Phrometeus Children 2 Chapter 4(part 1): Entrance Examination

1.1K 113 26
                                    

Hari penerimaan siswa akhirnya tiba, setelah menginap semalam di kota akademi sambil mempersiapkan mental untuk menghadapi ujian masuk, akhirnya hari yang aku tunggu tiba. Terima kasih pada Kakek Moti yang sudah mencarikan tempat menginap yang bagus, aku dan Lilli bisa mendapat tidur yang nyaman, OK sebenarnya aku ingin komplain tentang harga penginapannya, tapi karena hari ini perasaanku sedang baik, aku akan melupakannya.

Aku dan Lilli berkeliling sejenak sebelum menuju ke akademi, secara mengejutkan, kota ini lebih besar dari pada yang aku bayangkan. Jika di bandingkan dengan Dawn Town, kupikir kota ini satu setengah kali lebih luas. Selain itu, mungkin karena adanya akademi yang menerima murid dari banyak wilayah di sekitarnya, kota ini jadi memiliki banyak ragam budaya, terutama pada bagian kuliner. Meski secara garis besar perbedaan budayanya tidak terlalu mencolok, tapi hal itu tetap tidak mengubah fakta bahwa kota ini unik.

"Jafi kifa akfan bewangkat sekawang?"

Lilli yang sedang makan sesuatu yang mirip kebab di sampingku berbicara. Aku tidak tahu apa namanya tapi aku ingat, penjualnya berkata kalau itu adalah makanan khas dari kerjaan Dracunia di timur.

"Lilli telan dulu makananmu sebelum bicara."

Biasanya Lilli selalu disiplin dan tidak membiarkan kekurangannya terlihat, melihat dia bersikap seperti ini entah kenapa membuatku merasa aneh. Pada akhirnya. Sepertinya, entah seperti apa dia berusaha untuk terlihat dewasa, jauh didalam dirinya dia masih gadis biasa.

"Ma-maaf, sa-saya lupa diri karena terlalu senang."

Melihat banyak makanan unik yang tidak pernah kami lihat di Aren, aku tahu seperti apa perasaan Lilli saat ini, lagi pula aku juga sedang makan jangkrik bakar dengan saus tomat. Kalian tahu, Rasanya tidak seburuk penampilannya, dan sepertinya makanan ini cukup umum di sini, terutama dikalangan demihuman.

"Unn, aku tidak keberatan."

Mengatakan itu, aku menggigit jangkrik renyah yang di tusuk seperti sate. Serius ini enak, mungkin aku akan minta resepnya nanti, ngomong-ngomong soal Lilli, aku lebih senang jika dia bisa lebih jujur pada dirinya seperti ini.

"Anu, jadi kita akan ke akademi sekarang?"

"Hmm, sepertinya sudah saatnya."

Melihat hari yang semakin siang, aku mengangguk pada pertanyaan Lilli. Andai jam adalah benda umum, tidak akan sesulit ini mengatur waktu. Ya, seperti yang aku katakan, jam adalah benda mewah di sini. Alasanya, karena mekanisme jam di dunia ini tidak berdasarkan energi kinetik yang diatur menggunakan pegas, tapi menggunakan sebuah magic stone yang relatif mahal sebagai core, mungkin mekanisme jam di dunia ini lebih sederhana, tapi karena core utamanya adalah sebuah magic stone, biasanya hanya bangsawan tingkat menengah keatas yang memilikinya.

Ah, jika aku ingat-ingat, bukankah fungsi magic stone itu mirip seperti CPU? Hmm, mungkin dengan magic stone yang tepat aku bisa menciptakan sebuah komputer di dunia ini, baiklah akan aku simpan rencana itu untuk nanti. Saat aku sedang melamun, aku melihat Lilli memandangku dengan khawatir.

"Anu Tuan Muda, bukankah anda terlalu sering melamun akhir-akhir ini?"

Lilli menarik lengan bajuku, saat dia bertanya.

"Huh? Be-benarkah? Ku-kurasa aku hanya gugup untuk menghadapi ujian masuk."

Itu tidak bohong, saat ini aku benar-benar gugup untuk menghadapi ujian. Tapi di atas semua itu, sebenarnya ada banyak hal lain yang mengganggu pikiranku, dan salah satunya adalah kekuatan yang sedang aku tahan untuk tidak digunakan. Benar, kekuatan yang di sebut sebagai anti-deity armament, sudah hampir lima tahun sejak aku secara sepihak memutus kontak dengan Iona, aku tahu jika aku terlihat seperti pengecut, tapi aku benar-benar takut dengan kekuatan yang dia berikan.

