[36]

1.3K 51 216
                                    

Alvin sedang tertidur pulas di ranjangnya, dirinya terbangun ketika ia mendengarkan nada dering yang berasal dari ponselnya berbunyi. Alvin mengernyitkan dahinya bingung, alisnya tertaut, tangannya meraba-raba nakas disamping tempat tidurnya mencari ponselnya untuk mengangkat teleponnya itu, mencari tahu siapa pengganggu di waktu dirinya ingin menikmati hidupnya dengan cara tidur lebih awal dari biasanya.

Arvano is calling...

Dengan mata yang masih setengah terbuka, Alvin bangun dari posisinya, dirinya duduk di atas ranjangnya kemudian mengucek matanya perlahan kemudian mulai mengangkat panggilan dari Arvano. “Halo? Kenapa lo? Ganggu gue aja malam-malam. Kayak cewek aja lo telepon-telepon”

Alvin menggaruk kepalanya kemudian menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Aktivitasnya terhenti ketika dirinya mendengar alasan mengapa Arvano menelepon dirinya malam-malam begini “Papa lo kecelakaan”

Mata Alvin langsung terbuka lebar. Kaget dengan apa yang dibicarakan oleh Arvano barusan. ‘Papa? Gimana caranya Arvano bisa kenal Papa? Ini serius?’

Mau bagaimanapun juga, mau sebenci-bencinya Alvin pada Papanya, Alvin gak bisa pungkiri bahwa saat ini ia khawatir pada keadaan Papanya walaupun hanya sedikit. Ya, hanya sedikit. Tidak lebih.

Menyadari Alvin yang tidak menjawab perkataan Arvano barusan, membuat Arvano untuk berbicara lebih lanjut, menjelaskan secara mendetail tentang kejadian naas yang menimpa Ibunya dan juga Ayah Alvin. “Papa lo kawin lagi sama Mama gue. Mereka berdua lagi perjalanan pulang ke rumah gue. Tapi sialnya, ada truk yang menabrak mobil mereka. Sekarang kondisi mereka lagi kritis, gue harap lo datang ke rumah sakit sekarang sebelum semuanya terlambat, Vin”

Kepala Alvin pusing, bukan karena sehabis bangun tidur, melainkan karena penjelasan Arvano barusan yang terdengar seperti sinetron. Setengah dirinya ingin berkata ‘Percaya sama Arvano’ namun setengahnya lagi berkata ‘Jangan percaya. Dunia gak sesempit itu. Gak mungkin Papa nikah sama Mama Arvano dan gak mungkin Mama Arvano yang udah ngehancurin segala masa-masa bahagia Papa dengan gue dan Mama yang menyisakan masa kelam yang membebani gue seumur hidup’

Arvano kembali bersuara, kali ini membuat rasa percaya di diri Alvin semakin menguat “Gue serius. Kalau gak percaya lo bisa cek sendiri di rumah sakit Hati Suci. Di lantai 3, gue tunggu di depan ruang operasi. Pasien atas nama Jordi Pramatya dan juga Lisa”

Kemudian sambungan telepon itu diputuskan oleh Arvano. Sekarang, saat ini, Alvin tidak bisa berpikir dengan benar. Yang ia lakukan saat ini adalah mengambil kunci motornya dan juga jaketnya, kemudian membawa motornya menuju rumah sakit itu tanpa peduli dirinya yang kehujanan.

‘Maureen. Gue butuh lo. Saat ini gue gak tau apa yang harus gue lakukan’

Dan kenyataannya, seseorang yang dibutuhkannya saat ini sedang sibuk menenangkan orang lain.

Ya, orang lain dan bukan dirinya.

-

“Alvin pelan-pelan jalannya, ya. Kesadaran kamu masih belum terlalu pulih” Maureen menuntun Alvin yang kini masih berada dalam rangkulannya.

Maureen mendudukkan Alvin di dalam kamarnya, tepatnya di atas ranjangnya. Merapikan tempat tidurnya sebentar kemudian menidurkan Alvin. Alvin memegang kepalanya yang semakin lama semakin terasa berat.

“Alvin sini aku bantu kamu lepasin jaket kamu. Kamu mandi dulu ya, jangan langsung tidur. Soalnya kamu habis kehujanan, nanti kamu bisa masuk angin. Aku siapin air hangat ya buat-”

“BERHENTI PEDULI SAMA GUE. LO BUKAN SIAPA-SIAPA GUE LAGI” bentakan yang dikeluarkan dari mulut laki-laki itu diiringi dengan bau alkohol yang langsung menyeruak kemana-mana membuat Maureen terperanjat.

Stay [Completed]Where stories live. Discover now