[5]

3.9K 180 39
                                    

"Sebenarnya apa yang terjadi Mar? Kenapa semuanya jadi kayak gini? Sebenarnya apa hubungan antara Alvin dengan Chelsea? Mereka pacaran? Atau apa? Gue gak ngerti. Kenapa gue yang disalahin disini? Emang gue gak boleh berteman dengan siapa aja? Apa gue harus bener-bener ngejauh dari Alvin? Kenapa semuanya terasa gak adil bagi gue" Maureen bertanya pada sosok laki-laki yang berada di hadapannya saat ini. Ternyata laki-laki itu adalah Mario, teman Alvin. Maureen mengungkapkan semua kekesalannya pada Mario. Berusaha mengeluarkan unek-unek yang sedari tadi ditahan, berusaha agar hatinya bisa sedikit lebih tenang walaupun hanya 0,1%.

"Gue masih gak ngerti sama yang terjadi. Sebenarnya ada apa? Jangan tutup-tutupin dari gue. Kalau pun gue ada salah tolong kasih tau gue salahnya dimana. Apa salah kalau gue berteman dengan siapa aja? Apa salah kalau gue sama Alvin temenan lagi?" Maureen masih mencoba menahan isak tangisnya agar tidak keluar. Ia menatap mata Mario yang sedang menatapnya dengan pandangan yang tak bisa dijelaskan.

"Jawab gue, Mario! Jangan cuma diem doang. Jelasin ke gue!" emosi yang sedari tadi di tahan sudah tidak dapat dibendung lagi. Maureen berusaha menahan diri agar tidak terlalu larut dalam amarahnya. Berusaha menetralkan deru napasnya yang semakin memburu.

"Tenang dulu, Maureen. Gue gak tau harus mulai dari mana. Tapi lo gak boleh marah sama Alvin karena ini bukan salahnya dia. Lo gak boleh emosi gini. Semuanya bakalan baik-baik aja. Percaya sama gue" Mario menenangkan Maureen yang tampaknya mulai emosi. Ia memegang kedua tangan Maureen. Menatap kedua bola mata Maureen lekat.

"Lepasin gue, Mar. Apa-apaan sih lo megang-megang tangan gue? Lo bilang percaya sama lo? Apa yang harus gue percaya dari lo?" Maureen melepaskan paksa tangan Mario yang menggenggam kedua tangan Maureen. Ia beranjak dari ruang kelas itu dan pergi meninggalkan Mario sendiri.

'Bukan gitu maksud gue, Rin. Kalau lo tau yang sebenarnya lo bakalan benci sama Alvin maupun Chelsea. Gue gak jelasin ke lo karena gue gak mau lo sakit hati. Gue cuma mau pertemanan lo dengan Alvin baik-baik aja. Andai lo tau posisi gue gimana, lo bakalan ngerti kenapa gue gak jelasin ke lo. Andai lo tau masalah yang gue hadapin lebih berat dari masalah lo. Andai lo tau gue cuma bisa ngebungkam mulut gue sedangkan hal yang pengen gue ungkapkan begitu besar'

-

Pelajaran kelima XI IPA-2 hari ini adalah Bahasa Inggris dengan guru super duper killer -Pak Toni- Pelajaran berlangsung seperti biasa. Pak Toni memberikan mereka tugas untuk dikerjakan, namun kali ini tugas mereka diwajibkan untuk dikerjakan bersama dengan teman sebangku karena materi yang diberikan terlalu banyak. Suasana kelas cukup sunyi karena -biasa anak IPA- mereka terlalu fokus mengerjakan tugas. Hanya suara dari beberapa murid yang membahas tentang tugas mereka saja yang mengisi kesunyian kelas ini.

"Bapak akan memberi waktu untuk tugas ini sampai minggu depan. Minggu depan kalian harus mengumpulkan tugas ini lengkap dengan makalah nya ke saya. Kalau kalian telat mengumpulkan, Bapak akan mengurangi nilai ulangan harian kalian. Mengerti?" Pak Toni berbicara dengan aksen Sunda nya sambil membetulkan kaca matanya yang sedari tadi melorot ke hidungnya.

"Baik, Pak" jawab murid-murid tersebut kompak namun dengan suara lemas. Menurut mereka tugas yang begitu banyaknya harus dikumpulkan dalam jangka waktu 1 minggu adalah sesuatu yang mustahil namun harus dikerjakan. Apalagi dengan ancaman mengurangi nilai ulangan harian. Ini bukan semacam gertakan, namun ini kenyataan. Karena pada pasalnya sewaktu mereka di kelas X, ada murid yang melawan Pak Toni, alhasil murid tersebut tinggal kelas karena nilai ulangan harian nya dikorting alias dikurangi.

"Vano, kita satu kelompok. Seneng deh bisa satu kelompok sama lo hehehe" Maureen menyengir. Ia menatap Arvano dengan senyumannya yang mengembang. Dengan mata berbentuk bulan sabit ditambah dengan senyuman yang menghiasi wajahnya menambah kecantikan gadis itu. Padahal tadi ia baru saja menangis, tapi gadis itu sudah tampak ceria seperti biasa.

Stay [Completed]Where stories live. Discover now