[28]

1.4K 56 452
                                    

Bel istirahat pun berbunyi dengan nyaring pertanda bahwa jam belajar dihentikan dan yang berarti jam istirahat akan segera dimulai. Para guru yang mengajar pun keluar dengan rasa setengah hati dari masing-masing kelas sedangkan para murid yang sehabis bertempur dengan berbagai mata pelajaran keluar dengan perasaan semangat ’45 yang menggebu-gebu. Perbedaan yang cukup jelas bukan? Di saat para guru sedang asik mengajar namun yang dilakukan oleh para murid adalah menunggu bel istirahat berbunyi. Apa lagi pada saat waktu menunjukkan 15 menit lagi menuju bel istirahat berbunyi, waktu akan terasa berjalan 10 kali lipat lebih lama dari biasanya. Dan kebanyakan murid biasanya merasakan hal itu.

Maureen berjalan sendirian menuju kelas Alvin. Tidak ada lagi Maureen yang bersama Arvano ataupun Maureen yang bersama Chelsea, Tasia, Kimberly, maupun Martha. Hari ini genap 1 minggu lamanya Maureen sendirian tanpa seorang pun teman yang menemaninya. Lama-kelamaan Maureen sudah terbiasa dengan tidak adanya ‘teman’ dalam kehidupannya. Karena emang pada dasarnya mereka hanyalah sekumpulan orang asing yang hanya lewat pada kehidupan Maureen. Mereka lebih memilih singgah sebentar pada kehidupan Maureen dibandingkan menetap pada kehidupan Maureen, menemani hari-hari Maureen, dan membuat hari-hari Maureen lebih berwarna.

Langkah Maureen terhenti begitu ia melihat sebuah kelas dengan papan bertuliskan XI IPA-1 yang tergantung di atas pintu kelas tersebut. Maureen menunggu di depan kelas Alvin sambil menyenderkan punggungnya pada dinding kelas XI IPA-1. Maureen menunggu Alvin, tapi Alvin tak kunjung keluar dari kelasnya. Kemudian Maureen mengecek jam tangannya yang bertengger pada pergelangan tangan kirinya, waktu sudah berjalan 5 menit dari waktu istirahat.

Banyak orang yang sudah berlalu lalang dari hadapannya sambil menyapanya dan juga melemparkan senyumannya pada Maureen yang dibalas dengan anggukan ataupun lambaian tangan yang disertai dengan senyuman manis juga oleh Maureen. Merasa Alvin yang tak kunjung keluar juga dari kelasnya, Maureen memutuskan untuk mengintip ke dalam kelas tersebut. Ia melihat Alvin. Alvin-nya sedang menyalin catatan dengan Mario yang berada di sampingnya dan juga dengan Juan yang berada di depannya.

Tunggu. Juan? Juanda Ivander?
Laki-laki itu sekelas dengan Alvin? Kebetulan macam apa ini?

Mata Maureen membulat sempurna dan tak lupa juga dengan mulutnya yang membentuk huruf o. Ia terkejut bukan main. Ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas XI IPA-1 dengan perlahan. Di kelas ini hanya tinggal Alvin, Mario, Juan, dan juga Maureen. Maureen tidak peduli kemana perginya siswa-siswa yang lain. Yang ia pedulikan sekarang adalah Juan.

Bukan Alvin. Tujuan awalnya sudah berubah haluan ketika matanya melihat Juan.

Ia sangat merindukan Juan-nya. Ini sudah 10 tahun sejak kepergian Juan dari Jakarta. Maureen sangat-sangat merindukan Juan. Ini juga sudah 10 tahun lamanya sejak terakhir kali Maureen melihat Juan secara langsung. Maureen dan Juan hanya bisa berkomunikasi lewat ponsel saja. Terakhir mereka berkomunikasi sewaktu Maureen berada di Jepang saat ia berusia 15 tahun. Dan beberapa hari yang lalu Juan menghubunginya lagi, mengatakan bahwa ia akan pindah ke sekolahnya. Dan sekarang, Juan sudah berada di hadapannya.

Tidak perlu lagi mereka saling bertukar foto, video call, berbicara di telepon, ataupun saling berkirim pesan. Tidak perlu lagi mereka melakukan itu untuk melepas rindu mereka. Saat ini mata mereka sudah bertemu. Juan melihat Maureen. Maureen juga melihat Juan.

Begitu mendengar langkah kaki seseorang, Alvin mendongakkan kepalanya, matanya menatap
Maureen yang saat ini berada di hadapannya, bibirnya tertarik untuk membentuk sebuah senyuman “Maureen, kamu ngapain ke-” ucapan Alvin terpotong saat mendengar Maureen berteriak memanggil sebuah nama asing yang baru saja Alvin dengar beberapa jam yang lalu.

“JUANNNN!” teriak Maureen sekencang-kencangnya pada Juan yang saat ini sudah berada di hadapannya. Juan tersenyum melihat Maureen, ia berdiri kemudian membentangkan tangannya lebar-lebar.

Stay [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang