Epilog

3.4K 80 149
                                    

Gadis itu menyeret kopernya yang ukurannya lumayan besar sambil terus memperhatikan suasana ramai di bandar udara Soekarno-Hatta. Ia mencari seseorang dengan alis yang mengerut bingung. “Dimana ya?” ucapnya sambil melirik jam pada pergelangan tangannya sekilas, ia sudah menunggu selama 10 menit sejak kedatangannya di negaranya ini, tapi sosok itu belum muncul juga.

Sosok yang sudah ditunggu-tunggu olehnya dan juga sosok yang sangat-sangat dirindukan olehnya. Sangat.

Ia lebih memilih untuk duduk di bangku panjang yang berada di sudut, menunggu seseorang yang sudah membuatnya menunggu selama 10 menit. Ia menyalakan ponselnya yang sedari tadi dimatikan olehnya, mulai memainkan ponselnya sambil mengumpat di dalam hati.

‘Mana? Katanya gak bakal telat jemput. Tapi ini udah 15 menit nunggu gak datang-datang’

Ia menekan ikon aplikasi bertuliskan ‘Candy Crush Saga’ kemudian mulai memainkannya. Mulai terlelap dalam permainannya. Mulai melupakan rasa kesalnya tadi dikarenakan ia harus menunggu seseorang untuk datang menjemputnya.

Namun tiba-tiba ia merasa ada tangan seseorang yang berada diatas pundaknya, merangkulnya. Ia mendongak, melihat siapa sosok yang dengan berani-beraninya merangkulnya.

Baru saja ia ingin meluapkan amarahnya kepada laki-laki brengsek yang dengan berani-beraninya merangkulnya tapi sedetik kemudian ia malah memeluk laki-laki itu. Dengan erat. Memeluknya dengan sekuat tenaga, tidak membiarkan sedikit ruang tersisa diantara mereka.

Menyalurkan rasa rindu mereka, kini mereka saling mendekap. “Maureen kangen sama Juan” ucapnya di dalam dekapan laki-laki itu.

Juanda, nama laki-laki itu, ia mengelus puncak kepala gadis itu dengan sayang “Maaf karena udah buat kamu nunggu, Rin. Aku juga kangen kamu. Sangat. Bahkan rasanya setiap detiknya, aku selalu kangen kamu”

Ia melepaskan pelukannya, kemudian tersenyum manis ke arah laki-laki itu. Setetes air mata mengalir keluar dari matanya, membuat laki-laki itu dengan sigap langsung menghapus air mata yang keluar dari mata indah gadis itu.

“Ini sudah 6 tahun lamanya dan akhirnya aku ngelihat senyum kamu lagi, Rin. Kamu gak tau seberapa rindunya aku ke kamu? Kenapa kamu tega pergi tanpa pamit?”

Maureen Christina Sakura, gadis yang harus pergi 6 tahun yang lalu dari negara tercintanya ini, pergi dengan harapan ia bisa melupakan segala kenangan yang telah ia bangun bersama laki-laki yang masih ia cintai sampai saat ini.

Pergi dengan anggapan bahwa semuanya akan berubah seiring berjalannya waktu, terutama perasaannya untuk laki-laki itu. Pergi dengan anggapan bahwa kepingan memori yang menyakitkan itu akan pergi untuk selamanya. Pergi dengan anggapan bahwa semuanya bisa dilupakan dengan mudahnya.

Namun kini, nyatanya ia disini untuk laki-laki itu.

Semua pemikiran kuno itu salah, sama sekali tidak benar. Nyatanya seberapa keras ia mencoba untuk melupakan kenangan demi kenangan mereka, seberapa keras ia berusaha melupakan fantasinya tentang laki-laki itu, seberapa keras ia berusaha menghapus nama itu di dalam hatinya, nyatanya ia tidak bisa.

Ia gagal.

Disaat ia berusaha untuk menghilangkan perasaan yang dulu pernah ada, namun nyatanya perasaan itu masih sama seperti dulu, bahkan semakin membesar hanya karena jarak maupun kerinduan yang semakin lama semakin dalam.

Disaat ini, ia sangat-sangat ingin menanyakan kabar laki-laki itu pada Juan. Yang ada dipikirannya saat ini adalah ‘Pasti Juan tau gimana kabar Alvin. Dia pasti tau’ namun, terkadang ego melebihi segalanya, tadinya ia ingin bertanya ‘Juan, gimana kabar Alvin?’

Stay [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang