Bab 31. Mau Bareng?

157K 14.5K 246
                                    

APA Yang terjadi semalam, sekaligus insiden yang menimpa Eka sudah di ceritakan. Bukan hanya kepada Amora, tapi juga kepada Bunda dan Ayahnya. Bunda sempat memaki-maki Budhe Eka yang terlalu mementingkan diri sendiri, bahkan wanita tua itu pasti tidak tahu apa yang terjadi dengan keponakannya.


Bunda tahu asal usul keluarga Eka, keluarga keraton dari pihak ibunya yang menikah dengan pria luar. Dan itu lah alasan mengapa Ibu Eka selalu di beda kan antara saudara lainnya, karena cinta kedua orang tua Eka tidak di restui. Meski sekarang semua keluarganya sudah bisa menerima, tidak sedikit yang masih menyimpan iri dan rasa tidak suka seperti Budhenya.

Bahkan pengakuan Adam yang Amora harap tidak di dengar ke dua orang tuanya turut di bahas.

"Kamu serius pacaran sama Adam?" tanya Bunda, mulai mengintrogasi anaknya.

Amora menghela napas lelah, bagaimana bisa Bundanya masih mengingat kata-kata si sialan Adam.

"Enggak, Bunda." balas Amora malas.

Bunda tidak percaya begitu saja, wanita itu menatap Amora penuh selidik.

"Kamu serius?"

"Iya, Bunda. Buat apa Amora bohong? Kalo gak pecaya, Bunda tanya Eka aja sana." Amora menunjuk Eka.

Eka mendongkak, tersenyum "Iya Bunda, mereka gak pacaran."

"Terus? Kenapa tadi Adam ngomong gitu?" tanya Ayah, tidak mau kalah.

Amora menggeram gemas, kenapa Ayahnya itu sangat excited dengan Adam. Jika saja tahu cowok yang baru saja bermain catur dengan Ayah sudah menghina Amora juga Bunda dan Ayahnya, habis sudah Adam.

"Dia cuma iseng aja Yah, Adam gitu orangnya." ucap Amora,

Ayah manggut-manggut, begitu juga dengan Bunda.

"Bagus deh! Masih SMA, jangan pacar-pacaran. Nilai aja masih merah, mau pacaran? Jangan harap Bunda kasih kamu uang jajan." seru Bunda.

Ayah mendesah "Yah, padahal Ayah berharap kalian beneran pacaran." balasnya, kecewa.

Dahi Amora berkerut, mengabaikan kekecewaan Ayahnya "Lah? Kok gitu Bunda?"

"Ya iyalah, terus apa gunanya pacar kalo gak bisa jajanin kamu? Jangan kayak Ayah kamu, tiap jalan Bunda di puasa in terus." sindirnya.

Amora dan Eka otomatis menoleh ke arah Ayah yang diam di tempatnya, lalu cengiran lebar terlihat di sana.

"Kok ngungkit masa lalu sayang? Yang penting sekarang, semua gaji aku kamu ambil semua." balas Ayah, masih terkekeh.

Bunda berdecih "Itu udah jadi hak istri!"

"Tapi kan gak harus semuanya di ambil, Bund. Masa iya tiap gajian Ayah di kasih seratus ribu doang," ujarnya sedih.

"Itu udah cukup buat jajan, emang mau apa lagi? Hah? Mau sewa pelakor ? Ayah udah bosen sama Bunda, Iya? Ayah punya simpanan lain, hah?"

Amora dan Eka saling pandangan, mereka menghela napas lelah. Beranjak dari sana, meninggalkan drama suami istri yang tidak ingin mereka lihat. Bunda Amora memang tipe wanita yang mudah curiga dan cemburu. Berbeda dengan Ayah yang masa bodoh dan tidak peduli.

**

Sang Fajar sudah menampakkan dirinya, sedikit demi sedikit mulai tampak menyinari sekitarnya. Hari ini Amora hendak mengantar Eka pulang ke rumahnya, bukan tanpa alasan. Meski Eka menolak, tapi Amora memaksa ikut, takut jika Budhenya memarahi Eka.

Eka memang bukan cewek lemah, tapi Eka bisa lepas kontrol ketika orang tuanya di hina. Amora tidak ingin sesuatu buruk terjadi kepada temannya.

"Lho? Kalian mau kemana? Gak sekolah?" tanya Ayah yang tengah duduk menikmati koran paginya.

Bukan Cinderella (Sudah Ada Di Toko Buku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang