Sejak Adras menemui ayah Aluna agar tak melarang ia dan Aluna bersama, mereka semakin dekat dan akrab. Tak ada rasa canggung yang dirasakan saat berduaan.
Seperti saat ini, Adras dan Aluna duduk berdua di dalam mobil. Aluna mengatakan pada Adras bahwa ini malam Minggu dan ia ingin mengajak laki-laki itu ke pasar malam. Adras hanya mengiyakan ajakan Aluna.
Adras memarkirkan mobilnya di halaman pasar malam. Suasana terlihat sangat ramai. Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, namun bukan berarti pasar itu semakin sepi. Banyak anak muda dan mudi di sana, entah menghibur diri atau pergi bersama pacar.
Mata Aluna berbinar, ia berjalan lebih dulu. Adras hanya mengikuti dengan kedua tangan berada di saku celana. Aluna mengajak Adras untuk membeli beberapa makanan, salah satunya adalah cilok.
"Lo pasti belum pernah makan ini," ucap Aluna sembari menunjukkan plastik kecil yang berisi cilok itu. Adras hanya mendengus. Rasanya gerah sekali berada di lingkungan semacam ini.
Setelah beberapa saat berbelanja, mereka duduk di bangku panjang yang tersedia di sana. Siap untuk menyantap berbagai makanan yang Aluna beli. Aluna menusuk satu cilok dan menyodorkannya pada Adras.
"Gue udah kenyang, buat lo aja," tolak Adras secara halus.
"Cobain satu aja, please?" Aluna menatap Adras dengan penuh permohonan. Adras menghela napas sebelum menerima suapan Aluna.
"Enak ga?" tanya Aluna tersenyum sebelum ikut memakan ciloknya.
"Biasa aja," ucap Adras. Ia mendongak menatap hamparan bintang di langit.
"Biasa buat lo, tapi untuk orang yang buat makan satu hari aja susah. Pasti enak," ucap Aluna. Ia tetap fokus pada cilok di tangan, sesekali menyantapnya. Adras menatap Aluna dengan tatapan sulit diartikan.
"Sebelum ayah gue ketemu om Yudis, dia cuma kuli bangunan," cerita Aluna. Ia tersenyum sendu saat mengingat masa-masa ia kecil.
"Lauk gue makan aja cuma tempe sama sayur kangkung doang," Aluna menghela napas lalu menatap Adras yang fokus mendengarkan ceritanya.
"Lo kan enak, kalau lo mau apa-apa pasti ada, ga perlu usaha," Adras tersenyum getir. Ia berusaha mengingat kapan terakhir kali ia meminta sesuatu pada ayahnya. Mungkin tak pernah?
"Hidup lo biasa-biasa aja tapi ditemenin orang yang lo sayang. Gue di Australia cuma di temenin guru tiap hari," Adras menatap Aluna sebelum menyandarkan kepalanya di sandaran kursi. Mata tajamnya meredup seakan menceritakan kehidupan kelamnya.
"Lo main sama temen seumuran lo, gue cuma bisa duduk di ruang belajar berjam-jam. Gue muak tapi ga bisa protes. Karena itu takdir gue," hening. Dunia seakan-akan berhenti, turut bersedih atas kehidupan Adras sebagai pewaris.
Aluna menatap Adras dengan tatapan iba. Jadi begitu kah kehidupan orang kaya? Aluna menundukkan kepalanya dan menatap cilok yang ia pegang. Adras terdiam cukup lama sebelum kembali berbicara tentang bagaimana dia hidup, tentang bagaimana dia merasa kesepian dan seperti apa kehidupan munafik kelas atas.
Untuk pertama kalinya, ia menceritakan apa yang dia rasakan. Beberapa saat setelah mengobrol, keduanya terdiam. Aluna menjadi pendengar yang baik untuk Adras.
Adras menoleh menatap Aluna, cincin yang ia berikan kembali gadis itu pakai atas permintaan nya.
"Lo ga perlu ngerasa sendirian, Dras. Banyak kok yang sayang lo," ucap Aluna setelah beberapa saat terdiam.
"Termasuk lo?" tanya Adras tiba-tiba, netra tajamnya menelusuri setiap detail wajah Aluna. Aluna berdehem gugup, kepalanya menunduk dengan jari saling memilin.
YOU ARE READING
ADRAS V.A [ DAILY UPDATE ]
Mystery / ThrillerAdras Valtores-putra tunggal dari dua keluarga berbeda profesi. Dingin, berbahaya, dan nyaris tak memiliki belas kasihan. Tapi hidupnya berubah ketika sebuah insiden kecil di sekolah mempertemukannya dengan Aluna-gadis biasa yang tanpa sadar menarik...
![ADRAS V.A [ DAILY UPDATE ]](https://img.wattpad.com/cover/403641579-64-k393895.jpg)