Aku berterima kasih padanya karena memberiku skill yang berguna, tapi untuk anti-deity series, itu masih terlalu berat untukku. Aku ingat,di saat terakhir sebelum aku memutus kontak dengannya dia berkata...

"Sebagai pewaris dari 'Dia' yang diberi hak untuk mencipta, kau telah diberikan sepuluh kekuasan; sepuluh bukti kebijaksanaan raja. Pedang yang bisa memotong segalanya bahkan kenyataan; Zul-Fikhar, zirah yang akan mengusir semua kejahatan; Zul-Kharnain, sayap yang akan menutupi seluruh langit dan melindungi semua kehidupan; Zul-Khifle, dan masih ada tujuh kekuasaan lain yang belum kau ketahui."

Dan selain tiga armament tersebut, masih ada tujuh lagi lekuatan yang tidak aku ketahui. Jika dengan menguasai tiga armament tersebut membuatku mampu melawan dewa, lalu apa yang akan terjadi jika aku bisa menguasai semuanya?

Memikirkan itu, rasa takut tiba-tiba memenuhi hatiku. Aku masih mengingatnya, rasa ketika aku kehilangan perasaanku, aku tidak mau merasakkanya lagi, saat itu aku bisa mengendalikan diriku karena bahkan jika aku kehilangan perasaanku, aku tahu jika ada hal penting yang harus aku lakukan.

Tapi jika suatu saat di masa depan, aku tidak memiliki apapun yang bisa aku jadikan alasan untuk bergerak, apa yang akan terjadi padaku? Tidak, mungkin lebih tepatnya, apa yang akan aku lakukan? Apa aku akan menjadi bencana untuk dunia ini?

Menahan pikiran itu di dalam kepalaku, aku mengepal tanganku semakin erat.

"Tu-tuan Muda? Anda terlihat kesakitan, apa anda tidak apa-apa? Apa sebaiknya kita kembali ke penginapan?"

Mungkin karena melihat ekspresi yang aku buat, Lilli yang ada di sampingku menjadi khawatir. Merasakan perasaan hangat yang tiba-tiba muncul di telapak tanganku, aku sadar jika Lilli sudah menggandengku dengan erat.

"Huh? Ma-maaf, aku tidak apa-apa."

Membuang semua rasa khawatirku, aku mencoba tersenyum padanya. Benar, saat ini ada hal lain yang harus aku lakukan, aku tidak boleh terganggu oleh perasaan semacam ini. Tapi...

"Anu Lilli, sampai kita tiba di akademi nanti bisakah aku...."

Mengatakan itu lirih, aku juga mempererat genggamanku, karena untuk saat ini, aku ingin dia menggenggam tanganku sedikit lebih lama.

"Unn, saya akan terus memegang tangan anda selama yang anda mau."

Lilli menjawabku dengan senyum. Aahh, aku pasti terlihat sangat menyedihkan, tapi harus aku akui, saat Lilli menggenggam tanganku, aku merasa ketakutanku mereda.

Author note: ya hallooo.... maaf Othor lama g biki author note, selain itu juga maaf karena Othor belum ngucapin minal aidzi walfaidzin.

Minalaidzil walfaidzin, mohon maaf lahir batin untuk kalian semua yang udah setia baca cerita amatir ini. Semoga di sisa hari yang suci ini, dosa kita semua di maafkan ... amin.

Terima kasih juga buat kalian yang udah mengikuti cerita ini dari awal sampai akhir. Bagi Othor cerita ini adalah dunia nyata bagi Othor, dan kalian yang sudah berkunjung untuk melihat dunia ini, othor sangat berterima kasih.

Othor harap, kedepanya akan makin banyak orang yang berkunjung di dunia ini, melihat Nicho dan kawan-kawan berjuang demi keadilan yang mereka percayai.

Thanks for anything thanks for everything, ah jangan lupa kasih kritik dan saran yak👌

Ciaaaooo

Oh iya, hari ini g ada curhatan kesedihan Othor yak, Othor udah punya pacar soalnya... Muahaahahaha😎

Prometheus ChildrenWhere stories live. Discover now