[21]

1.6K 68 345
                                    

Mario tidak tahu seberapa lama ia tertidur di sofa ruang keluarganya hingga nada dering di ponselnya mendadak berbunyi nyaring. Televisi yang tadi dinyalakannya masih terus menyala. Mata Mario membuka perlahan, ia mengerjap-ngerjapkan matanya berkali-kali membiasakan cahaya dari lampu masuk ke matanya. Ia meraba-raba meja di depannya mencari ponselnya yang terus berbunyi. “Ya ampun pake ketiduran segala. Ketinggalan kan tuh satu episode Boboiboy. Maaf gopal gue ketiduran jadi gak bisa ngeliat lo”

Mario melihat layar ponselnya dengan mata setengah mengantuk. Tiba-tiba ia tersenyum. Layar ponselnya menampilkan telepon dari Maureen via LINE. “Ngapain lagi si ayang telepon? Ehh. Ayang orang maksudnya”

Tanpa babibu lagi, Mario langsung mengangkat telepon dari Maureen. “Halo?”

“MARIO!! Lo kenapa gak bales LINE gue?” suara dari seberang sana cukup kencang sehingga Mario menjauhkan ponselnya dari telinganya.

‘Sangar juga nih cewek. Gak ngomong halo langsung teriak-teriak aja. Bisa sawan gue. Untung sayang’

Mario telah menyadari tentang perasaannya. Setelah semalaman suntuk ia memikirkan bagaimana perasaannya pada Maureen akhirnya ia memutuskan untuk menggunakan ramalan bunga dan pada akhirnya ia mengetahui kalau ia menyukai Maureen.

“Gue bingung sebenarnya gue suka Maureen apa nggak. Kalau gue gak suka kan gak mungkin ya gue sakit hati gitu kalau ngeliat dia sama Alvin. Tapi kalau suka gue harus bilang apaan sama Alvin? Ya masa tiba-tiba gue bilang ‘Vin gue suka sama Maureen. Mulai sekarang kita harus adil. Kita harus bersaing secara sehat. Tapi kalau lo gak mau yaudah Maureen buat gue. Please, nanti gue jajanin doger deh’ kan gak lucu” Mario menatap nanar taman rumahnya yang tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil.

Rumah Mario memang go green banget. Dikarenakan Ibunya selalu menanami berbagai jenis tanaman hias di tamannya ini. Ibunya memang sangat-sangat menyukai tanaman. Bahkan kata Ibunya Mario tanaman-tanaman hias itu lebih berharga dari pada Mario.

Ya walaupun Ibunya hanya bercanda doang sama Mario, tapi itu cukup membuat Mario sedih sampai ia memutuskan untuk mogok makan malam. Tapi pada akhirnya gak sampai 5 menit di rayu oleh Ibunya lagi ia pun tidak jadi mogok makan. Maklum Mario orangnya emang labil.

“Apa gue pake ramalan bunga-bungaan ya?” ucap Mario “Tapi kalau gue cabut satu bunga Mama, nanti besok pagi dia ngoceh sampe 1 jam gimana?”

Ini membuat Mario sedikit gelisah. Disatu sisi dia benar-benar penasaran akan hasil ramalan bunga itu. Tapi di satu sisi lainnya dia takut Ibunya memarahinya sampai-sampai ia harus mogok makan.

“Ah bodo ah. Mama gak bakal tau kalau gue ngambil satu doang. Dari pada gue penasaran sampai gak bisa tidur 3 hari 3 malam” Mario pun berjalan menuju pot mawar merah yang berada di depannya. Ia mulai memetik setangkai bunga mawar merah itu.

Ia mulai mencabut satu kelopak mawar itu. “Suka”

Lalu ia mulai mencabutnya lagi “Enggak”

Kemudian seterusnya sampai kelopak bunga mawar itu habis. Ia pun berjalan pelan ke kamarnya. Ia menghempaskan diri di kasur dan menjadikan kedua tangannya sebagai bantalnya.

“Ini udah pasti. Gue suka Maureen ternyata”

“Gue ketiduran tadi. Kenapa Mau?” tanya Mario bingung sekaligus senang karena Maureen yang tiba-tiba meneleponnya. Ia pun berjalan menuju kamarnya yang letaknya tidak jauh dari ruang keluarga.

“Gue mau nanya sesuatu. Ini penting. Lo bales LINE gue cepetan. Udah ya gue tutup dulu teleponnya. Pulsa gue sayang, kesedot banyak nanti”

Stay [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang