Chapter 4 Hidup Sebagai Count

3.4K 286 119
                                    

Ketika aku sadar, matahari sudah menjulang tinggi ke angkasa. Duduk di bawah pohon besar di halaman belakang, aku menghela nafas panjang.

"Masih tidak mau bekerja...."

Ini sudah dua minggu semenjak aku menerima Lilli sebagai budak, dan selama itu pula aku terus melatih sihirku setiap hari. Aku selalu menyisihkan tiga sampai lima jam untuk berlatih mengendalikan mana di sekitarku, tapi sampai saat ini masih belum ada perkembangan yang terjadi.

Jika dihitung sejak pertama kali aku belajar sihir, mungkin sudah hampir tiga minggu berlalu. Aku pernah membaca kalau setidaknya perlu tiga hari untuk seorang pemula bisa membiasakan diri dengan pengendalian mana, dan satu minggu agar dia bisa melakukan pengubahan sifat. Sedangkan aku, dengan waktu sebanyak inipun aku masih belum bisa mengendalikan mana dengan benar.

Sebenarnya apa yang salah denganku? Aku bisa merasakan mana di tanganku bergejolak saat aku melafalkan mantra, tapi entah kenapa aku tidak bisa melakukan pelepasan. Sederhanya; aku berhasil melakukan pengaturan kode pada mana di udara untuk menentukan elemen dasarnya, tapi aku tidak bisa merybah sifat element mana di tanganku.

Dan yang lebih membuatku frustasi....

"Tu-tuan muda lihat aku berhasil!"

Lilli yang baru dua hari mempelajari sihir dari Mama Alice, sudah mahir dalam pengubahan sifat. Dia membentuk sebuah tombah es di tanganya seolah itu adalah sesuatu yang alami.

"K-kau hebat, Lilli."

Yah setidaknya sekarang dia sudah terlihat lebih ceria dari pada saat pertama kali kami bertemu.

Sebenarnya Mama Alice tidak berniat mengajarkan sihir pada Lilli. Tapi, melihatnya bisa mempelajari cara mengendalikan mana hanya dengan melihat aku berlatih, itu sudah membuat Mama Alice mengubah pikirsnnya.

Tentu hal itu memicu protes keras dari Theresa, karena bagi seorang tuan mengajari budak menggunakan sihir sama saja dengan bunuh diri.

Tapi seperti biasa Mama Alice mengabaikan pendapat Theresa. Ah, sekarang aku tahu kenapa Theresa membuat pengecualian pada Mama Alice sebagai tuan.

"Tuan Muda, anda terlihat tidak bersemangat."

Saat aku sedang melamun, wajah Lilli tiba-tiba memasuki pandanganku.

"Huh? Unn, tidak apa-apa aku hanya sedikit lelah."

Tidak, aku bohong. Saat ini aku benar-benar frustasi, bagaimana aku bisa tenang ketika ada orang yang bisa melakukan sesuatu yang paling aku inginkan hanya dengan melihat, sedangkan aku ... aku yang berusaha sekeras yang aku bisa bahkan tidak berkembang.

"Apa sebaiknya kita masuk? Sebentar lagi sudah waktunya makan siang."

"Ka-kau benar."

Memgabaikan pikiran negatifku, aku membuat senyum untuk menutupi perasaanku. Memasuki rumah, aku melihat Theresa sedang mempersiapkan meja makan.

"Theresa ijinkan aku membantu!"

"Huh?! Tuan Muda? Tidak, anda tidak perlu melakukanya."

Aku tahu dia akan bilang begitu, tapi aku mengabaikannya dan merebut lap yang dia bawa.

"Sa-saya juga akan membantu!"

Melihatku, Lilli juga ikut membantu.

"Tuan Muda! Kenapa anda tidak mengerti juga! Anda memiliki Lilli di samping anda, jika anda memang ingin membantu saya, harusnya anda menyuruh dia dari pada melakukannya sendiri."

Dan seperti biasa dia mulai menceramahiku.

"Ta-tapi Theresa, dia masih kecil!"

"Anda juga!"

Prometheus ChildrenWhere stories live. Discover now