BUGH!
Seorang laki-laki berjabatan OSIS tersungkur di tengah lapangan. Wajahnya berlumuran darah—dari pelipis, hidung, hingga mulutnya yang memuntahkan darah segar.
Seorang satpam dan seorang guru sempat mencoba menarik Adras, tapi Prabu dan si kembar langsung maju menghadang.
“Bu… Ibu tahu saya anak siapa?” Guntur menyilangkan tangan dengan gaya sok kerennya. “Saya anak investor sekolah ini. Ibu diem, atau saya laporan ke papi.”
“Saya dengar, Ibu pernah kencan sama tukang kuli sekolah?” Raze menaikkan satu alis, ikut memojokkan sang guru.
“Eumm… sepertinya saya ada urusan,” ujar guru wanita itu panik, buru-buru mundur dari kerumunan.
“Pak…”
Guntur berbalik ingin membereskan satpam. Namun satpam itu pergi dengan sedikit berlari saat menyadari dia juga akan ikut diancam.
“Malah kabur duluan, bangsat,” umpat Guntur sambil tertawa.
Prabu tertawa puas sambil tos dengan Petir.
Di sisi lain, Adras berjongkok di depan laki-laki yang tadi menggendong Aluna menuju UKS.
“Harusnya lo ngaca dulu sebelum ngomong hal sampah kayak tadi ke gue.” Suaranya rendah, menekan. Tangan Adras menepuk pipi laki-laki itu pelan—namun penuh ancaman.
Drtt.
Suara ponsel Adras bergetar pertanda panggilan masuk. Adras berdiri lalu merogoh saku celananya. Netra tajamnya tak lepas dari laki-laki yang terbaring lemah di bawah kakinya.
“Lo berantem?” Suara Aluna terdengar pelan di seberang sana.
“Ke UKS sebelum gue tambah marah sama lo.” Setelah mengatakan itu, Aluna memutuskan panggilannya secara sepihak.
Sial. Bisa dipastikan Aluna akan bertambah marah saat mengetahui Adras berkelahi.
Adras menyunggar rambutnya frustasi, kakinya menendang perut laki-laki itu.
“Urusan gue belum selesai sama lo,” ucap Adras sembari melangkahkan kakinya menuju UKS.
****
“Mahen dilarikan ke rumah sakit, katanya, Lun.”
“Oh my God!”
“Lo harus liat! Base sekolah full topik bahas Adras!!”
“Adras kenapa bisa ngamuk gitu ya?”
“Sekolah kita ga berani ganggu dia.”
“Adras murid baru. Kata gua, Mahen salah karena macam-macam sama dia.”
Aluna menyerahkan ponsel Hanna—teman baru Aluna di sekolah ini—setelah membaca sebagian topik yang berada di base sekolah.
Aluna menghela napas lelah, matanya sembab karena menangis semalaman.
“Gue capek, Na.”Aluna menatap Hanna yang fokus pada ponselnya.
Hanna menatap Aluna lalu mematikan ponselnya. “Coba sini, cerita ke gue.”
Belum sempat Aluna menjawab, suara pintu dibuka terdengar. Aluna menoleh, mendapati Adras berjalan masuk.
Hanna menatap Adras yang menjulang tinggi. Mulutnya sedikit terbuka saat melihat Adras secara langsung.
“Oh my God!!” pekik Hanna kelepasan.
“Berisik.” Adras mendekati Aluna, membungkukkan punggung tegapnya.
Hanna mematung sebelum keluar dari UKS, membiarkan mereka berduaan, tak lupa menutup pintunya.
“Dia temen gue!” ucap Aluna saat Adras terkesan mengintimidasi Hanna.
“Persetan soal temen lo.”
“…..”
“Enak digendong cowok lain?”Adras terkekeh sinis sebelum menegakkan punggungnya.
“Lo sadar ga sih, Dras? Lo itu udah kayak terobsesi sama gue!!!”
Mata Aluna berkaca-kaca. Dia tak tahu lagi bagaimana menghadapi sikap Adras akhir-akhir ini.
"ANAK PEMBANTU PAKE HOODIE LO, GUE LO LARANG BUAT MARAH!!!"
"GILIRAN GUE PINGSAN DIGENDONG COWOK LAIN, LO NGAMUK KESETANAN!!"
“Cemburu lo itu ga mendasar,” Adras mendesis pelan saat mendengar teriakan Aluna. Laki-laki itu berdiri di samping brankar.
“Gue ga pernah kontak fisik sama dia,” ucap Adras pelan. Satu tangannya yang lain menyingkap rok Aluna. “Kalau gue ciuman terus ngesex sama dia, lo bebas ngemaki gue.”
PLAKK!
Suara tamparan memecah udara UKS. Kepala Adras terhentak ke samping.
Beberapa detik ia hanya diam, rahangnya mengeras, sebelum akhirnya mengusap sudut bibirnya yang pecah.
Di sampingnya, air mata Aluna jatuh tanpa henti. Tangannya masih terangkat namun bergetar hebat, seolah dia sendiri kaget pada kekuatan yang barusan ia lepaskan.
Napasnya naik turun, tersengal oleh rasa sakit dan marah yang bercampur jadi satu.
Hening.
Satu detik.
Dua detik.
Tiga—
BRAK!
Lemari kaca UKS hancur diterjang tinju Adras. Kaca-kaca jatuh memercik lantai. Jari-jari laki-laki itu robek, darah mengalir di ruas-ruasnya.
“ADRAS LO GILA!!” teriak Aluna histeris.
Netra tajam Adras mengkilat penuh amarah. Ingatan itu terputar lagi di kepalanya.
Alunanya.
Gadisnya.
Miliknya.
Disentuh laki-laki lain.
Bagaimana cara Mahen menggendong Aluna sangat jelas terpapar di kepalanya.
Darah Adras seakan mendidih jika mengingat hal sialan seperti itu.
'Jangan salahin gue… kalau lo gue kurung, Aluna. Dan ngeliat Mahen mati depan mata lo.'
*****
Pagi brader.
Baru bangun langsung up nih brader 😅
Jangan lupa tinggalkan jejak ya brader!
YOU ARE READING
ADRAS V.A [ DAILY UPDATE ]
Mystery / ThrillerAdras Valtores-putra tunggal dari dua keluarga berbeda profesi. Dingin, berbahaya, dan nyaris tak memiliki belas kasihan. Tapi hidupnya berubah ketika sebuah insiden kecil di sekolah mempertemukannya dengan Aluna-gadis biasa yang tanpa sadar menarik...
![ADRAS V.A [ DAILY UPDATE ]](https://img.wattpad.com/cover/403641579-64-k393895.jpg)