Adras terbiasa mengendalikan segala hal kekuasaan, musuh, bahkan nyawa orang lain. Tapi saat Aluna pingsan, ia tak bisa mengontrol apa pun.
Saat ini Adras duduk di sofa panjang tempat Aluna dirawat. Satu tangan menjulur di sepanjang sandaran sofa, satu tangan lainnya memegang iPad yang menampilkan video CCTV di depan rumah Aluna. Netra tajamnya menangkap empat sosok laki-laki bertubuh besar menyeret tubuh Yudis, sebelum salah satu dari laki-laki itu melemparkan tubuh Yudis ke meja sehingga vas-vas berjatuhan.
Adras mematikan iPad itu lalu melemparnya ke atas meja. Punggung tegapnya ia sandarkan di sofa. Ia belum memejamkan matanya sejak Aluna pingsan dini hari kemarin. Adras berdiri lalu mendekati ranjang tempat Aluna terbaring lemah. Ia duduk di kursi sebelah ranjang.
Hanya ada keheningan yang mendominasi. Adras yang biasanya tangguh sekarang terlihat begitu putus asa. Lama Adras memandang wajah pucat Aluna, sebelum ikut membaringkan kepalanya di samping tubuh gadis itu.
"Gue harap lo bangun besok pagi," gumam Adras sebelum memejamkan matanya.
******
Cahaya pagi menembus tirai jendela, mengguratkan semburat hangat ke ruang sunyi itu. Adras menyeringit saat wajahnya disentuh, lalu tanpa sadar menenggelamkan wajahnya lebih dalam ke perut Aluna.
Aluna yang baru sadar itu tersenyum geli, mendapati Adras tertidur di sampingnya. Aluna mengusap rambut tebal Adras, tanpa Aluna sadari tindakannya membuat Adras semakin nyaman.
Adras membuka matanya saat merasakan usapan lembut di rambutnya. Hal yang pertama ia lihat adalah wajah cantik Aluna yang tengah tersenyum manis. Nafas Aluna berat namun teratur, matanya menatap Adras dengan hangat. Senyum manis terpatri di bibir kecilnya.
Sial. Hal yang sederhana namun mampu membuat detak jantung Adras menggila. Adras menegakkan punggungnya lalu bersandar di sandaran kursi.
"Ada yang sakit?" tanya Adras dengan suara khas bangun tidur.
"Ga ada," ucap Aluna pelan. Ia merapikan rambut Adras yang berantakan. "Gimana sama ayah, Dras?" tanya Aluna tiba-tiba setelah terdiam beberapa detik.
"Ayah lo aman," jawab Adras. Ia menggenggam tangan Aluna yang tengah mengusap rambutnya, lalu mengecup telapak tangan itu. "Lo ga tau seberapa khawatir gue, Aluna," ucap Adras pelan.
"Mau peluk," minta Aluna dengan manja. Adras terkekeh kecil sebelum memeluk gadis itu. Ia merangkak naik ke atas ranjang lalu ikut berbaring di samping Aluna.
"Lo bikin gue gila," bisik Adras pelan. Tangan kekarnya menelusup masuk ke dalam pakaian Aluna, lalu mengusap punggung Aluna secara langsung.
"Seorang Adras Valtores bisa gila?" kekeh Aluna pelan. Matanya terpejam menikmati usapan Adras.
"Cuman lo yang bisa bikin gue putus asa, Aluna," gumam Adras pelan, namun terdengar jelas di telinga Aluna.
Lama mereka mengobrol sebelum Adras bangkit dari ranjang dan mengatakan pada Aluna jika Adras ingin keluar membeli makanan.
Saat Adras keluar, laki-laki itu memerintahkan dua penjaga berdiri di sisi kanan dan kiri ruangan Aluna. Mau bagaimana pun Adras tak ingin Aluna kenapa-kenapa.
Saat Adras berjalan di lorong rumah sakit, seorang bocah menangis di sudut tembok. Adras menyeringit saat menyadari jika bocah itu adalah Billy. Ia berjalan menghampiri Billy lalu berdiri tepat di depan bocah itu.
Adras menunduk dengan kedua tangan ia masukkan ke dalam saku celana. "Kenapa?" tanya Adras tanpa basa-basi.
Billy mengangkat kepalanya, air matanya menetes membasahi pipi kurusnya. Billy berdiri lalu memeluk Adras tanpa aba-aba.
YOU ARE READING
ADRAS V.A [ DAILY UPDATE ]
Mystery / ThrillerAdras Valtores-putra tunggal dari dua keluarga berbeda profesi. Dingin, berbahaya, dan nyaris tak memiliki belas kasihan. Tapi hidupnya berubah ketika sebuah insiden kecil di sekolah mempertemukannya dengan Aluna-gadis biasa yang tanpa sadar menarik...
![ADRAS V.A [ DAILY UPDATE ]](https://img.wattpad.com/cover/403641579-64-k393895.jpg)