Prometheus Children Chapter 9 (part 5)

195 9 11
                                    

Dengan gerakan cepat seperti bayangan, Lu Yinghua dan Devi Laras Vati menyerbu pada kami. Menyebar ke dua arah berbeda, aku dan Fiana Senyor mencoba memecah mereka, dan membuat pertarungan ini menjadi pertarungan satu lawan satu.

"Haaaa? Kalian mencoba memisahkan kami? Tapi sayang sekali, sejak awal aku memang menginginkan pertarungan satu lawan satu."

Memandang padaku seperti binatang buas, Devi memulai serangannya. Itu adalah gerakan cepat seperti kilat, tangannya meliuk seperti ular yang akan menerkam mangsa.

Menggeretakan gigiku, aku menahan ketegangan yang terjadi. Mempersiapkan posisi bertarung, aku memulai serangan balasan.

Dia adalah seorang ahli bela diri tangan kosong, tapi bukan berarti dia tidak memiliki senjata yang sedang disembunyikan, aku harus berhati-hati.

Memikirkan itu, aku meningkatkan konsentrasiku hingga maksimal. Menerjang maju, melihat gerakan cepatnya yang terlihat tidak normal, aku merasa jika menjaga jarak bukanlah rencana yang baik. Jadi, aku memilih untuk menutup jarak dengannya.

Semua hal membutuhkan ruang untuk bisa bergerak, bahkan jika mereka adalah ahli seni bela diri jarak dekat, mereka tetap membutuhkan jarak untuk membuat ancang-ancang pukulan atau tendangan.

Tentu itu juga berlaku bagi pengguna pedang sepertiku, tapi disini aku masih diuntungkan, karena aku memegang senjata tajam. Itu adalah apa yang aku pikirkan, tapi sayang kenyataan berkata lain.

"Ti-tidak mungkin!"

Ketika aku menutup jarak, tiba-tiba aku merasakan ketakutan yang mencekat. Ketika aku sadar, lengan kananku sudah terlilit oleh tangan Devi. Seperti ular, dia mengunci pergerakanku hanya dalam sekejap, dia benar-benar monster.

Dia ingin mematahkan lenganku menggunakan berat badanku sendiri! Berpikir secepat yang aku bisa, aku bereaksi dengan mengikuti arah gerakan gadis monster itu.

Aku berhasil menghindari kemungkinan terburuk menggunakan tehnik hindaran seni pedang Croissant, tapi itu tidak sepenuhnya memotong seranganya. Bahkan jika aku tidak kehilangan fungsi lengan kananku, aku masih terbanting ke lantai marmer dengan sangat keras.

"Guhaakk!!!"

Menahan rasa sakit di seluruh tubuhku, aku segera memaksa tubuhku untuk bangkit. Benar, satu celah kecil akan membawaku pada kondisi terburuk.

"Hooohh! Kau hebat! Aku tidak menyangka kau bisa mematahkan jurusku!"

Mengatakan itu dengan senyum lebar,gadis itu membuat kuda-kuda untuk serangan berikutnya. Tapi ... tehnik gerak yang dia gunakan, kuda-kuda yang dia pasang, entah kenapa itu terlihat tidak asing.

"Silat?"

Tanpa sadar, aku menggumamkan itu. Benar, aku ingat. Cara dia bergerak, cara dia memposisikan kuda-kudanya, itu adalah gerakan khas bela diri silat.

"Heeee? Kau tahu tentang pencak silat?"

Tatapannya tiba-tiba berubah menjadi tajam.

"Ini adalah bela diri khas dari negara Nusvantara jauh di tenggara. Seharusnya bela diri ini masih belum terlalu terkenal seperti bela diri khas dari Han atau Yamato di timur."

Memperkuat genggaman dan memantapkan kuda-kudanya, aku merasa jika dia mulai waspada denganku.

"Tapi untuk siswa sepertimu bisa tahu tentang beladiri ini ... kau membuatku tertarik."

Seolah kesadaranku terputus, dalam sekejap dia sudah memasukkanku kedalam jarak serangnya.

Sebuah pukulan ke dada dengan kecepatan kilat. Tapi, ketika aku mencoba menahanya, pukulan itu tiba-tiba berputar ke arah lain. Dan di saat yang sama aku merasakan pukulan dari sisi lain di kepalaku.

Prometheus ChildrenWhere stories live. Discover now