ADRAS V.A 8

3.1K 113 3
                                        

Aluna merebahkan diri di sofa, perutnya sudah kenyang. 

"Lo ngapain beli makanan sebanyak itu, Dras?" tanyanya sambil menatap Adras yang baru saja berganti pakaian setelah membersihkan diri. 

"Bukan gue, tapi asisten gue," jawab Adras santai sambil memainkan ponselnya. "Gue cuma ngeluarin uang," tambahnya. 

Aluna menghela napas, lalu bangkit dari tempat duduknya, mulai mengemas makanan yang tak tersentuh.

Ia menguncir rambut panjangnya secara asal agar tak mengganggu aktivitasnya. Keringat menetes perlahan dari pelipis ke leher jenjangnya. 

Adras berdiri dan mengamati Aluna dari balik dinding. Matanya menelusuri penampilan Aluna yang sedikit berantakan, tapi justru terlihat seksi di matanya. 

Setelah selesai, Aluna mendekati Adras, menengadah agar bisa menatapnya. 
"Gue mau bagi-bagi makanan sisa itu ke yang membutuhkan, boleh, nggak?" tanyanya. 

Adras menundukkan kepala agar sejajar pandang dengan Aluna yang lebih pendek. 
"Suruh asisten gue aja," jawabnya singkat, tak ingin berdebat. 

"Jadi, boleh?" tanya Aluna sekali lagi memastikan. 

Adras hanya bergumam sebagai jawaban.

*******
Asisten Adras berdiri tiga langkah di belakangnya, kepala menunduk dengan kedua tangan di belakang tubuh. 
"Bagiin makanan sisa itu buat orang miskin," ucap Adras sambil menghisap vape-nya. 

"Adras," panggil asisten itu hati-hati, tak ingin menyinggung anak tuannya. "Sejujurnya itu bukan tugas saya. Saya hanya diperintahkan untuk memenuhi kebutuhan kamu," katanya. 

Meski melayani Adras, asisten itu sebenarnya bekerja atas perintah Lucian. 

"Jangan sampai gue ngulang perintah," kata Adras seolah mengabaikan pernyataan asisten. Tak ada nada bentakan atau amarah, tapi asisten itu tahu itu ancaman. 

"Akan saya bagikan," jawab asisten dengan patuh, lalu berbalik dan meninggalkan balkon setelah mendapat izin. 

Sementara itu, Aluna berpapasan dengan asisten Adras di pintu kamar. Asisten itu  tersenyum ramah. 

Aluna melangkah ke balkon tempat Adras berada. Punggung lebar Adras terlihat karena ia tak mengenakan atasan. 

Adras berbalik saat melihat Aluna datang, matanya tertuju pada kresek yang dibawa gadis itu. 

"Gue baru keluar, terus beliin lo martabak manis, mau nggak?" tanya Aluna antusias, mengeluarkan kotak dari kantong kresek. 

Aluna membuka kotak itu, memperlihatkan martabak manisnya. Ia mengambil satu potong dan mencicipi.

Matanya berbinar menikmati rasa martabak itu. Lalu ia menyodorkan kotak ke Adras. 

Adras menatap martabak itu tanpa minat, tapi tetap mengambilnya juga. Entahlah, dia selalu kalah kalau berhadapan dengan gadis ini. 

Adras bersandar di pembatas balkon, lalu memakan satu potong martabak dengan satu tangan. 

Aluna duduk di kursi, menunduk sambil menatap Adras, sampai lupa kalau Adras tak memakai atasan. 

"Enak, kan?" tanya Aluna. "Gue beliin ini buat lo, soalnya gue udah kenyang. Anggep aja sebagai ucapan terima kasih karena lo bawain banyak makanan buat gue," jelasnya panjang lebar. 

"Gue beliin lo martabak paling mahal, walau pake uang yang kemarin lo kasih," Aluna tertawa kecil, merasa tingkahnya konyol.

Aluna mengerti, selama hidupnya Adras tak pernah menyentuh makanan yang dijual di pinggir jalan. Selain karena bergelimang harta, Adras juga tinggal selama 10 tahun di luar negeri. 

ADRAS V.A [ DAILY UPDATE ] Where stories live. Discover now