Sebuah Pilihan

175 16 5
                                    

Selamat membaca

" Ck ck ck....drama saudara yang membosankan! Kalian tau? Jika Gavin bosan pada sesuatu maka dia akan mengakhirinya saat itu juga, jadi...mari akhiri semua nya di sini, dendam kita akan berakhir dengan tetesan darah terakhir kalian berdua! Bagaimana? Setuju? Hehehe" Gavin mengambil ancang-ancanh, mengangkat tinggi pisau itu.

Dan.....

Dugh

Sebelum pisau itu menancap di dada Farah, Vero menerjang Gavin dengan tendangan nya. Pisau itu terlempar ke tanah, dengan cepat Vero menarik Farah ke sisinya.

" LARI FARAH!!" Vero menggenggam tangan Farah, keduanya berusaha menghindar dari lelaki bejat itu.

Vero sempat melirik ke belakang, lelaki itu tersenyum miring tanpa ada niatan untuk mengejar mereka. Vero mengernyit heran, tapi ia tetap berusaha berlari meskipun dengan kaki terluka.

" Ayo sayang....lari secepatnya...lari yang kencang, karena pada akhirnya malam ini akan menjadi malam terakhir kalian, semakin cepat kalian berlari semakin cepat pula kalian berjumpa dengan kematian, hahaha!"

Lelaki itu tertawa lepas dengan suara menggema. Matanya masih menatap ke arah dua gadis itu menghilang. Tak lama kemudian ia juga beranjak pergi ke arah berlawanan.

*****

-
-
-

Dua gadis itu terus berlari hingga akhirnya mata mereka menjumpai jalanan yang teraspal meskipun beberapa bagiannya sudah rusak, tapi masih ada kemungkinan akan ada kendaraan yang lewat nantinya.

Mereka duduk sejenak saat rasanya kaki Vero semakin sakit. Wajahnya semakin pucat dengan nafas memburu. Keduanya bersandar di pepohonan yang tumbuh di pinggir jalan.

" Kaki Lo pasti sakit banget ya kak? Ini Harus cepat di rawat Kak!" Cemas Farah menatap sendu pada Vero.

Vero membuka mata yang sempat terpejam. Ia melirik Farah, bukan hanya Vero yang butuh dokter, farah pun sama saja. Tubuhnya dipenuhi luka.

" Lo juga luka... pasti Lo juga kesakitan banget kan? Kalo Gue mah udah biasa terluka far, tapi Lo... maaf" ujar Vero kemudian tertunduk lemah.

" Kak Vero minta maaf Mulu...kan udah gue bilang Lo itu gak salah kak, dan gak akan pernah lakuin kesalahan sama gue..." Farah menangkup pipi Vero.

" Kak Vero jangan nangis! Masa Mafia cengeng?" Jari jemari Farah mengusap air mata kakaknya.

Vero tersenyum lalu di akhiri kekehan kecil. Ia menghela nafas panjang.

" Masih lebih cengeng Lo kali!" Cibir Vero mengacak rambut Farah.
Farah tersenyum manis.

Keduanya sudah cukup lama berdiam di pinggir jalan hingga akhirnya mereka putuskan untuk berjalan lagi, mana tau mereka akan berjumpa dengan kendaraan yang bisa menolong mereka.

Di bawah cahaya rembulan dua siluet gadis tengah berjalan pelan bahkan salah satunya tertatih bersamaan dengan darah yang masih merembes.

Cukup lama mereka berjalan sampai kemudian di kejauhan sana mereka melihat lampu sorot dari sebuah mobil yang tengah terparkir.
Dua gadis itu tersenyum cerah dan berjalan cepat ke sana.

Sampai di tempat itu mereka berusaha mencari pemilik mobil tapi tak ada satupun orang yang ada di sana.

" Kak? Kok gak ada orangnya? Kenapa mobilnya di tinggal gini ya?" Ucap Farah menatap sekeliling.

Vero juga berusaha mencari keberadaan pemilik mobil tapi nihil.

" Kayaknya ini pertolongan dari Allah buat kita far! Kita bisa pake mobil ini pulang!" Ucap Vero.

Twins (Lengkap) Belum Revisi Where stories live. Discover now