Bab 34. Tiga Pangeran Berkuda Mesin

Mulai dari awal
                                    

"Gak ada bedanya!"

Kenan berdecih "Kacang lupa kulitnya," cibir Kenan.

Ayah tidak menghiraukan rival caturnya itu, matanya teralih ke arah Juna yang berdiri canggung tidak jauh dari sana.

"Lho, ini siapa?"

Juna yang merasa terpanggil mendongkak, dengan gugup melangkah mendekati Ayah Amora dan memberikan salam.

"Saya Juna, Om."

Ayah manggut-manggut "Mau jemput Amora juga?"

Juna mengangguk mengiyakan, mengabaikan Adam yang melemparkan pandangan tidak suka ke arah Juna.

"Hebat, kamu di jemput dua pangeran bermesin." bisik Ayah di telinga putrinya.

Amora menyikut perut Ayahnya yang kini terekeh, bangga putrinya bisa menggaet dua cowok sekaligus, tampan lagi.

"Kalo gitu Ayah pamit dulu, kalian silahkan berunding dengan putri Ayah," kekehnya, meninggalkan mereka di sisakan jeritan kesal Amora.

"Ckckck! Ternyata bibit ku kuat juga, gak di sangka putri kecilku di rebutin dua cowok ganteng" kekeh Ayah.

**

Pasca penjemputan tadi pagi, Amora akhirnya memilih berangkat bersama Kenan. Untung mereka tidak terlambat, dan bisa melakukan upacara.

Hingga pelajaran berakhir, mereka berkumpul di meja Amora.

"Gila, gue iri!" Caca berteriak, merajuk seperti anak kecil kepada Amora.

Bukan hanya Caca, seisi kelas ikut heboh mendengar gosip ketua Osis dan wakilnya menjemputnya. Dan tentu saja dalang di balik semu ini adalah si cowok bocor, Kenan.

"Ck! Berlebihan lho, kayak gak tahu aja mereka jemput gue dengan maksud tertentu." seru Amora.

"Tapi tetep aja Mor, lo hoki tahu! Padahal gue sebagai fansnya Adam. Boro-boro di jemput, ngobrol aja gak pernah." lirihnya, dramatis.

Budi yang ada di samping Caca mengelus punggung temannya itu dengan tingkah kemayu seperti biasa.

"Lagian buat apa lo ngobrol sama mereka? Lupa, mereka rival?" sindir Dinda dengan ponsel di tangannya.

Caca mendelik sebal "Pengecualian, Adam buat gue idola."

Kenan mencibir "Ngapain idolain cowok angkuh kayak gitu? Mendingan gue, ganteng, baik, humoris. Gue bakal kasih senyum manis gue setiap hari kalo lo mau jajanin gue." balasnya.

"Najis!" seru Caca.

Amora dan yang lainnya hanya bisa memutarkan kedua bola mata mereka dengan malas mendengar kalimat percaya diri Kenan. Benar-benar tidak tahu malu, bagaimana bisa cowok absurd itu dengan terang-terangan meminta cewek menjajaninya.

Semua terlihat sibuk dengan obrolan masing-masing, hingga Amora tidak sadar ternyata Eka tidak ada di sampingnya.

"Eh? Eka ke mana?" tanya Amora.

"Katanya tadi mau nganterin sesuatu dulu." balas Dinda.

Satu alis Amora terangkat "Sesuatu? Apaan?"

Dinda hanya mengangkat bahu, menandakan dirinya tidak tahu. Amora menghela napas beratnya, ia ingin menanyakan kabar Eka. Setelah cewek itu menyuruhnya pulang, Amora cemas dengan keadaannya. Apa Eka baik-baik saja? Tumben sekali cewek bongsor itu keluar kelas tanpa mengatakan apa pun kepadanya.

Sementara Eka yang kini berada di belakang gudang sekolah yang sangat sepi menggeram kesal. Setelah menanyakan sosok cowok yang ia cari, akhirnya ia menemukannya meski harus dengan cara di lempar pandangan benci dari beberapa murid.

Cowok itu sedang merokok dengan tenangnya di sana, benar-benar gila. Itu yang di namakan ketua Kedisiplinan? Cih!

"Nih,"

Eka menyodorkan jaket milik Ardi yang ia pinjam malam itu.

Ardi mendongkak, menatap jaketnya lalu melihat Eka yang sudah berdiri di sampingnya.

"Apaan?"

Eka mendengkus "Ya ini, Jaket lo. Gue kembaliin."

Ardi diam, memandang Eka dan jaketnya secara bergantian. Seolah ada sesuatu dari cara Ardi menatap jaketnya.

Eka menggeram, mendorong jaketnya ke tubuh Ardi.

"Udah di cuci, bersih! Gak usah cemas," sindir Eka. Mengingat ucapan Ardi yang pernah menyindirnya kemarin.

Ardi beranjak, satu tangannya meraih jaket itu. Sementara satu tangan lain yang sedang mengapit rokok yang terlihat masih setengah di lemparkan, lalu di injaknya.

"Thanks." ucap Ardi.

Eka yang tidak menyangka dengan kalimat yang baru saja keluar dari mulut Ardi diam. Sebelum akhirnya berdehem canggung.

"O-oke, gue ke balik ke kelas dulu." gugup Eka.

Cewek bongsor itu beranjak, sebelum akhirnya satu tangannya di tahan oleh Ardi.

"Temenin gue makan dulu."

"Huh?"

"Temenin gue makan siang, sebagai balasan lo ke gue. Lo yang teraktir,"

Eka membelalak "Apa!?"

---

TBC!

Akhirnyaa update jugaa:*

Kenan selalu bisa di andalkan:v

VOTE KOMENTAR DAN SHARE

Sangkyu:*

Bukan Cinderella (Sudah Ada Di Toko Buku)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang