[25 B]

1.3K 54 453
                                    

Sejujurnya Maureen tidak mengerti dengan apa yang ia lakukan saat ini. Saat ini ia hanya berdiri di depan Cithcy’s Club. Tidak berniat untuk melangkah masuk sedikitpun. Tidak berniat untuk meninggalkan tempatnya sedikitpun. Ia hanya memandang orang yang berlalu lalang melewatinya, memandangnya aneh lalu masuk ke dalam Cithcy’s Club. Mengapa ia buru-buru pergi ke club ini hanya demi Arvano? Sesosok manusia yang sudah membencinya dan memperlakukan dirinya dengan sangat kasar.

Mengapa ia harus memperlakukan Arvano dengan baik? Mengapa ia harus perhatian? Mengapa ia harus peduli?

Karena memang tidak selamanya kejahatan harus dibalas dengan kejahatan.

Maureen masih memandangi pintu masuk Cithcy’s Club dengan saksama. Pandangannya hanya terfokus pada tulisan open yang tertempel di pintu masuk. Semenjak Tasia meneleponnya tadi bahwa Arvano sedang dalam keadaan mabuk, ia langsung meninggalkan aktivitas nya menonton drama korea.

“Anjir

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Anjir. Andai Alvin goblin, gue udah minta badan gue di tinggiin kali 5 kali lipat kali” Maureen duduk terdiam sambil memakan berondong jagung yang berada dalam pangkuannya. Saat ini dirinya tengah menonton drama korea Goblin di televisinya.

Ia bersandar pada sofa ruang keluarga yang ukurannya besar. Matanya terus terfokus pada layar televisinya sambil sesekali mulutnya berucap “Si Mas goblin lucu juga ya” atau kadang mulutnya juga bisa berucap “Gue harap Alvin itu goblin biar hidup gue serba berkecukupan nantinya. Kan kasihan kalau anak gue minum susu aja susah”

Namun aktivitas menontonnya terganggu dengan suara nada dering di ponselnya. “Siapa yang ganggu quality time gue sama si Mas goblin? Udah tau ini malam sabtu, malamnya gue pacaran sama drama. Kalau malam-malam berikutnya mah waktunya gue pacaran sama si Mas Alvin” Maureen menggerutu sambil mengambil ponselnya yang terletak di atas meja yang berada di depan sofa nya.

Ia pun mengernyit heran melihat nama seseorang yang terpampang di layar ponselnya. “Ngapain si Tasia telepon gue? Gak biasanya tuh anak boros pulsa. Biasa juga irit. Angkat kagak ya? Tapi kalau di angkat kasian si Tasia kebuang pulsa nya. Tapi kalau gak di angkat, gue penasaran”

Untuk menjawab kebingungan yang melanda dirinya, ia pun memutuskan untuk mengangkat panggilan tersebut. Peduli setan dengan Tasia yang kehabisan pulsa pada akhirnya.

“Halo Maureen. Lo bisa ke Citchy’s Club sekarang gak?” suara Tasia yang terdengar panik di indra pendengaran Maureen membuat Maureen tak kalah paniknya.

‘Cithcy’s Club? Itu kan tempat begituan. Ngapain si Tasia nyuruh gue kesana? Gue kan anak baik-baik. Lagi pula ini juga udah jam setengah 9 malam. Eh tapi kalau dateng ke Citchy’s club pagi-pagi mah belum buka, malah diusir satpam kali gue nantinya’

“Hah? Kenapa Tas? Mau ngapain?” suara Maureen tak kalah paniknya dari Tasia. Ya walaupun Tasia paniknya bohong-bohongan sedangkan Maureen panik beneran.

Stay [Completed]Where stories live. Discover now