rasa bersalah

188 14 11
                                    

Selamat membaca

Farah duduk di samping brankar Vero dengan senyum yang terus menerus ia tampilkan. Raut wajahnya terlihat sangat bahagia dengan tangan menggenggam erat jemari Vero.

Vero kini sudah perlahan membaik, tadinya saat cairan itu masuk, tubuhnya gemetar dengan sensasi panas dan dingin secara bersamaan, tapi... Setelah itu semua, seperti biasa tubuhnya akan jauh lebih baik. Karena bagi Vero racun bukanlah masalah tapi justru racun adalah obat baginya karena sedari kecil dia terbiasa dengan hal itu.

Gavin rupanya salah besar dengan berpikir akan membunuh Vero dengan cara meracuni nya, mereka tidak tau bahwa gadis itu kebal pada racun. Justru dengan rencana Gavin itu Vero bangun lebih cepat dan kini ia sudah semakin membaik setiap detik nya, sudah tentu berkat pengaruh purple poison itu.

" Kak kenapa di lepas?" Tanya Farah saat Vero melepaskan alat bantu pernapasan nya.

" Gue udah gak butuh ini farah!" Jawab nya, gadis itu bahkan berusaha bangun. Tapi di cegah oleh Farah.

" Jangan bangun dulu kak! Lo baru sadar dari koma berbulan bulan... istirahat yang cukup, gue gak mau Lo drop lagi" cegah Farah. Mau tidak mau Vero kembali berbaring. Lagipula tidak bisa dipungkiri tubuh nya memang masih lemas.

Vero menatap farah dan baru menyadari ada perban di kepala sang adik.

" Kepala Lo kenapa bisa luka?" Vero menyentuh kening Farah yang berbalut perban hingga belakang kepala.

" Oh, ini? Gak apa-apa kok kak! Cuma luka kecil...gak usah khawatir ya?"

" Luka kecil? Tapi perbannya --"

" Bener kak, Luka kecil Doang kok! Dokter nya aja yang lebai, hampir aja kepala gue di balut semua, hehe" ujarnya dengan cengiran. Hal yang tidak terlihat selama berbulan bulan kini kembali lagi, Farah ceria.

Vero hanya tersenyum tipis melihat Farah, tapi...ada rasa sesak di dadanya saat melihat wajah Farah yang pucat dan pipi nya menjadi tirus.
Kemana pipi chubby nya?.

" Lo kenapa pucat banget? Lo udah makan belum? Makan dulu gih sana!" Ujar Vero yang langsung di jawab dengan gelengan kepala Farah.

" Nggak kak, gue gak laper! Gue mau di sini aja sama Lo, boleh ya?"

Vero mengangguk. " Boleh "

Farah tersenyum lebar, gadis itu menciumi punggung tangan Vero.

" Makasih ya kak, gue seneng banget kak, seneeeng banget! Ini hari yang paling gue tunggu selama ini.... akhirnya gue bisa liat senyum kak Vero lagi...gue kangen sama pelukan Lo kak, dan....sama Omelan kak Vero juga, hehe," Farah terkekeh kecil tapi masih dengan mata berkaca-kaca.

" Kalau senang, kenapa nangis?" Vero menghapus air mata farah dengan jarinya.

" Ini Air mata bahagia kak... Gue bahagia makanya gue nangis, janji jangan pernah ninggalin gue ya kak!"

" Iya, gue janji!"

Farah tersenyum manis dengan mata tak lepas dari Vero.

Hari sudah larut malam tapi dua gadis itu masih terjaga, sampai kemudian Farah beberapa kali menguap.

" Udah malam far... tidur gih, balik ke ruangan Lo" pinta Vero yang melihat Farah mengantuk.

" Nggak mau kak, gue mau tidur di sini aja sama Lo" jawab farah.

" Lo mau tidur Dimana?"

" Gue bisa tidur di kursi ini kak, gak apa-apa kok yang penting sama kakak, gue mau ngerasain tidur nyenyak lagi kak...Lo tau gak kak? Selama Lo koma, gue gak pernah bisa tidur dengan tenang...gue selalu keingat Lo kak, gue selalu ketakutan kak...gue takut Lo juga pergi ninggalin gue...sama kayak mama pa---"

Twins (Lengkap) Belum Revisi Where stories live. Discover now