Phrometeus Children 2 Chapter 4(part 4)

1.1K 115 58
                                    

Beberapa saat setelah Lilli melihat tuanya, Nicholas Edward silvester masuk kedalam tenda ujian.

"Haaahh."

Dia menghela nafas pelan sambil menahan rasa khawatiran di hatinya.

"Apa tuan muda akan baik-baik saja?"

Menggumamkan itu, Lilli kembali menghela nafas untuk kedua kalinya. Bukan berarti dia tidak percaya dengan kemampuan tuannya, faktanya dia tidak pernah menang sekalipun melawan Nicho dalam pertarungan.
Hanya saja, ujian dengan banyak restriksi seperti ini sangat tidak cocok dengan cara bertarung Nicho.

Equites adalah tehnik standar yang harus di gunakan dalam ujian pedang. Sebuah tehnik yang lebih bertumpu pada kekuatan dan serangan langsung. Dan sayangnya, tehnik semacam itu sangat tidak cocok dengan cara Nicho bertarung, itu adalah alasan kenapa dia khawatir.

Bahkan jika Tuan Dien berkata kalau kemampuan Nicho dalam menggunakan equites hebat, tapi hal itu hanya pada tingkat standar prajurit kerajaan. Sebagai siswa akademi militer yang tentunya memiliki pangkat lebih tinggi dari prajurit biasa, kemampuan selevel 'standar' tidak bisa diterima. Sambil memikirkan itu, Lilli berjalan pelan menuju tempat pengujian sihir.

Dan seperti yang dia duga, semua orang di sini membuat wajah tegang. Karena kuota untuk murid yang diterima lebih kecil dari pada kuota pendaftaran, hal itu membuat persaingan di tempat ini semakin ketat. Tidak, bukan hanya itu saja, fakta bahwa hampir semua siswa di sini adalah bangsawan juga menjadi masalah utama pembuat ketegangan di sini.

Ya, bagi mereka dengan gelar bangsawan melekat pada namanya, diterima atau tidaknya di akademi ini juga akan memberi dampak besar pada pengaruh mereka di tatanan sosial kelas atas. Di dunia mereka, kebanggaan dan harga diri adalah segalanya. Mungkin terdengar bodoh, tapi memang seperti itulah kehidupan orang-orang kelas atas, sebagai ganti dari pelayanan dan hak yang mereka dapat, mereka harus memenuhi tuntutan sosial mereka bahkan jika itu terdengar bodoh sekalipun.

Sebagai mantan seorang putri, meski hanya sedikit Lilli tahu tentang tatanan hidup kalangan atas. Kadang dia berpikir, bahwa hidup sebagai putri yang terisolasi tidak terlalu buruk. Bahkan jika semua perhatian yang dia dapat hanyalah palsu, setidaknya dia terhindar dari kehidupan merepotkan yang dituntutkan pada keluarga kalangan atas sepertinya.

"Baiklah, aku harus kosentrasi pada ujianku."

Memikirkan itu, Lilli kembali membangun semangat dan mengabaikan ingatan masa lalunya yang kembali meluap. Ujian untuk kelas penyihir adalah pelafalan mantra dan level sihir yang bisa digunakan. Dari apa yang dia dengar, hal itu akan meliputi kekuatan dari out put mantra juga kecepatan dalam pelafalan.

Tentu bagi Lilli yang sudah berlatih di bawah ajaran seorang Great Witch, hal semacam itu bukanlah masalah. Ditambah dengan tehnik dari atasannya sebagai maid; Theressa, dan trick sederhana dari tuanya; Nicho, Lilli sangat yakin jika dia bisa melewati ujian ini dengan mudah. Memikirkan itu, Lilli mempraktikkan beberapa mantra sederhana sebagai pemanasan. Dan saat dia melakukan itu....

"Yo nona manis."

Seorang laki-laki berwajah cantik menyapanya. Dengan ambut panjang bergelombang berwarna kelabu menjulur hingga punggungnya, laki-laki itu memberikan perasaan elegan bagi siapapun yang melihatnya. Sangat anggun dan juga gagah, entah kenapa dua hal yang berkontradiksi itu bisa menyatu di dalam penampilannya.

"Uh, kau adalah...?"

Tiba-tiba diajak bicara oleh orang yang tidak dia kenal, itu membuatnya gugup. Dengan sikap yang sudah sengaja dia tunjukan, seharusnya orang-orang di sekitarnya sadar jika dia hanyalah pelayan. Dan dengan statusnya sebagai pelayan sekaligus demihuman, harusnya bangsawan-bangsawan angkuh itu akan mengabaikannya. Tapi kenapa ada satu dari mereka yang mendekatinya?

Prometheus ChildrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang