Prometheus Children Chapter 1(part 1)

168 9 6
                                    

Setelah sarapan kami memutuskan untuk berangkat ke kelas. Berpisah dengan Lilli dan Gloria di perbatasan kelas ksatria dan penyihir, dan Micki sepertinya juga ada urusan lain yang harus dia lakukan, jadi dia pergi lebih dulu.

Mungkin masih ada sekitar satu jam sebelum kelas dimulai, setelah mengembalikan keranjang yang aku pinjam dari gudang, aku segera lanjut ke gedung kelas para ksatria.

Ngomong-ngomong aku sedikit tertarik pada apa yang Gloria katakan. Valet, atau military Apperentice, biasanya mereka adalah para ksatria atau penyihir tingkat rendah yang ingin mendapat rekomendasi dari siswa di atasnya, atau menjalin koneksi dengan  bangsawan yang berperingkat lebih tinggi.

Tentu paling banyak adalah mereka yang menjadi Valet untuk mencoba membuat koneksi dengan keluarga yang lebih berpengaruh. Karena di tatanan kalangan atas, koneksi adalah kekuatan.

Sialnya hal itu membuat ksatria hebat tapi dari keluarga bangsawan yang lebih rendah sulit membuka kesempatan mendapat Valet, kecuali jika mereka memiliki pamor dan prestasi yang setidaknya hampir menyamai Sword Princess Fiana.

Lalu, Master Valet adalah siswa tahun kedua. Ketika siswa berhasil memasuki tahun kedua, maka mereka bukan lagi siswa militer biasa, tapi akan masuk daftar keanggotaan militer dalam masa percobaan.

Dengan kata lain, keanggotaan mereka dalam militer sudah di akui sebagai Cadet. Karena itu ketika mereka menerima Valet, maka mereka memiliki hak untuk memberi rekomendasi pada Valetnya untuk memuluskan karir militer valet ditahun kedua.

Dan mengingat kebangsawanan keluarga Silvester tidak diakui di kekaisaran, sepertinya hampir mustahil bagiku untuk mendapatkan seorang master.

Tapi itu bukan masalah, lagi pula aku tidak berniat masuk terlalu jauh dalam militer kekaisaran.

Sambil memikirkan itu, aku berjalan menembus taman cemara yang memisahkan asrama pelayan dan gudang dengan gedung sekolah.

Mungkin karena aku berangkat lebih pagi dari biasanya, tempat ini masih sepi.

Hingga akhirnya...

"Heh kamu! "

Tiba-tiba aku mendengar suara seorang wanita memanggil. Saat aku menengok kearah datangnya suara, aku melihat dua orang berada di tengah taman, dua orang wanita berambut hitam kelam seperti malam. Tidak, salah satu dari mereka memiliki warna rambut sedikit berwarna ungu saat terkena cahaya.

Itu adalah warna yang seharusnya sangat jarang ada di benua ini. Dan yang membuatku tidak bisa melepas pandanganku dari mereka adalah, wajah cantik orientalnya yang khas.

Wajah yang menunjukan jika mereka berasal dari benua lain, dari sebuah negara kepulauan yang dikuasai oleh The Emperor of Fire, sebuah negara jauh di timur bernama Yamato.

Menanggapi panggilan mereka aku menunjuk pada diriku sendiri untuk memastikan apakah memang aku yang mereka panggil.

"Iya kamu, memangnya siapa lagi. "

Berdiri dari bangku yang dia duduki, wanita berambut panjang keunguan itu berjalan mendekat padaku, sedangkan wanita berambut pendek di belakangnya mengikuti dengan sopan. Apa dia pelayannya?

"Namamu Nicholas Edward Silvester bukan? "

"Huh?! "

Dia tahu namaku?! Mendengar dia menyebut namaku, entah kenapa aku secara reflek menaikan kewaspadaanku.

"Seorang murid tahun pertama, tapi sudah diakui oleh petualang peringkat tinggi dari guild. Bahkan ikut berkontribusi bersama dengan sang Sword Princess Fiana. "

".... "

Dia tahu sejauh itu? Tapi bagaimana caranya? Setahuku hanya beberapa orang saja yang tahu dengan apa yang sufah terjadi dalam penyerangan.  Saat itu, aku merasakan perasaan tidak nyaman mulai meluap. 

"Pita biru, itu berarti kau adalah siswa kelas dua, benarkan? Jadi senyor, katakan padaku, sebenarnya kau inginkan? "

Membuat gertakan, tapi gadis itu hanya tersenyum dan mengambil dua bilah pedang kayu dari wanita lain di belakangnya.

"Bagaimana jika kau  memastikannya sendiri?"

