[10]

2.8K 106 40
                                    

"Kalau gue bilang gue suka lo gimana?"

Perlahan atmosfer yang tadinya biasa saja mendadak berubah menjadi canggung. Yang tadinya anget-anget aja perlahan-lahan jadi awkward. Disinilah, tepat di depan pagar rumah Maureen, Arvano menyatakan perasaannya pada Maureen. Kalau Arvano boleh jujur, perasaannya pada Maureen bisa di bilang masih abu-abu. Masih labil gitu. Tapi namanya juga laki-laki, Arvano merasa ia harus tancap duluan sebelum Maureen di ambil sama Alvin. Egois bukan? Perasaan masih abu-abu tapi udah nyosor duluan. Sebenarnya Arvano cuma takut Maureen ninggalin dia doang kalau Alvin udah nyatain perasaannya sama Maureen. Namun, pada akhirnya yang selalu ada akan kalah sama yang berani nyosor duluan.

Oke, sebenarnya Arvano pribadi udah tau kalau Alvin menyukai Maureen maupun Maureen yang menyukai Alvin. Udah keliatan jelas banget. Tapi kenapa dari mereka masing-masing gak ada yang nyadar kalau mereka saling mencintai? Arvano pikir jalan pikiran mereka terlalu pendek. Ibaratnya Arvano udah sampai di Amerika, mereka masih stay di rumah mereka masing-masing. Arvano itu bisa dibilang bisa baca perasaan seseorang lewat dari matanya saja. Jadi kalau kata Arvano itu binar mata Maureen waktu ngomong sama Alvin dengan waktu ngomong sama Arvano tuh beda. Beda banget malah. Binar mata Maureen sewaktu ngomong sama Alvin tuh ibarat Barbie yang lagi ngomong ke Ken. Nah, beda kalau Maureen pas ke Arvano, ibarat Spongebob sama Patrick. Cuma sekedar sahabat doang. Gak bisa lebih. Ya kali Spongebob sama Patrick akhirnya jadian. Gak mungkin banget.

Sebenarnya Arvano egois gak sih sama perasaannya ke Maureen? Dibilang egois sih enggak juga, karena kalau suka dan takut kehilangan ya bilang aja. Ngapain di pendem terus. Toh ujung-ujungnya kalau di pendem kita juga yang sakit.

Sebenarnya perasaan Maureen sama Alvin itu sama-sama salah. Salah karena masing-masing dari mereka gak ada yang berani keluar dari zona aman sekaligus nyaman nya mereka. Mereka sama-sama saling tunggu-menunggu. Kalau saling nunggu mau sampai kapan cinta nya terwujud? Kalau saling nunggu mau sampai kapan jadian? Lagian akhirnya sakit hati karena salah satu pihak udah bosen nunggu dan milih buat buka hatinya buat yang lain baru deh nyesel. Baru deh mewek 7 hari 7 malem. Baru deh mogok makan kayak anak alay. Mending kalau yang ditunggu-tunggu peka, kalau yang ditunggu-tunggu gak peka? Yang ada capek sendiri ujung-ujungnya. Sebenarnya kalau udah gini gak ada yang bisa disalahin maupun yang kodratnya emang salah dari masing-masing pihak, karena mereka sama-sama gak punya rasa kesadaran dari diri mereka masing-masing. Dan yang paling penting... mereka terlalu takut untuk memulai dan terlalu takut akan konsekuensinya yang 0,00001% jauh dari harapan mereka -Alvin dan Maureen-

"Hah ma-maksud lo apaan sih?"

Yang namanya laki-laki biasanya gak peka-an, tapi beda sama si Arvano. Arvano bisa di bilang punya zat ke peka-an lebih dibandingkan laki-laki lainnya. Dia merasa kecanggungan menyelimuti antara dirinya dengan Maureen. Dia merasa Maureen menatap dirinya dengan tatapan aneh. Sekaligus tatapan menjijikan yang dibuat-buat. Yang udah pasti, muka Maureen komok banget saat ini. Bayangin aja cowok seapatis Arvano nyatain perasaan nya ke Maureen, yang notabenenya adalah cewek pecicilan dan gak tau malu. Sebersit rasa takut akan Maureen menjauhinya setelah pernyataan cinta dadakan ini pun memenuhi bayang-bayang pikiran Arvano. Pada akhirnya pernyataan cinta Arvano akan dijawab dengan jawaban 'Ya, Arvano gue mau jadi pacar lo. Gue juga suka sama lo dari lama banget. Kenapa lo baru bilang sekarang? I love you, Vano. Pacar terhemat ku' dan kemudian Maureen memeluknya dibawah malam yang indah dan ditemani beribu-ribu bintang di langit dan tak lupa sosok gelapnya matahari, yaitu bulan. Atau Maureen akan menjawab dengan jawaban 'Ogah banget gue punya pacar kayak lo, hemat gitu. Ngomong aja hemat, apalagi dalam urusan duit. Bisa-bisa anak gue nanti dikasih makan batu sama lo saking hematnya' kemudian Maureen menampar Arvano dan berlari ke dalam rumah sambil nangis kejer gak bisa nerima kenyataan gitu yang kayak di sinetron-sinetron biasa. Ya sebenarnya yang Arvano inginkan adalah jawaban opsi pertama. Mana ada yang mau dijawab oleh opsi kedua. Buat apa nyatain cinta kalau akhirnya pengen ditolak. Bikin malu keluarga aja. Oke, ini emang gak ada hubungannya.

Stay [Completed]Where stories live. Discover now