ADRAS V.A 18

2.4K 67 0
                                        

Di bab ini ada beberapa kekerasan sedikit ekstrem. Harap bijak memilih bacaan.

Jangan lupa vote

Happy reading

******

‎Aluna merebahkan dirinya di atas kasur. Jari-jari lentiknya masih berselancar di media sosial sejak satu jam lalu.

‎Ia tinggal dengan baik di mansion Adras. Saat kepala pelayan menjelaskan alasan Adras melarangnya keluar, Aluna memaklumi itu.

‎Mau bagaimanapun, kejadian beberapa hari lalu membuat Adras begitu mengkhawatirkan dirinya.

‎Aluna terus menggulir video di aplikasi TikTok. Ia merasa lelah setelah seharian bermain bersama kepala pelayan.

‎Deg.

‎Jantung Aluna berdegup lebih kencang saat matanya menangkap video kekerasan.

‎Tanpa bisa dikendalikan, ingatan Aluna melayang pada saat pembantunya mati mengenaskan.

‎Aluna segera mematikan ponselnya, lalu menutupi seluruh badannya menggunakan selimut.

‎"Gue takut..." gumam Aluna dengan suara lirih. Isak tangisnya mulai terdengar.

‎Drrrt.

‎Di saat yang bersamaan, sebuah panggilan suara masuk. Aluna menyibak selimut, lalu meraih ponselnya.

‎V.A Is Calling...

‎Aluna menghapus air matanya sebelum mengangkat panggilan Adras.

‎"Kenapa?" tanya Adras setelah panggilan tersambung.

‎"Kenapa apanya?" tanya Aluna, bingung.

‎"Kenapa nangis?"

‎"Gue enggak nangis."

‎"Gue lihat semuanya di CCTV, Aluna," ucap Adras dengan suara rendahnya.

‎"....."

‎"Kenapa?" lagi, Adras kembali bertanya saat Aluna tak kunjung menjawab.

‎"Gue cuma keinget pembantu gue..."

‎Aluna mulai terisak pelan, air matanya menetes membasahi pipi mulusnya.

‎"Sini video call," Adras mengalihkan panggilan suara menjadi panggilan video.

‎Aluna mengubah posisinya menjadi duduk di atas kasur, punggungnya bersandar di ranjang.

‎Saat panggilan video tersambung, Aluna dapat melihat Adras duduk di kursi depan meja belajarnya. Laki-laki itu sedang menuangkan minuman alkohol dari botol ke gelas.

‎"Belajar atasi trauma lo, Aluna," ucap Adras pelan.

‎Air mata Aluna kembali menetes, tenggorokannya terasa tercekat saat mendengar ucapan tegas Adras. Ia pun ingin menjalani hari-hari seperti biasanya, namun ketakutannya saat itu tak bisa Aluna kendalikan.

‎Adras bersandar di sandaran kursi sambil menatap wajah Aluna yang pucat. Rasa khawatirnya memuncak. "Gue nyanyiin lagu, mau?"

‎Aluna mengusap air matanya, lalu mengangguk pelan.

‎Adras terkekeh kecil sebelum mengambil gitar miliknya.

‎"Gue nyanyiin ini, khusus untuk lo." Adras menjeda ucapannya. "Gue pengen lo tahu, seberapa besar rasa cinta gue buat lo, Aluna."

‎Adras mulai menyanyikan lagu "Lebih Indah" dari Adera.

‎Bibir kecil Aluna mulai tersenyum saat mendengar suara merdu Adras yang dipadukan oleh petikan gitar miliknya.

‎Adras yang biasanya bersikap tangguh di depan orang lain, menjadi pribadi yang lebih hangat jika bersama Aluna.

‎"Dan kau hadir, mengubah segalanya..."

‎"Menjadi lebih indah..."

‎"Kau bawa, cintaku setinggi angkasa..."

‎Aluna menikmati setiap bait lagu yang Adras nyanyikan, sesekali gadis itu tertawa saat beradu tatap dengan Adras.

‎Ya, Adras mampu membuat Aluna melupakan segala tragedi buruk dalam ingatannya.

‎"Lo itu kesayangan gue," ucap Adras setelah selesai menyanyikan lagu untuk Aluna.

‎"Lo itu cintanya gue."

‎"Lo itu hidupnya gue."

‎"Lo itu segalanya bagi gue."

‎"Semoga lo terus bahagia, Al."

‎"Dan semoga lagi, gue adalah salah satu dari banyaknya kebahagiaan lo."

‎Tanpa sadar, air mata Aluna menetes lagi. Dari balik layar, Aluna mampu melihat tatapan penuh cinta Adras.

‎"I love you, Sunshine."

‎"Sunshine?" tanya Aluna bingung. Tangan kecilnya mengusap pipinya yang basah oleh air mata.

‎"Panggilan kesayangan gue buat lo," jelas Adras. Ia meletakkan gitar di lantai. "Lo itu persis kaya cahaya matahari yang menerangi kehidupan gelap gue"

‎Aluna tertawa saat mendengar alasan Adras memanggilnya dengan sebutan "Sunshine".

‎"Ya udah deh. I love you more, Spiderman," canda Aluna dengan jahil.

‎Adras menatap Aluna dengan tatapan yang sulit diartikan.

‎"Sunshine itu banyak artinya, buat gue dan pencipta gue, Al." Adras terdiam beberapa saat sebelum melanjutkan.

‎"Terlalu banyak, sampai dia memilih mengabadikannya di sini."

ADRAS V.A [ DAILY UPDATE ] Where stories live. Discover now