Lima Puluh

33.4K 732 9
                                    

"Akhirnya proposal gue ACC," teriak Sava padahal gadis itu masih berada di depan ruang dosen.

Adriana yang mendengar itu berdecak kagum, Sava sama sekali tak ada malu-malunya. Sahabatnya Sava itu menutup matanya tanda bahwa apa yang dilakukan Sava membuat dia malu.

"Mending kita ke gazebo sana," ajak Adriana menarik Sava menuju gazebo depan ruang dosen.

Di gazebo depan ruang dosen ada Cantika serta Fahri yang tengah sibuk menyelesaikan skripsi Fahri. Keempatnya kembali bersama seperti dulu, Sava memaafkan segala kesalahan Cantika, bahkan meminta Cantika untuk menjadi temannya. Sedangkan Adriana awalnya tak setuju dan tak suka, tetapi melihat bagaimana baiknya Sava yang tetap memaafkan Cantika sekalipun sudah disakiti berkali-kali, Adriana pun luluh juga dan memaafkan Cantika.

Selain itu, saat ini Cantika dan Fahri tengah dekat. Oh, atau lebih tepatnya kedekatan mereka lebih intens. Fahri secara terang-terangan menyatakan kalau dia mencintai Cantika dan Cantika merespon hal tersebut sekalipun masih belum bisa mencintai Fahri, tetapi mencoba untuk membuka hatinya.

"Orang lagi senang, lo main tarik aja," protes Sava.

Dua bulan bimbingan dengan pak Pangeran, pada akhirnya proposal skripsi Sava di-ACC. Tak sia-sia perjuangannya revisi hingga tengah malam bahkan dibantu oleh ketiga sahabatnya.

Saat kedua gadis itu tiba di gazebo, mereka mendengar bagaimana Fahri dan Cantika saling bercandaan, terlebih lagi melihat pipi Cantika yang memerah akibat gombalan Fahri.

Menyadari kedatangan Sava dan Adriana, Fahri langsung menghentikan gombalannya pada Cantika. Sedangkan Cantika kini memfokuskan dirinya pada rekaman suara Fahri saat melakukan wawancara pada narasumber di lokasi penelitiannya.

"Gimana?" tanya Fahri membuat senyum Sava mengembang dengan mata yang berbinar terang.

"ACC!" pekik Sava.

"Selamat, Sista. Akhirnya bakal ngurusin sempro juga," timpal Cantika. Dia bangkit dari duduknya, menghampiri Sava kemudian memeluk Sava yang masih berdiri, lalu kembali duduk di tempatnya semula. Di antara mereka berempat, sisa Sava satu-satunya yang belum seminar proposal lantaran terlalu banyak revisi.

"Jadi tadi dimarahin pas lo maju?" tanya Fahri.

Sava menggeleng, lalu berkata, "Enggak ada. Pak Pangeran malah cuma senyum doang terus langsung tanda tangan."

Fahri mengangkat sebelah alisnya, lalu manggut-manggut saja, dan sudah tak ingin merespon. Pria itu menoleh ke samping, bertepatan dengan dia melihat Afkari yang menghampiri mereka. Ya Tuhan, lebih tepatnya menghampiri Sava.

Fahri mencolek lengan Cantika dengan ujung jarinya, kemudian mengumpulkan semua buku-buku serta laptopnya, dibantu oleh Cantika. Dua orang itu lalu turun dari gazebo, membuat Sava dan Adriana mengernyit heran.

"Sava," panggil Afkari.

Mendengar suara Afkari, Adriana langsung sadar kenapa Fahri juga Cantika turun dari gazebo. Gadis itu pun mengikuti langkah Fahri dan Cantika yang menjauh dari gazebo.

"Mau kemana lo bertiga?" tanya Sava sebelum ketiganya menjauh.

"Cantika lapar," jawab Fahri langsung diangguki oleh Cantika.

"Terus Adriana ngapain ikut?"

"Gue juga lapar, btw," jawab Adriana lalu berlari kecil meninggalkan Sava dan Afkari di gazebo. Sementara Fahri dan Cantika saling bergandeng tangan.

"Teman-teman kamu ternyata pengertian sama saya," ucap Afkari setelah ketiga teman Sava menjauh.

Sava seketika menoleh pada Afkari, lalu karena lelah berdiri, gadis itu memilih duduk di gazebo. Sementara Afkari memilih berdiri di depan Sava.

Choice (END)Where stories live. Discover now