ADRAS V.A 5

3.4K 108 4
                                        

Sekolah sudah sangat sepi, hanya tersisa dua mobil yang terparkir di halaman.

‎Aluna menoleh saat mendengar suara langkah kaki. Adras datang bersama asisten pribadinya.

‎"Masuk," perintah Adras singkat.

‎Tanpa banyak bicara, Aluna menurut dan masuk ke dalam mobil. Saat ini, ia sudah pasrah dengan status barunya sebagai babu Adras.

‎Asisten pribadi Adras hanya menatap mereka dari luar. Begitu mobil Adras menghilang dari pandangan, ia masuk ke mobil satunya dan melaju ke arah berbeda.

‎Sementara itu, di dalam mobil hanya ada keheningan. Adras menyetir tanpa sepatah kata pun, dan Aluna duduk menunduk, jari-jarinya saling memilin karena gugup.

‎Mobil berhenti di basement apartemen. Adras menoleh ke arah Aluna.

‎Gadis itu tampak seperti kelinci ketakutan—diam, tubuhnya sedikit gemetar.

‎Adras menghela napas panjang, lalu mencondongkan tubuhnya, mendekati Aluna.

‎Refleks, tangan Aluna mendorong dada bidang Adras untuk menjaga jarak. Nafasnya tercekat, matanya menatap Adras dengan ketakutan.

‎Adras tak bergerak, wajahnya masih sangat dekat. Napas hangatnya menyentuh kulit Aluna yang mulai merona.

‎"Lo selalu gemetar tiap gue deketin," bisiknya pelan, suaranya berat dan menyeret.

‎Aluna menggigit bibir bawahnya, tak berani menatap.

‎Tangan Adras perlahan menyentuh dagu Aluna, mengangkat wajahnya agar mata mereka bertemu. Tatapan itu dingin, tapi menusuk ke dalam.

‎"Pas lo narik gue tanpa pertimbangan, lo ga takut?"

‎Jari Adras menyentuh rambut Aluna, menyelipkan ke belakang telinganya dengan gerakan yang terlalu lembut untuk ukuran seorang Adras.

‎Sesaat, dunia jadi hening. Bahkan suara AC mobil pun seolah lenyap.

‎Tapi sebelum semuanya terlalu jauh, Adras menjauh. Ia membuka pintu mobil dan keluar seperti tak terjadi apa-apa.

‎"Aneh banget tu cowok," gerutu Aluna dalam hati lalu menyusul Adras. Ia sedikit berlari agar menyamakan langkah lebar Adras.

‎Adras memencet tombol left dimana lantai apartemen nya berada. setelah beberapa saat mereka sampai di depan pintu, Adras memasukkan pin nya seperti sudah hapal diluar kepala.

‎Aluna mengikuti Adras dan melihat keseliling, kardus dan barang-barang Adras belum tersusun rapi. sangat berantakan, seperti nya Adras baru membeli apartemen mewah ini. dan belum sempat untuk menata barang-barang nya.

‎"Lo rapiin semua barang-barang gue. taruh barang sesuai tempatnya, gue tunggu sampe jam 9 malem."

‎Wajah Adras datar seakan tak memiliki belas kasihan.

‎Aluna membelalak kan matanya, apakah Adras gila?

‎Aluna hampir ingin protes tapi kalimat Adras kembali membuat nya pasrah dan hanya bisa menurut.

"Gak usah cerewet, harusnya lo paham tugas babu itu ngapain," ucap Adras sembari melemparkan beberapa lembar uang berwarna merah. 

"Buat lo makan. Gue gak mau lo mati kelaparan di apartemen gue."

Ceklik.

Pintu apartemen tertutup, meninggalkan Aluna sendirian bersama kardus-kardus berantakan di lantai. Ia menghela napas panjang sebelum mulai membereskan semuanya.

"Ayo, Aluna! Lo harus semangat!!" serunya pada diri sendiri, mencoba membangkitkan semangat.

"Cih, udah gue duga, anak kaya Adras itu manja!"

"Sekarang liat, masa gue disuruh beresin barang sebanyak ini sendirian!?"
Ia mendecak kesal.

"Gue kutuk lo suka gue, biar nanti gue yang bikin lo berlutut, Dras," gumamnya, masih dengan nada jengkel.

Di sisi lain, Adras baru saja memasuki pekarangan mansion milik keluarganya. Elisa—ibunya—sudah pergi sejak pagi untuk urusan ke luar negeri. Mungkin wanita itu akan kembali dalam beberapa minggu ke depan.

Adras masuk ke kamarnya dan mulai membuka seragamnya untuk bersih-bersih.

Saat ia sedang mandi, seorang pelayan baru diam-diam masuk ke kamar.

ADRAS V.A [ DAILY UPDATE ] Where stories live. Discover now