Mengatakan itu, gadis misterius itu melemparkan salah satu pedang kayunya padaku. Itu adalah pedang kayu berbentuk seperti katana.

"Boken? "

"Ara? Kau tahu nama pedang kayu ini? Hmm, kau benar-benar menarik. "

Mempersiapkan kuda-kudanya, gadis itu memegang pedangnya dengan kedua tangan di depan tubuhnya, gadis itu menegangkan dan mempersempit pundaknya. Seolah dia ingin bersembunyi di balik pedang yang dia pegang.

Ya itu adalah kuda-kuda yang biasa terlihat pada olah raga kendo. Seingatku, kuda-kuda semacam itu menunjukan tipe serangan satu arah dengan kecepatan penuh pada satu titik.

Tehnik yang sederhana tapi sangat mematikan, jika aku gagal menghindar atau menahannya, mungkin aku akan menerima rasa sakit yang luar biasa. Sejujurnya, tehnik serangan terpusat semacam itu adalah tipe serangan yang paling aku benci.

"Kau sama sekali tidak terkejut dengan kuda-kuda yang aku tunjukkan? "

"Sejujurnya aku belum pernah secara langsung berhadapan dengan tehnik pedang dari Yamato, tapi aku pernah melihat beberapa kali. "

Tentu yang aku maksud bukan melihatnya di dunia ini, tapi di duniaku yang dulu dari sebuah aplikasi yang disebut youtube.

"Begitukah, kalau begitu mungkin aku harus menggunakan cara lain."

Sambil mengatakan itu, hadis itu merubah posisinya. Memegang pedang dengan tangan kiri dengan posisi seolah pedang itu berada didalam sarungnya.

Melebarkan kaki, merendahkan tubuh, gadis itu membuat kuda-kuda seolah akan menarik pedangnya dari sarung dengan kecepatan penuh . Ya itu adalah kuda-kuda batto jutshu.

(Batto jutshu: versi lain dari Iai do. Jika Iai do adalah seni menarik pedang dari sarungnya, maka batto jutshu adalah tehnik menarik pedang dengan cara yang efektif dalam pertarungan.)

Apa-apaan ini, masih pagi dan aku sudah terjebak dalam pertarungan semacam ini?!

"Nicho aku mulai! "

Mendengar apa yang dia katakan, aku segera membuat kuda-kuda untuk bertahan. Dengan jarak kami saat ini harusnya aku memiliki cukup waktu untuk melakukan hindaran. Itu adalah apa yang aku pikirkan, hingga hal itu terjadi.

"Batto... !"

(TL: Drawing tehnik/tehnik menarik pedang)

Hanya dengan satu hentakan ketanah, dia melesat cepat dan menutup jarak diantara kami. Itu bukan gerakan yang mengabaikan kesadaran seperti apa yang dilakukan Albert dan Devi, gerakkanya jauh lebih sederhana dari itu. Sebuah gerakan simpel tanpa tipuan apapun, sangat mudah dibaca dan dimengerti. Meski begitu, kecepatan geraknya benar-benar tidak bisa di abaikan.

"Ittou ryodan! "

(Split into two! /terbelah menjadi dua!)

Saat aku sadar dengan apa yang terjadi, aku sudah terpental kebelakang. Bukan hanya kecepatan, kekuatan tebasanya juga sangat berat. Beruntung aku masih bisa melihat arah seranganya dengan The Eye Of Creator, dan berhasil menahannya dengan pedang kayu yang aku pegang.

Meski benturan yang aku rasakan membuat tanganku terasa sedikit kesemutan.

"Kau bisa bertahan huh? Sebenarnya aku berencana membuatmu pingsan lalu menculik dan memaksamu, tapi sepertinya tidak akan semudah itu. "

Sebentar, di culik? Di paksa? Aku tidak tahu kalau wanita memegang kekuasaan sangat tinggi hingga menculik laki-laki adalah hal yang bisa dilakukan di pagi hari seperti saat ini.

"Aku tidak sabar untuk melakukan apapun yang aku mau padamu! "

"Hiiikk?!!!! "

Serius apa yang akan terjadi jika aku tertangkap? Apa aku akan di lecehkan? Memikirkan itu aku mulai merasakan rasa merinding menjalar di punggungku.

"Sakuya-sama, sepertinya anda sudah membuat dia salah paham. "

"Salah paham? Apa maksudmu? Chisato, kita akan bicarakan itu nanti, aku akan selesaikan ini lebih dulu. "

Mengabaikan apa yang gadis lain di belakangnya katakan. Gadis bernama Sakuya itu kembali membuat kuda-kuda yang sama. Meski begitu, aku merasa jika serangan kali ini tidak akan mudah aku tahan seperti sebelumnya.

Prometheus ChildrenDonde viven las historias. Descúbrelo ahora