Prometheus Children Chapter 9(part 3)

190 13 11
                                    

Penghalang utama akademi Triadne sudah dimatikan. Bukan hanya penghalang, bahkan suplai energi sihir yang bertanggung jawab atas penerangan juga ikut mati, kristal-kristal yang biasanya bersinar seperti lampu neon, kini hanya terlihat seperti ornamen kaca. Di dalam keheningan, sebuah sosok berjubah hitam berjalan cepat di dalam kegelapan.

Ini adalah lorong gelap yang menghubungkan ruang penelitian dengan ruang penyimpanan. Seharusnya untuk menuju tempat ini banyak cabang lorong yang harus di lewati. Desain seperti itu sengaja di ciptakan untuk membingungkan penyusup. Tapi, seolah sudah tahu jalur mana yang harus di pilih, sosok berjubah itu berjalan cepat seperti hantu.

Hingga akhirnya, dia sampai pada sebuah pintu besar berwarna hitam. Harusnya, pintu itu selalu di lindungi dengan segel dan kutukkan untuk pengaman. Tapi, bahkan tingkat keamanan semacam itupun tidak berkutik jika sumber energi utamanya rusak. Tidak, mungkin bukan hanya itu, melihat sebuah senyum terlihat di balik tudung sosok berjubah itu. Mungkin ada hal lain yang membuat sistem pertahanan di tempat ini menjadi tidak berfungsi.

Merusak kunci fisik, membuka pintu besar dengan mudah, masuk tanpa suara, dan kembali menutupnya seolah tidak terjadi apapun. Semua itu terjadi hanya dalam waktu sekejap, seolah hal itu adalah sesuatu yang sudah biasa dia lakukan.

Terus berjalan menyusuri ruang luas dan gelap. Samar-samar dia melihat banyaknya artefak yang disimpan di sini. Sebuah tablet batu besar, sebuah benda aneh dengan layar kristal besar, juga ada beberapa gulungan perkamen yang masih disegel dengan rapi. Tapi, sosok hitam itu hanya memiliki satu tujuan, jauh di ujung ruangan, dia bisa melihat sebuah cahaya kemerahan dari sebuah lingkaran sihir.

Di tengahnya, ada benda yang melayang sambil berputar pelan. Itu adalah pisau hitam dengan corak aneh, pisau indah dengan bilah diukirkan sisik seperti ular yang di hiasi dengan warna emas. Pisau dengan bentuk unik yang jarang ada di benua ini, bentuk bilah berlekuk-lekuk seperti ular.

Dikatakan jika benda ini adalah sebuah senjata dari negara di tenggara. Sebuah senjata yang lebih sering digunakan sebagai peralatan ritual atau jimat, sebuah senjata dari era kuno yang disebut dengan keris.

"Nagagini Divasvara, jadi itu adalah benda yang kau incar? Hmmm, katakan padaku apa kau adalah pemimpin mereka?"

Tapi ketika dia mendekat, suara seorang wanita terdengar di belakangnya.

"Pisau yang dikatakan ditempa dari taring Earth Progenitor Dragon, Magna Antaboga. Alasan kenapa benda yang seharusnya berasal dari negara jauh di tenggara bisa ditemukan di reruntuhan benua ini, itu adalah misteri yang sedang peneliti coba ungkap."

Dari kegelapan di belakangnya, seorang wanita berjalan pelan sambil memandang dengan tajam. Rambut kelabu dengan mata berwarna senja, kaca mata beningnya yang terlihat agak tebal, entah kenapa tidak bisa menyembunyikan rasa intimidasi dari tatapanya.

"Bukan hanya menghancurkan penghalang, tapi kau juga merusak semua pelindung yang dipasang di tempat ini dengan secara langsung memberi gangguan di bawah tempat ini. Kau benar-benar berani mengusik wilayahku."

Ya itu adalah Kepala sekolah dari akademi ini, Alexandra Ciel Marill.

"Jadi sampai kapan kau akan diam, tuan penyusup?"

"Aahh, sepertinya aku memang tidak bisa membodohi anda nona kepala sekolah. Bahkan setelah rekanku membuat keributan di luar, anda justru langsung menuju ke tempat ini."

Suara seorang lelaki terdengar dari dalam tudung.

"Alexandra, panggil aku dengan nama itu."

"Ah maaf atas ketidak sopanan saya, Nona Alexandra."

Prometheus ChildrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang