V.A: samperin gue ke rooftop.
Aluna menghela napas panjang. Padahal baru saja ia duduk di kursi kantin untuk menikmati makan siangnya.
“Kenapa, Lun?” tanya Acha sambil membuka kotak bekalnya. Acha memang jarang membeli makanan di kantin karena harganya yang mahal.
Aluna tersenyum tipis. “Gapapa, gue ke toilet dulu,” ujarnya singkat, lalu berdiri dan pergi, meninggalkan Acha yang hanya bisa melongo.
“Sumpah, dia diare apa gimana sih? Ke toilet mulu,” gumam Acha, lalu mulai menikmati masakan buatan ibunya.
Beberapa menit kemudian, Alicia datang menghampiri bersama dua temannya.
“Loh, Acha. Kamu nggak beli makanan di sini?” tanya Alicia dengan nada sok akrab.
Acha pura-pura tak mendengar. Fokusnya hanya satu: menghabiskan makanan secepat mungkin dan pergi dari situ.
“Aku denger-denger… ibu kamu pelayan, ya?” suara Alicia sengaja ditinggikan, cukup keras untuk menarik perhatian beberapa siswa di sekitar mereka.
“Eh seriusan, sih?”
“Gak nyangka sekolah se-elit ini ada anak pelayan. Ewh.”
“Pantes aja dia selalu bawa bekal tiap istirahat.”
Acha menundukkan kepala, menahan rasa malu dan geram. Ia tahu, melawan Alicia hanya akan memperkeruh keadaan.
Alicia lalu membungkuk, berbisik di telinga Acha dengan nada lirih namun tajam, “Lebih baik lo temenan sama gue daripada Aluna. Dia bahkan gak bisa lindungin diri sendiri, apalagi lo.”
Setelah itu, Alicia menatap Acha sejenak lalu pergi. Teman-temannya ikut melangkah, namun sempat melemparkan pandangan merendahkan ke arah Acha.
Beberapa waktu kemudian, Alicia sudah berkumpul dengan gengnya di taman belakang sekolah.
“Rencana gue berhasil,” gumam Alicia, senyum licik menghiasi wajahnya.
"Akhirnya Alvian putusin gue… dan target selanjutnya? Adras. Dia harus jadi milik gue.”
Teman-temannya hanya terdiam. Tak satu pun berani menanggapi. Mereka tahu, satu kalimat salah bisa mengakhiri nasib mereka.
Alicia bukan sembarang murid. Ia adalah putri dari anggota mafia ternama di Las Vegas.
Namun sejak ayahnya tahu bahwa Adras—putra tunggal Lucian—pindah ke Indonesia, segalanya berubah. Dengan tegas, ayah Alicia menyampaikan satu hal: Lucian adalah kepala dari aliansi mafia terbesar lintas negara.
flashback on.
Sejak Adras menginjakkan kaki di SMA Yudistira, sorotan terhadap Alvian perlahan menghilang. Hanya satu nama yang terus jadi perbincangan hangat: Adras Valtores.
Alicia, yang selama ini haus perhatian, merasa geram. Ia pacaran dengan Alvian bukan karena cinta, tapi demi status sosial. Namun semua berubah sejak Adras datang.
Di kamar, Alicia duduk di depan meja riasnya. Tangan lentiknya menempelkan ponsel ke telinga.
“Jadi ceritanya gitu, Yah. Bisa bantuin singkirin si Adras itu nggak?” tanyanya polos, namun penuh ambisi.
Suara ayahnya terdengar tajam dari seberang, “Astaga, Alicia! Kamu tahu siapa dia?! Adras itu putra dari Lucian, dia menyandang gelar V.A!”
Sontak, lip balm yang dipegang Alicia terjatuh. Ia tahu betul apa arti V.A—Valtores. Sebuah nama yang hanya disebut dalam bisik-bisik oleh kalangan mafia tingkat atas.
“Dengarkan baik-baik,” suara ayahnya mulai serius. “Demi Tuhan, Ayah bahkan belum pernah melihat langsung wajah asli Lucian dan putranya. Setiap rapat besar, hanya kepala perwakilan organisasi yang boleh hadir.”
Alicia tersenyum. Hatinya mulai dipenuhi ambisi saat ayahnya menjelaskan kekuasaan yang bisa mereka dapatkan.
Tapi ayahnya memperingatkan, Adras bukan target biasa. Ia tak bisa didekati seperti Alvian—terlalu pintar, terlalu tajam. Karena itulah Alicia butuh strategi, dan Alvian adalah pionnya.
Setelah menutup telepon, Alicia menatap pantulan wajah cantiknya di cermin.
"Wajah gue cantik... seorang Adras pun pasti takluk," bisiknya dengan penuh percaya diri.
Flashback off.
Adras berdiri di atas rooftop, netra tajam nya menatap lurus di pembatas rooftop itu.
Saat terdengar langkah kaki, Adras berbalik mengira itu Aluna, namun nyatanya itu adalah Alicia.
Adras mengangkat satu alisnya, tanda ia bertanya.
Alicia mengehentikan langkah nya tepat di depan Adras, kepalanya mendongak agar bisa menatap wajah tampan itu.
Mata tajam Adras bertemu dengan tatapan ragu-ragu Alicia. Di dalam hatinya Alicia begitu memuji ketampanan Adras.
"A-aku minta maaf buat masalah kemarin," Alicia menundukkan kepalanya.
Adras tak menjawab pernyataan Alicia, merasa muak dengan gadis ini.
Saat Adras melewati Alicia, gadis itu berbicara dengan lirih, seakan-akan dirinya sangat rapuh, "aku ga nyangka karena kesalahpahaman itu aku sampe dipukul sama Alvian.." gumam Alicia nyaris tak terdengar.
Adras menyeringit, wajahnya menunduk agar menatap gadis itu, "terus urusan nya sama gue apa?" meskipun kalimat Adras sarkas, namun suara beratnya membuat perut Alicia seakan diterbangi kupu-kupu.
Alicia mengigit bibir bawahnya, bukan seperti ini yang Alicia harapkan. Alicia sudah menggunakan nama Alvian untuk menarik simpati Adras, namun kenapa tidak bisa!?
YOU ARE READING
ADRAS V.A [ DAILY UPDATE ]
Mystery / ThrillerAdras Valtores-putra tunggal dari dua keluarga berbeda profesi. Dingin, berbahaya, dan nyaris tak memiliki belas kasihan. Tapi hidupnya berubah ketika sebuah insiden kecil di sekolah mempertemukannya dengan Aluna-gadis biasa yang tanpa sadar menarik...
![ADRAS V.A [ DAILY UPDATE ]](https://img.wattpad.com/cover/403641579-64-k393895.jpg)