Chapter 2 Budak

3.9K 295 181
                                    

Setelah hal aneh yang aku katakan, suasana di antara aku dan Mama Alice menjadi canggung. Meski dia berjalan sambil menggandengku, Mama Alice sama sekali tidak mengatakan apapun. Ekspresinya menunjukan kalau dia sedang berpikir keras, dan setiap kali tatapan kami bertemu dia akan langsung membuang muka.

"Mama...."

"Huh?! Ah maaf, apa Nicho ingin sesuatu?"

Saat aku mencoba membuka topik pembicaraan, aku melihat Mama Alice menanggapiku dengan kaku. Ini tidak seperti Mama Alice yang biasa aku lihat, bahkan jika dia tersenyun lebar seperti biasanya, aku masih merasa jika senyum itu dipaksakan.

"Apa aku sudah membuat mama khawatir?"

"Huh? Itu ... tentu saja tidak....!"

Masih mempertahankan topeng yang disebut senyuman di wajahnya, Mama Alice mencoba mengelak.

Tapi, setelah beberapa saat terdiam....

"Maaf ...."

Senyum itu tiba-tiba runtuh saat mata berwarna senjanya bertemu denganku.

"... Nicho benar, setelah melihat Nicho bersikap seperti itu Mama jadi merasa khawatir."

Mengalihkan pandangan sambil menggulung rambut di pipinya dengan jari telunjuk, Mama Alice mengatakan itu lirih.

"Nicho tahu? Mama tidak memiliki pengalaman dalam berkeluarga, jadi saat mendengar Nicho mengatakan hal semacam itu mama merasa kalau mama sudah gagal menjadi ibu yang baik."

Aku mengerti perasaan Mama Alice, melihat anak kecil yang harusnya lebih banyak bercerita tentang hal-hal menyenangkan justru mengatakan sesuatu yang suram. Jika aku menjadi Mama, aku juga akan merasa kalau aku telah gagal membahagiakan anakku.

"Unn, mama tidak salah."

Menggelengkan kepalaku, aku mencoba menenangkan Mama Alice dengan menolak pernyataanya.

"Tentu aku mengatakan itu karena memiliki alasanku sendiri, tapi itu sama sekali tidak ada hubunganya dengan mama."

Mendengarku, Mama Alice memiringkan kepalanya. Dari ekspresinya, sepertinya dia masih belum mengerti dengan apa yang aku katakan.

"Anu ... Nicho ...."

"Mama sudah melakukan yang terbaik, dan aku sangat bahagia dengan apa yang sudah aku miliki. Tapi masalah ini berbeda, karena masalah ini tidak ada hubunganya dengan mama atau Theressa. Aku tahu mama khawatir, tapi untuk saat ini aku belum bisa mengatakannya....."

Atau mungkin lebih tepat jika di katakan 'aku sendiri tidak tahu bagaimana harus menjelaskanya'. Ya, karena aku takut Mama Alice akan berubah setelah mendengar siapa aku sebenarnya. Mengingat apa yang sudah dia lakukan untukku sejak aku masih kecil, aku tidak bisa membayangkan seperti apa wajah Mama Alice jika dia tahu, kalau anak yang dia besarkan sejak bayi memiliki mental seorang remaja dari dunia lain.

"Tapi suatu saat aku pasti akan mengatakannya, jadi aku ingin mama menunggu sampai saat itu tiba."

Aku tahu jika aku mengajukan permintaan tak beralasan, tapi aku benar-benar tidak ingin Mama Alice mengubah perlakuannya padaku. Aku tahu jika aku egois, tapi untuk saat ini aku ingin semuanya berjalan seperti biasa.

Dan saat aku menanti dengan khawatir jawaban dari Mama Alice....

"Unn, mama mengerti."

Mama Alice menanggapiku dengan senyum hangat tanpa sedikitpun penolakkan, senyum yang entah kenapa membuatku nyaman.

"Tapi janji, suatu saat Nicho akan cerita ke mama."

"aku janji."

Pada akhirnya aku mengangguk pada janji yang kami buat. Meski di dalam hati, sebenarnya aku ingin dia melupakan janji itu.

Prometheus ChildrenWhere stories live. Discover now