap pundak Amora.

"Diem lo Ka, gue gini juga gara-gara lo. Kenapa sih gak lo ganti aja orangnya jangan gue? Lo aja kek, atau noh si Caca aja, dari tadi dia cemberut terus sama gue." keluh Amora, kesal.

Eka memandang Caca tajam, sementara Caca hanya mencebikan mulutnya karena masih kesal. Caca ngambek karena Eka tetap memilih Amora untuk di tembak Adam dari pada dirinya.

Eka punya alasan kenapa lebih memilih Amora, karena Amoralah yang berhasil membuat sensasi karena bisa memukul si ketua osis akibat kasus sepatunya. Bukankah akan terdengar lucu gosipnya nanti, pasti di artikel akan tertulis "EFEK DI PUKUL SEPATU! SI KETUA OSIS BERNAMA ADAM WIJAYA JATUH HATI KEPADA AMORA"

"Jangan marah gitu dong Mor, lagian cuma sebentar aja kok, kalo si ketua osis udah nembak lo. Tinggal lo tolak dan beres." Eka berujar santai.

Amora mendesah "Beres? Lo tau efeknya nanti gimana? Lo tau kalo Adam itu ketua osis?"

Eka memutarkan kedua bola matanya malas "Ya ampun Mor, kalo gue tau dia tukang sate, gak mungkin kan gue ngerjain mereka gini?"

Amora mengusap wajahnya dengan kasar "Itu masalahnya Eka Restiawati. Karena si Adam itu ketua osis, lo tau dia banyak penggemarnya? Gimana reaksi mereka saat tahu idolanya nembak cewek kelas pembuangan dan di tolak mentah-mentah?"

Amora mendesah kesal, memandang temannya satu persatu,

"Kalo nanti mereka bully gue gimana? Hidup gue bakal jadi nereka Ka, gue gak mau punya banyak haters!" lanjut Amora, berteriak frustasi.

Semua diam mencerna ucapan Amora, ada benarnya juga apa yang di katakan cewek mungil ini. Adam Wijaya memang terkenal, bukan hanya di sekolah, di luar lingkungan sekolahpun sosok Adam selalu mencuri perhatian orang lain, khususnya kaum hawa.

Caca yang masih kesal karena biasnya akan menembak temannya berubah menjadi prihatin. Amora ada benarnya, Caca tau bagaimana ganasnya AdWilovers, sebutan fans Adam Wijaya. Ah, Caca tidak bisa membayangkan jika wajah cantiknya akan berubah warna menjadi silver akibat cakaran mereka.

"Ah, kebanyakan ng-stalk lapak lambe turah lo Mor." Dinda berujar.

Amora menatap Dinda tajam "Ng-stalk apaan? Gue bukan elo yang demen gosip sana-sini ngepoin jujuk oppa lo itu."

Bukan Cinderella (Sudah Ada Di Toko Buku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang