ADRAS V.A 7

3K 111 5
                                        

V.A: samperin gue ke rooftop.

‎Aluna menghela napas panjang. Padahal baru saja ia duduk di kursi kantin untuk menikmati makan siangnya.

‎“Kenapa, Lun?” tanya Acha sambil membuka kotak bekalnya. Acha memang jarang membeli makanan di kantin karena harganya yang mahal.

‎Aluna tersenyum tipis. “Gapapa, gue ke toilet dulu,” ujarnya singkat, lalu berdiri dan pergi, meninggalkan Acha yang hanya bisa melongo.

‎“Sumpah, dia diare apa gimana sih? Ke toilet mulu,” gumam Acha, lalu mulai menikmati masakan buatan ibunya.

‎Beberapa menit kemudian, Alicia datang menghampiri bersama dua temannya.

‎“Loh, Acha. Kamu nggak beli makanan di sini?” tanya Alicia dengan nada sok akrab.

‎Acha pura-pura tak mendengar. Fokusnya hanya satu: menghabiskan makanan secepat mungkin dan pergi dari situ.

‎“Aku denger-denger… ibu kamu pelayan, ya?” suara Alicia sengaja ditinggikan, cukup keras untuk menarik perhatian beberapa siswa di sekitar mereka.

‎“Eh seriusan, sih?”

‎“Gak nyangka sekolah se-elit ini ada anak pelayan. Ewh.”

‎“Pantes aja dia selalu bawa bekal tiap istirahat.”

‎Acha menundukkan kepala, menahan rasa malu dan geram. Ia tahu, melawan Alicia hanya akan memperkeruh keadaan.

‎Alicia lalu membungkuk, berbisik di telinga Acha dengan nada lirih namun tajam, “Lebih baik lo temenan sama gue daripada Aluna. Dia bahkan gak bisa lindungin diri sendiri, apalagi lo.”

‎Setelah itu, Alicia menatap Acha sejenak lalu pergi. Teman-temannya ikut melangkah, namun sempat melemparkan pandangan merendahkan ke arah Acha.

‎Beberapa waktu kemudian, Alicia sudah berkumpul dengan gengnya di taman belakang sekolah.

‎“Rencana gue berhasil,” gumam Alicia, senyum licik menghiasi wajahnya.

‎"Akhirnya Alvian putusin gue… dan target selanjutnya? Adras. Dia harus jadi milik gue.”

‎Teman-temannya hanya terdiam. Tak satu pun berani menanggapi. Mereka tahu, satu kalimat salah bisa mengakhiri nasib mereka.

‎Alicia bukan sembarang murid. Ia adalah putri dari anggota mafia ternama di Las Vegas.

‎Namun sejak ayahnya tahu bahwa Adras—putra tunggal Lucian—pindah ke Indonesia, segalanya berubah. Dengan tegas, ayah Alicia menyampaikan satu hal: Lucian adalah kepala dari aliansi mafia terbesar lintas negara.

‎flashback on.

Sejak Adras menginjakkan kaki di SMA Yudistira, sorotan terhadap Alvian perlahan menghilang. Hanya satu nama yang terus jadi perbincangan hangat: Adras Valtores.

‎Alicia, yang selama ini haus perhatian, merasa geram. Ia pacaran dengan Alvian bukan karena cinta, tapi demi status sosial. Namun semua berubah sejak Adras datang.

‎Di kamar, Alicia duduk di depan meja riasnya. Tangan lentiknya menempelkan ponsel ke telinga.

‎“Jadi ceritanya gitu, Yah. Bisa bantuin singkirin si Adras itu nggak?” tanyanya polos, namun penuh ambisi.

‎Suara ayahnya terdengar tajam dari seberang, “Astaga, Alicia! Kamu tahu siapa dia?! Adras itu putra dari Lucian, dia menyandang gelar V.A!”

‎Sontak, lip balm yang dipegang Alicia terjatuh. Ia tahu betul apa arti V.A—Valtores. Sebuah nama yang hanya disebut dalam bisik-bisik oleh kalangan mafia tingkat atas.

‎“Dengarkan baik-baik,” suara ayahnya mulai serius. “Demi Tuhan, Ayah bahkan belum pernah melihat langsung wajah asli Lucian dan putranya. Setiap rapat besar, hanya kepala perwakilan organisasi yang boleh hadir.”

‎Alicia tersenyum. Hatinya mulai dipenuhi ambisi saat ayahnya menjelaskan kekuasaan yang bisa mereka dapatkan. 

‎Tapi ayahnya memperingatkan, Adras bukan target biasa. Ia tak bisa didekati seperti Alvian—terlalu pintar, terlalu tajam. Karena itulah Alicia butuh strategi, dan Alvian adalah pionnya. 

‎Setelah menutup telepon, Alicia menatap pantulan wajah cantiknya di cermin. 

‎"Wajah gue cantik... seorang Adras pun pasti takluk," bisiknya dengan penuh percaya diri.

‎Flashback off.

‎Adras berdiri di atas rooftop, netra tajam nya menatap lurus di pembatas rooftop itu.

‎Saat terdengar langkah kaki, Adras berbalik mengira itu Aluna, namun nyatanya itu adalah Alicia.

‎Adras mengangkat satu alisnya, tanda ia bertanya.

‎Alicia mengehentikan langkah nya tepat di depan Adras, kepalanya mendongak agar bisa menatap wajah tampan itu.

‎Mata tajam Adras bertemu dengan tatapan ragu-ragu Alicia. Di dalam hatinya Alicia begitu memuji ketampanan Adras.

‎"A-aku minta maaf buat masalah kemarin," Alicia menundukkan kepalanya.

‎Adras tak menjawab pernyataan Alicia, merasa muak dengan gadis ini.

‎Saat Adras melewati Alicia, gadis itu berbicara dengan lirih, seakan-akan dirinya sangat rapuh, "aku ga nyangka karena kesalahpahaman itu aku sampe dipukul sama Alvian.." gumam Alicia nyaris tak terdengar.

‎Adras menyeringit, wajahnya menunduk agar menatap gadis itu, "terus urusan nya sama gue apa?" meskipun kalimat Adras sarkas, namun suara beratnya membuat perut Alicia seakan diterbangi kupu-kupu.

‎Alicia mengigit bibir bawahnya, bukan seperti ini yang Alicia harapkan. Alicia sudah menggunakan nama Alvian untuk menarik simpati Adras, namun kenapa tidak bisa!?

ADRAS V.A [ DAILY UPDATE ] Where stories live. Discover now