[25 C]

1.5K 57 447
                                    

Hari ini hari Sabtu. Dan Maureen suka akan hal itu. Dalam kamus hidup Maureen, hari Sabtu adalah hari yang harus dan pantas untuk dirayakan.

Saat ini Maureen tengah duduk di depan televisi dengan segelas jus alpukat yang berada di tangannya. Kaki nya yang ia angkat ke atas sofa dan dengan tangannya yang membentang lebar di atas sofa membuatnya terlihat seperti tante-tante bisnis.

“Kurang lipstik menor ini mah gue” kemudian ia meneguk jus alpukatnya dan mulai bersenandung asal “Nikmatnya hari Sabtu di siang hari, bahagianya gue saat ini”

Dirinya menekan remote televisi berkali-kali, mengganti channel yang sekiranya cukup menghibur dirinya di Sabtu siang ini. “Nonton apaan ya gue? Kagak ada yang bagus, masa gue harus nontonin iklan” tanyanya pada dirinya sendiri. Cukup dengan segelas jus alpukat, sofa empuk, dan sebuah televisi sudah dapat membuat Sabtu-nya Maureen terasa lebih berwarna.

Maureen bukan tipe gadis rempong nan boros yang harus menghabiskan waktu Sabtu-nya dengan pergi berbelanja di mall. Baginya Maureen, itu sama saja dengan menghamburkan duitnya dan Maureen tidak suka akan hal itu. Maureen sangat menyukai jika dompetnya terisi penuh dengan beberapa lembar uang seratus ribuan. Dan Maureen tidak suka ketika ia mulai mengeluarkan lembaran demi lembaran uang seratus ribuannya itu. Sesekali mungkin tidak apa-apa, tapi kalau setiap hari belanja-belanja udah kayak minum obat aja.

Maureen lebih menyukai membelanjakan uangnya untuk makanan dibandingkan untuk hal-hal yang tidak jelas. Baginya makanan adalah nomor satu di dunia. Makanan lebih penting dari pada pakaian kalau menurut Maureen. Tapi dirinya begitu bodoh yang berpikiran seperti itu, jika ia lebih memilih makanan, apa ia tidak perlu memakai baju? Apa setiap harinya ia lebih memilih telanjang dibandingkan tidak makan sehari?

Hari ini hari Sabtu. Yang artinya hari ini prom night Pelita Kasih di adakan. Maureen belum kepikiran harus memakai baju apa sewaktu prom nanti. Kalau urusan pakaian walaupun tingkah Maureen sebelas dua belas dengan laki-laki, tapi jangan sangka Maureen juga mempunyai banyak pakaian yang sesuai dengan genrenya. Ia memiliki banyak mini dress, mini skirt, long dress, dan sebagainya. Ya walaupun itu semua dibelikan oleh Melani ataupun Ferdian.

Dirasa tidak ada acara televisi yang dapat memikat hati Maureen, ia pun mulai mengambil ponselnya yang terletak di sampingnya. Kemudian ia mulai menggerakkan jemarinya diatas layar ponselnya.

Maureen: Alvinnnnnnnnnnnnnnnn

Ia pun tersenyum setelahnya. Tak melihat Alvin sehari saja sudah membuat Maureen sangat-sangat-sangat merindukan sosok laki-laki itu. Bagaimana jika ia dan Alvin putus? Apa yang akan terjadi setelahnya?

Alvin: Apa Maureennnnnnn sayangggggg?

Dan senyuman Maureen semakin mengembang setelah membaca balasan dari Alvin. 'Sayang' ya karena satu kata itu sukses membuat senyuman Maureen semakin mengembang. Kata-kata manis yang keluar dari mulut Alvin selalu membuatnya tersenyum. Selalu membuatnya senang.

Memang seharusnya perempuan diperlakukan seperti ini. Bukan dibentak-bentak dan disakiti. Karena sudah kodratnya perempuan untuk dicintai, disayangi, dan dilindungi. Bukan untuk disakiti.

Maureen: Aku kangennnnnn:(

Sekarang Maureen sudah berani mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya. Tidak ada lagi hal yang ditutup-tutupi olehnya. Tidak ada lagi perasaan yang tidak bisa tersampaikan.

Maureen pun menunggu balasan dari Alvin. Namun yang ia dapat adalah panggilan telepon dari Alvin. Kemudian Maureen mengernyitkan dahinya bingung “Ngapain si ayang nelpon gue?”

“Halo Alvin? Kenapa kamu telepon?” tanya Maureen bingung tanpa basa-basi. Kemudian ia pun meletakkan gelas yang berisikan jus alpukatnya di atas meja. Kemudian dirinya memeluk bantal sofa dan mulai senyum-senyum sendiri.

Stay [Completed]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu