ADRAS V.A 27

2.1K 72 9
                                        

Sial, Aluna salah paham tentang ucapannya kemarin sore.

Gue mau pulang ke apart.” Aluna memalingkan wajahnya saat Adras hendak mencium pipinya.

“Aku–kamu, Aluna,” tekan Adras, tidak suka dengan cara bicara gadisnya itu.

“Aku mau pulang ke apart!” ulang Aluna, lebih keras.

“Kamu udah setuju nginep.”

“Setelah kamu biarin cewek lain pake hoodie kamu?”

Adras mengumpat pelan. Sial—maksudnya bukan seperti itu.

“Aku biarin karena aku males berurusan sama dia, Al,” jelas Adras, berusaha tetap sabar.

Bullshit.”

“Dijaga bicaranya, Aluna.”

“Lo aja nggak bisa jaga perasaan gue, Dras!”

****

“Balapan, bro?”

Lamunan Adras buyar saat Prabu berdiri di sampingnya, bersandar di pembatas balkon.

Saat ini mereka berkumpul bersama teman-teman lama yang dulu juga bersekolah di SMA Yudistira.

Adras menghembuskan asap rokok dari mulutnya. Netra tajamnya tak lepas menatap Aluna yang berjalan bersama teman barunya di lapangan sekolah.

Gadis itu masih menghindar sejak pagi. Tidak mau bicara, tidak mau disentuh, tidak mau dijelaskan. Dan itu membuat Adras semakin frustasi.

“Gue ada urusan,” gumam Adras sebelum mematikan rokoknya.

“Soal cewek lo?”

Hanya gumaman pendek yang jadi jawaban. Adras bersandar, kedua tangannya masuk ke saku celana.

Tiba-tiba suara gaduh terdengar.

“WOI ITU BOLA GUE ANJING! BALIKIN GA!”

“GUE BILANG KEJAR! SIAPA SURUH LARI LO KAYA KURA-KURA!”

“KURANG AJAR LO, GUNTUR!!!”

Si kembar ribut—Petir mengejar Guntur yang berlari memutari balkon. Guntur tertawa puas sebelum melempar bola itu ke bawah.

“WOI! BOLA GUE!!!”

“HAHAHAHA MAMPUS!”

Adras menoleh kebawah tepat dimana bola itu terjatuh, alisnya terangkat saat mendapati kerumunan dibawah sana.

Beberapa siswa tampak kaget dan mundur cepat, sebagian lagi menunduk mencoba melihat siapa yang terkena.

Adras menyipitkan mata, berusaha mencari sosok yang ia kenal di tengah kerumunan yang mulai gaduh.

BRAK!

El—seorang ketua OSIS datang dengan nafas memburu, kedua tangannya bertumpu di kedua lutut. “Dras…” ucapnya berusaha mengatur nafas.

“Kenapa anjir?” tanya Raze yang sejak tadi diam.

“Aluna… dia pingsan kena bola jatuh dari langit!!!”

Rahang Adras mengeras. Matanya langsung berubah tajam saat menatap Guntur sebelum ia melangkah ke arah tangga menuju lapangan.

Langkahnya lebar, tidak tergesa, tapi semua bisa melihat kecemasan yang jelas terpampang di netra tajamnya.

“MAMPUS LO, GUNTUR!”

Petir tertawa puas melihat saudaranya pucat pasi.

“Raz… tolongin gue, Raz. Gue nggak mau bonyok kayak Alvian, anjing!” Guntur menempel pada Raze.

“Gue aja nggak berani,” Raze langsung angkat tangan. Kalau soal Adras, no thanks.

“Pftt.” Prabu menahan tawa.

“GA SETIA KAWAN LO SEMUAAA!!!”

*****

Di lapangan, Adras menghentikan langkahnya ketika melihat Aluna digendong oleh salah satu anggota OSIS—seorang laki-laki.

OSIS itu berlari menuju UKS, dan Adras menyaksikan semuanya.

Seketika nyeri menghantam dadanya, seperti ditusuk pisau. Rasa yang belum pernah Ia rasakan sebelumnya.

Amarah yang membara berusaha ia tepis. Kedua tangannya terkepal kuat di dalam saku celana.

“Harusnya gue kurung di mansion biar lo nggak disentuh siapa pun,” gumam Adras, penuh emosi yang ditahan.

Adras masuk ke UKS yang sudah diisi beberapa anggota OSIS. Aluna terbaring lemah di atas brankar.

“Lo semua keluar. Dia urusan gue,” perintah Adras sambil menarik kursi ke dekat brankar.

“Lo nggak sopan banget jadi orang,” celetuk laki-laki yang tadi menggendong Aluna.

“Pantes Aluna nggak bahagia sama lo,” lanjutnya tanpa henti. “Jaga dia aja lo nggak becus.”

Adras terkekeh sinis sebelum berdiri menarik kerah baju laki-laki itu.

Persetan tentang status nya sebagai anggota OSIS.

******

Bagaimana untuk bab ini brader?

Tinggalkan jejak jika kalian ingin menyaksikan Adras ngamuk ya brader.

ADRAS V.A [ DAILY UPDATE ] Where stories live. Discover now